Cowok Cantik part 26
“Sandi juga, Ma. Sandi punya pacar. Sandi suka sama cowok.” Dan... mamaku sekali lagi terkejut.
Setelah itu tidak banyak yang terjadi. Mama memang sempat terkejut, tapi tidak lama kemudian dia kembali mengangguk. Sepertinya dia sudah mulai terbiasa untuk menerima pengakuan kami yang tiba-tiba. Setelah itu, semua berjalan dengan mudah. Orang tuaku dan perempuan tadi yang ternyata kakaknya kak Aldi saling bertanya dan bercerita tentang keluarga masing-masing. Dari sini aku mendapatkan bahwa ternyata orang tuanya kak Aldi telah meninggal setahun yang lalu dalam sebuah kecelakaan. Sekarang yang mengurusi urusan kak Aldi adalah kakaknya, namun tidak begitu banyak karena kak Aldi memang sudah mandiri sejak dulu. Jadi karena orangtuanya sudah meninggal, kakaknya datang untuk mewakili mereka.
Ternyata kakaknya kak Aldi juga orang yang penuh pengertian. Yah, meskipun awalnya juga sempat menolak dengan keras katanya. Bukan karena dia tidak mengerti perasaan adiknya, tapi karena takut pada anggapan dunia. Tapi setelah melihat kekuatan cinta mereka berdua yang sama sekali tak menghiraukan kata dunia, akhirnya dia menerimanya juga. Ah, kak Aldi. Ternyata ini yang dia sebut waktu itu. Ternyata mereka berdua sudah punya hubungan yang dalam. Dan kakakku, hebat sekali dia waktu itu berpura-pura kasar pada kak Aldi. Ternyata begini jalan ceritanya.
Aku pun berlalu. Meninggalkan mereka menghabiskan waktunya bersama. Kelihatannya mamaku mulai tertarik sama kakaknya kak Aldi. Dia pasti ingin menjadikannya sebagai putri sulungnya. Yah, dia memang begitu. Sangat mudah tersentuh oleh hal-hal semacam kasih sayang. Mamaku memang mama terunik di seluruh dunia.
Sekarang tinggal aku yang menunggu kabar dari Heri. Kapan dia akan kembali. Kapan kami bisa bertemu lagi. Ah, aku lelah. Aku ingin tidur...
Aku tertidur dan tertidur lagi. Sudah beberapa kali aku terbangun, tapi aku selalu kembali tertidur. Dan ini yang ke sekian kalinya aku terbangun. Aku membuka mataku dan melihat wajah tampan milik Heri di depanku. Aku mengusap lembut wajahnya dan menciumnya hangat. Lalu tanganku kurangkulkan pada tubuhnya. Aku memeluknya dengan lembut.
“Terima kasih sudah datang ke dalam mimpiku,” ucap batinku.
Cup.. Aku mendapat ciuman lagi. Aku membalasnya dengan senyuman, tapi aku tidak ingin membuka mataku. Aku takut dia akan menghilang jika aku membuka mataku. Aku mendekatkan wajah dan bibirku ke depan, berharap dia menerimanya.
Cup.. Kali ini aku mendapat kecupan di keningku. Aku masih setia tersenyum. Aku sangat senang mendapat semua ini meski hanya dalam mimpi. Aku menciumnya dan memeluknya semakin erat. Tak ingin ia hilang hingga aku kembali terlelap ke dalam mimpi yang berbeda.
Uhm.. Aku terbangun kembali. Sepertinya sudah sore. Matahari yang hendak tenggelam berpamitan padaku lewat jendela kamar yang terbuka. Aku mengusap mata ku yang masih terasa sulit terbuka. Sedikit aku bergerak dan merasakan sesuatu di atas pinggang ku. Sebuah tangan. Seseorang memelukku? Kak Fendi? Apa itu kak Fendi?
Aku memutar tubuhku. Mencaritahu siapa yang memelukku. Aku terkejut. Dia di sana. Aku mencubit pipiku untuk membuktikan bahwa ini nyata. Ya, ini terasa sakit. Tapi ini mungkin tidak nyata, ucap batinku.
Bagaimana bisa dia ada di sini? Di kamarku dan tidur denganku sambil memelukku pula. Bagaimana bisa aku percaya bahwa ini nyata? Beritahu aku!
Aku kembali berbaring. Masih lekat menatapnya. Menunggu hingga ia terjaga. Aku mengusap wajahnya. Ini terasa nyata. Aku mengecup pipinya. Terasa nyata. Aku mengecup kelopak matanya. Terasa nyata. Aku mendengarkan dengusan nafasnya. Ini memang nyata. Tapi bagaimana bisa? Aku tidak ingin tertidur lagi. Aku takut ini mimpi dan aku melewatkannya. Hingga ia mulai terjaga. Dia membuka matanya. Sayu. Aku tersenyum. Harap-harap cemas ini nyata. Dia memberikanku senyuman termanisnya.
“Kamu gak tidur?” katanya terdengar nyata.
Aku menggeleng ringan. “Jangan tersadar dulu, San!” rintih batinku.
“Kenapa? Memangnya kamu gak kangen sama aku? Gak mau bobok bareng aku?”
Oh My God! Dia sangat manis. Dia memeluk ku semakin erat dan semakin erat pula doaku untuk tidak terjaga. Aku tidak ingin sedetik pun melewati mimpi indah ini.
Matanya dan mataku hanya tinggal beberapa senti lagi. Hidung kami sudah menyatu. Bibir kami saling tergaris dalam senyuman. Dia menyentuh tanganku perlahan.
“Aku membawakanmu hadiah,” katanya pelan. Dia menarik tanganku ke dekat wajah kami. Ku lihat dia memegang sebuah benda yang berkilauan. Sebuah cincin yang indah.
Dia memakaikannya padaku. Sangat romantis. Aku tersenyum bahagia. Sama sepertinya. Dia menunjukkan jarinya padaku. Memamerkan bahwa jari kami berdua sama. Sama-sama telah terlingkari cincin.
“Dengan ini kita sudah bertunangan,” katanya hampir membuatku tertawa. Bagaimana mungkin kami bertunangan? Kata-kata yang aneh untuk hubungan seperti kami. Ya, siapa yang pernah mengatakan pertunangan untuk hubungan unik ini? Mungkin ada, di luar benua sana. Tapi di sini, itu hal yang tabu, sagat tabu.
“Kamu kenapa ketawa?” katanya begitu nyata. Aku menjawabnya pelan.
“Aku senang.”
Lalu dia menjawab sambil tersenyum. “Biarlah cinta kita menjadi cinta yang lebih spesial dari cinta spesial yang lainnya,” kali ini dia mengecup jemariku. Barulah aku sadar. Ini memang nyata.
“Heri? Ini beneran kamu?” teriakku histeris. Aku langsung terduduk di kasurku. Heri tertawa menanggapiku.
“Ini aku. Kamu kira mimpimu?” katanya menggodaku.
“Oh My God! Siapa yang ngijinin kamu masuk?” Ah... Aku memeluknya erat lalu membanting tubuh kami untuk kembali berbaring. Ayo bobok bareng.. Tambah ciuman sedikit, dan tunggu tanggal nikah.
Love you Honey, untill The End!!