Telinga tajam Sumin mendengar suara gemeresik daun yang terinjak.
"Siapa disana?" Sumin dan Eunhye seketika menegang. Kedua gadis itu berpandangan dengan horor.
"Sumin ah?" Panggil suara itu saat Eunhye baru saja menggapai tangan Sumin, berniat untuk berteleportasi kembali.
Sumin menoleh. Inhalah yang berdiri disana. Si gadis separuh vampir itupun tersenyum. Perlahan jemarinya melepas tangan Eunhye. "Kau disini, Inha?"
"Ya, malam ini aku berpatroli di sekitar sini. Ngomong-ngomong Sumin, kenapa kau pergi ke hutan sendiri di malam hari? Kupikir kau ada di kamar" Tanya mantan sahabat Sumin itu sambil mendekat.
"Aku sudah berkeliling sejak sore tadi, Inha. Dan aku kesini untuk melihat bunga mawar biru ini" jawab Sumin seraya menunjuk mawar itu. Diam-diam matanya melirik ke tempat Eunhye tadi berdiri.
Tapi gadis vampir itu sudah tidak ada disana. Suminpun merasa lega. Sepertinya vampir ilusi itu sudah berteleportasi pulang.
Inha mengikuti telunjuk Sumin. "Woah" kagumnya saat melihat blue roses. "Aku baru tahu ada bunga seindah ini disini" lanjutnya sambil berjongkok mengamati bunga itu lebih dekat.
Sumin ikut berjongkok disamping Inha. "Melihatnya di malam hari seperti ini rasanya sangat berbeda dengan saat melihatnya di siang hari"
Inha hanya mengangguk. "Ternyata kau masih mencintai bunga ya"
Sumin terkekeh. "Tentu saja" kemudian gadis itu sadar inilah saat yang tepat untuk membicarakan rencananya kemarin. "Aku jadi merindukan rumah dan tokoku" pancingnya.
Inha menatap Sumin dengan iba. "Kau ingin pulang? Mungkin aku bisa memintakan ijin pada Ketua"
"Sebaiknya aku meminta ijin sendiri, Inha. Karena ini keinginanku. Lagipula kau pasti sibuk berpatroli dan berlatih"
"Baiklah kalau begitu. Semoga Ketua mau mengijinkanmu"
Sumin mengangguk. Kemudian matanya teralih pada bunga di hadapannya. Tangannya membelai mawar langka itu, serta menatapnya penuh puja.
Inha memperhatikan sahabatnya itu. Melihat Sumin seperti ini, ia yakin bahwa sahabat tersayangnya ini sangat merindukan kehidupannya yang dulu. "Kau masih ingin disini, Sumin?" Tanyanya sambil bangkit.
Sumin memberikan sebuah anggukan sebagai respon. "Sebentar lagi"
"Baiklah aku harus kembali bertugas" balas Inha sambil membersihkan pakaiannya. Disamping itu, dia memang ingin memberikan ruang untuk Sumin. Teman sedari kecilnya itu pasti butuh waktu sendiri. "Kau harus sudah kembali ke markas sebelum pukul 10! Sampai nanti" dan iapun beranjak pergi.
"Arraseo" jawab Sumin tanpa memandang kepergian sahabat sialannya itu.
Beberapa menit kemudian, tepat ketika sosok Inha tak terlihat lagi, "Sepertinya dia cukup baik sebagai mantan sahabat" sindir seseorang.
Sumin terkejut. Ia mengenali suara itu sebagai suara Eunhye. Kepalanya memutar. Kemudian seolah sebuah tirai gelap menyibak tubuh gadis vampir itu. "Kau masih disini" kata Sumin terheran.
Vampir ilusi itu menyeringai dan mengangguk.
"Kupikir kau sudah berteleportasi pulang"
"Awalnya aku juga berniat pulang saja. Tapi kemudian aku khawatir kalau-kalau orang yang datang itu akan menyakitimu. Jadi aku menggunakan kekuatanku dengan memanfaatkan kegelapan kelam hutan ini" jelas Eunhye.
"Terima kasih" ujar Sumin tulus. "Kekuatanmu itu sungguh keren, eonnie! Aku bahkan sama sekali tidak melihatmu tadi"
Eunhye terkekeh. "Menurutku semua kekuatan vampir itu keren"
"Aku setuju"
"Lalu sekarang apa? Kau harus kembali kepada mereka?"
Si gadis separuh vampir mengangguk. "Kau mendengar semuanya kan? Tolong ceritakan pada Namjoon oppa dan yang lainnya. Aku harus menemui ketua secepatnya"
"Arraseo"
Tiba-tiba Sumin memeluk Eunhye. "Aku sungguh berterima kasih kau mau membantuku, eonnie"
Yeoja yang lebih tua itu menepuk-nepuk punggung yang lebih muda. "Semoga Jimin segera bangun"
"Amin"
???? Black Roses ????
Sumin berjalan di lorong markas. Jantungnya berdegup kencang. Tentu saja degupan ini berbeda dengan degupan yang ia rasakan saat bersama Jimin. Karena yeoja Baek itu akan menemui Ketua organisasi vampire hunter untuk meminta ijin. Tentu saja ia sangat gugup. Apalagi ia harus menghadapi pemimpin musuh seperti ini.
Yeoja Baek itu menghela nafasnya sebelum mengetuk pintu kayu ruangan Ketua.
"Masuk" sahut suara dari dalam.
"Permisi" ucap Sumin sambil masuk.
"Sumin ssi?" Tanya pria yang duduk di kursi besar itu dengan heran. "Ada masalah apa hingga kau datang selarut ini?"
Sumin tersenyum gugup. "Maaf jika aku mengganggu, Ketua. Masalahku bisa menunggu hingga besok"
Separuh wajah Ketua yang tidak tertutup topeng menampakkan senyuman. "Kau sama sekali tidak menggangguku, Sumin ssi. Duduklah"
Sumin menurut. Ia duduk di sofa yang terletak cukup jauh dari Sang ketua dalam kursi kerjanya.
"Duduklah di depanku"
"Eh?" Meskipun merasa aneh, gadis bersurai coklat panjang itu tetap melaksanakan perintah.
Sang pemimpin organisasi memajukan tubuhnya saat Sumin sudah duduk di seberangnya. "Apa yang bisa kulakukan untukmu?"
"Em, bolehkah aku pulang?" Tanya Sumin yang menatap Ketua dengan penuh harap.
Namja itu mengernyit. "Pulang ke Rusia? Kudengar ayahmu sekarang tinggal disana"
"Bukan. Maksudku pulang ke rumah dan toko bungaku"
"Ah" pria itu terlihat mengerti. "Tapi aku hanya bisa mengijinkanmu disana maksimal selama 5 hari"
Sumin kecewa. "Jadi aku tidak bisa tinggal di rumahku saja?" Padahal ia berharap bisa pulang dan tidak kembali lagi ke markas ini.
Pria bertopeng itu menggeleng. "Aku ingin kau banyak berlatih di sini, Sumin ssi"
Sumin terdiam. Kemudian dia ingat bahwa ia masih harus mencari pangeran Jung Hoseok. "Baiklah aku mengerti. Tapi bisakah aku pergi kesana besok?"
"Tentu saja. Aku akan menyuruh seseorang untuk mengantarmu kesana besok. Maaf aku tidak bisa menyuruh Inha untuk menemanimu disana. Karena aku membutuhkannya disini"
"Tidak apa-apa, Ketua"
"Kau akan berangkat setelah sarapan besok pagi"
Sumin mengangguk. "Terima kasih atas kemurahan hatimu, Ketua"
???? Black Roses ????
Inha terlihat tidak bersemangat. Gadis itu hanya mengaduk-aduk supnya. Sama sekali tidak memiliki nafsu untuk memakannya. Bahkan pandangannya hampir-hampir kosong.
"Inha" panggil Sumin seraya menyentuh lengan gadis disampingnya. "Aku hanya 3 hari disana"
Yeoja Choi itu menghela nafas dengan jengkel. "Aku tahu, Sumin. Aku hanya kesal pada Ketua. Kenapa dia tidak mengijinkanku untuk menemanimu? Karena patroli? Bukankah masih banyak orang yang bisa menggantikanku?" Omelnya.
"Dia pasti memiliki alasan kenapa tidak mengijinkanmu pergi, Inha"
"Contohnya?"
"Dia percaya padamu untuk mengamankan tempat ini"
Inha menatap manik mata sahabatnya. "Kau pikir begitu?"
Sumin mengangguk. "Pasti begitu"
Dengan itu Inha tidak lagi terlihat murung. Bahkan gadis itu terlihat senang mendengar pendapat Sumin tentang Inha dimata Ketua. Dia terlihat ikhlas membiarkan sahabatnya pergi selama beberapa hari saja.
Lagipula jika Inha ikut, semua rencana Sumin akan hancur berantakan. Sahabat sialannya itu pasti akan curiga jika melihat Sumin kesakitan selama semalaman penuh. Sungguh Sumin berterima kasih atas keputusan Ketua semalam.
Tepat setelah sarapan, Sumin berangkat bersama seorang lelaki yang terlihat seumuran dengannya. Perjalanan ke rumahnya memerlukan waktu sekitar 4 jam. Selama itu, Sumin hanya tidur. Bahkan jika terjaga, ia tetap memejamkan matanya. Tubuhnya sudah terasa sangat tidak enak karena malam nanti bulan purnama akan muncul.
Disamping itu, Sumin sebenarnya menghindari obrolan dengan lelaki yang sedang memegang kemudi itu. Karena sungguh ia tidak bisa fokus!
Sumin terus memikirkan tentang apa yang akan terjadi besok. Apakah Eunhye akan berhasil memetik bunga mawar biru itu? Apakah ia tidak akan tertangkap? Atau terbakar terkena sinar fajar?
Lalu apakah Yoongi sudah menyiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk ramuan bunga kemustahilan itu? Dan yang paling membuat Sumin khawatir adalah, apakah Jimin bisa benar-benar bangun setelah meminum ramuan itu?
Sumin tidak peduli apa yang akan Jimin lakukan padanya saat ia bangun. Yang ia pikirkan adalah, apakah blue roses akan benar-benar bekerja menghilangkan racun dalam tubuh Jimin? Bagaimana jika tidak? Sumin tidak mau memikirkan kemungkinan itu!
Untung saja lelaki yang mengantar Sumin itu hanya diperintahkan untuk mengantar saja. Jika sampai ia diperintahkan untuk menjaga Sumin juga, yeoja itu tidak tahu apa yang akan terjadi. Mungkin ia harus membunuh lelaki itu agar ia tidak curiga dan mengganggu?
Saat gadis separuh vampir itu memasuki rumahnya, ia merasa sangat amat rindu dengan tempat itu. Sumin menelusurkan tangannya pada setiap benda yang ada di sana. Semuanya masih sama. Perabotannya sama sekali tidak berubah. Bahkan tidak ada setitik debupun yang menempel. Seolah tempat itu selalu dirawat setiap hari.
Ketika matahari sudah mulai kembali pada peraduannya, Sumin mengunci semua pintu dan jendela di rumahnya. Kemudian ia menyendiri dalam gudang yang perabotannya telah ia pindahkan. Karena gadis itu khawatir ia membutuhkan area yang lebih luas nanti.
Ia sudah menghubungi Jungkook bahwa ia telah berada di rumah. Bahkan namja Jeon itu datang dan melihat-lihat gudang tempat Sumin menyendiri sekarang. Namja itupun berjanji akan datang lagi keesokan paginya untuk merawat Sumin.
Tepat saat sinar matahari menghilang, Sumin mulai merasa kesakitan. Awalnya ia merasa pusing, seolah gudang itu jungkir balik. Kemudian sekujur tubuhnya terasa sangat sakit. Seolah tulang-tulangnya ditusuk oleh tombak panas. Tak lama kemudian perutnya bergemuruh. Dan gadis malang itupun memuntahkan isi perutnya.
Sumin mengerang. Tubuhnya sangat lemas hanya untuk duduk. Yang bisa ia lakukan hanya berbaring atau tengkurap. Bahkan saat ia menggerakkan salah satu bagian tubuhnya sedikit saja, ia akan merasa kesakitan.
"Jadi seperti inikah hukumanku? Sungguh sangat pantas mengingat dosaku pada Jimin" batin Sumin sebelum kesadarannya hilang. Digantikan oleh halusinasi tentang ketakutan terbesarnya -Jimin yang ingin membunuhnya-.
???? Black Roses ????
Kelima penghuni mansion ditambah Eunhye berkumpul di kamar Jimin. Jungkook, Seokjin, dan Eunhye telah memakai jubah hitam dengan guratan berbeda sesuai warna lambang kekuatan mereka. Ketiganya berdiri berdampingan.
"Kalian harus cepat kembali kesini setelah memetik bunga itu. Aku sudah menyiapkan semua yang aku perlukan disini" ucap Yoongi yang masih sibuk dengan ramuannya.
"Arraseo" jawab Seokjin, Eunhye, dan Jungkook serempak.
"Semoga berjalan lancar sesuai rencana" kata Namjoon.
Ketiga vampir itu mengangguk. Kemudian mereka memakai tudung jubah masing-masing agar rambut dan sebagian besar wajah mereka tertutup. Menurut Eunhye, ini semua untuk memudahkannya membuat ilusi menghindari cahaya fajar.
Setelah saling menautkan tangan, ketiganyapun menghilang. Mereka muncul tepat di depan bunga mawar biru itu.
"Astaga indah sekali" bisik Seokjin. Ini memang pertama kalinya ia melihat bunga mawar biru itu. "Ah ya, apa disini aman, Kookie?"
Si maknae segera memejamkan mata dan memusatkan pikiran. "Ada beberapa orang yang sedang berpatroli. Tapi mereka semua jauh dari sini"
Seokjin mengangguk. "Bagus"
Sementara itu Eunhye mendongak mengamati langit yang mulai cerah. "Kuaktifkan kekuatanku sekarang" katanya memberi tahu.
Tubuh ketiga vampir itu terselubung tirai hitam. Seokjin dan Jungkook tidak bisa saling melihat. Hanya Eunhye yang tetap bisa melihat orang yang ia tutupi dengan kabut ilusi.
"Yang mana yang harus kupetik?" Tanya Seokjin sambil berjongkok.
"Yang itu?" Saran Jungkook, menunjuk bunga mawar biru yang bermahkota paling besar.
"Aku setuju. Yang itu sudah mulai berembun" si gadis ilusi menyetujui.
"Berapa banyak embun yang kita butuhkan?" Tanya Jungkook.
Tapi tidak ada yang menjawab. Mereka saling berpandangan, sama-sama tidak tahu jawaban atas pertanyaan Jungkook barusan.
"Haruskah aku berteleportasi pulang dan bertanya pada Yoongi hyung?" Tanya namja bergigi kelinci itu.
"Jika kau pulang, kami tidak akan tahu jika ada seseorang yang datang kemari" jawab Eunhye. Karena memang tugas Jungkook untuk mendeteksi pikiran orang yang berada cukup dekat dengan mereka.
Sedangkan tugas Eunhye untuk menyelubungi mereka semua dengan ilusi agar tidak terkena sinar fajar. Dan tugas Seokjin adalah memetik blue roses itu dan menyerang siapapun yang datang. Karena kekuatannyalah yang paling mematikan. Kekuatan sama yang dimiliki Namjoon dan Taehyung. Magnetron. Namja Kim itu bahkan selalu membawa pecahan kaca dan lembaran besi yang melilit tubuhnya.
"Kalau begitu kita tunggu saja sampai embunnya cukup banyak" saran Seokjin.
Merekapun diam menunggu dengan pandangan terfokus pada bunga kemustahilan itu. Meskipun tentu saja pikiran mereka melayang sendiri-sendiri.
Tak lama kemudian, Jungkook tiba-tiba menegang. "Ada yang datang" bisiknya.
Seokjin dan Eunhye terbelalak.
Kemudian Seokjin mengendus udara. "Aku kenal aroma darah ini" katanya. Setelah itu mata namja tampan itu berubah merah. "Dialah yang membunuh istriku" lanjutnya sambil bangkit.
Jungkook terkejut. Orang yang membunuh istri Seokjin adalah Inha. Itu berarti gadis sialan itu sedang menuju kemari.
Tepat ketika Seokjin akan berlari pergi dengan marah untuk memburu Inha, Jungkook segera memeluknya dengan kuat. "Jangan gegabah, Hyung!" Desisnya.
Seokjin meronta. "Jangan ikut campur! Kau tidak tahu apa-apa!"
Eunhyepun terbengong melihat kedua namja vampir itu. "Hentikan!" Desisnya.
"Noona, tolong petik bunga itu sekarang! Aku akan membawa Seokjin Hyung pulang" dan Jungkookpun menghilang dengan Seokjin yang masih berada dalam pelukannya.
Eunhye mengangguk paham dan segera memetik bunga mawar biru itu serapi mungkin agar gadis pembunuh istri Seokjin itu tidak menyadari bahwa ada salah satu bunga yang hilang. Setelah berhasil memetiknya, gadis bersurai pink soft itu segera berteleportasi ke mansion Namjoon.
Saat Eunhye sampai di kamar Jimin, terlihat Namjoon yang meninju pipi Seokjin. "Sadarlah, Hyung!" Teriaknya.
"Bertengkarlah di luar! Kalian menggangguku!" Kata Yoongi dengan ketus. Kemudian matanya menangkap sosok Eunhye di dekat pintu kamar. "Kemarilah, Eunhye. Dan hati-hati. Aku tidak mau ada satu tetes embunpun yang jatuh karena ulah mereka" lanjutnya dengan lirikan tajam pada Namjoon dan Seokjin.
Eunhye langsung berteleportasi ke samping Yoongi. Ia tidak mau mengambil resiko melewati Namjoon dan Seokjin.
Yoongi menyodorkan sebuah mangkuk kayu yang sudah berisi ramuan entah apa. "Masukkan" perintahnya pada Eunhye.
Gadis itu menurut. Dengan hati-hati ia meletakkan bunga indah itu diatas ramuan agar embunnya tidak jatuh keluar mangkuk.
Setelah itu Yoongi segera menumbuk bunga biru itu bersama dengan ramuan yang telah ia buat sebelumnya.
Sementara itu Seokjin hanya menunduk. "Maafkan aku. Saat membaui aroma darah gadis itu, aku langsung ingin membalas dendam"
Taehyung menepuk bahu Seokjin. "Ada waktu untuk itu nanti hyung. Sebaiknya sekarang kita fokus pada Jimin"
Seokjin mengangguk. Kemudian Namjoon memeluknya singkat. "Mianhae, hyung. Sepertinya aku terlalu keras meninjumu"
"Gwaenchana. Kau telah menyadarkanku" kata Seokjin.
"Berterima kasihlah pada Jungkook. Dialah yang menghentikanmu" Namjoon mengedikkan dagunya pada Jungkook.
"Terima kasih, Kookie"
"Tidak masalah, hyung" jawab namja bergigi kelinci itu dengan senyum tampannya.
"Berdoalah semoga ramuan ini bekerja" celetuk Yoongi yang mengalihkan atensi semua orang.
Namja kelewat putih itu mendongakkan sedikit kepala Jimin. Kemudian perlahan memasukkan ramuan blue roses itu ke mulut pucatnya hingga habis.
Semua orang mengamati namja Park itu, menunggu ramuan tadi bekerja. Dalam hati, mereka semua berdoa agar Jimin segera membuka matanya.
Hingga kemudian kelopak mata Jimin bergetar. Perlahan, ia membuka matanya. Tapi iris matanya telah berwarna merah. Tatapannya nyalang pada semua orang. "Dimana Sumin?" Tanyanya dengan marah.
TBC
Ff ini ngefeel ga sih?
With love, Astralian ????