Read More >>"> Black Roses (36) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Black Roses
MENU
About Us  

"Apa kau yakin, Sumin ssi?" tanya raja.

Gadis separuh vampir itu mengangguk mantap. Dia sungguh ingin melihat sahabatnya itu menderita ditangannya.

Sang raja vampir mengangguk. "Kau akan segera mendapat pelatihan. Silahkan kembali ke tempatmu"

Sumin membungkuk sopan. Tapi sebelum gadis itu kembali ke tempatnya, Seokjin menepuk bahunya dan menggumam, "Terima kasih banyak"

Baek Sumin tersenyum. "Dia memang pantas untuk dibunuh, oppa"

Tanpa Sumin sadari, ia telah mendapat kepercayaan dari seluruh kaum vampir. Mereka percaya bahwa Sumin berada dipihak vampir. Bahkan gadis itu mau melawan sahabatnya sendiri.

Itu sudah lebih dari cukup untuk mendapatkan 100% kepercayaan mereka.

"Sepertinya ini adalah hari yang baik bagi kita semua, karena hari ini 2 orang manusia memutuskan untuk bergabung dengan kita" ucap Sang raja saat Sumin telah kembali ke kursinya.

"Mari kita mulai ritual untuk Kim Seokjin ssi" lanjut beliau.

Dan ritualpun berlangsung.

Untuk kedua kalinya, Sumin melihat prosesi ritual pengubahan manusia menjadi vampir.

Untuk kedua kalinya pula, Sumin mendengarkan nyanyian ritual yang sangat melengking itu.

Gadis itu jadi bertanya-tanya, apakah ia juga harusnya menjalani proses seperti itu bersama Jimin?

Tapi jika ia harus meminum darah Jimin sebagai belahan hatinya, Taehyung dan Seokjin malah meminum darah Sang raja vampir.

Apakah karena darah Sang raja sangatlah murni?

Dia benar-benar harus belajar tentang kaum vampir mulai sekarang. Mungkin buku-buku tua di mansion Namjoon bisa membantunya.

Dan dia juga harus berlatih dengan giat untuk melawan organisasi vampire hunter itu.

"Selamat datang kembali, Kim Seokjin ssi" ucapan Raja itu mengakhiri prosesi ritual.

"Terima kasih banyak Yang Mulia" namja Kim itu membungkuk dalam.

"Kembalilah ke kursimu"

Dan tiba-tiba Seokjin sudah duduk kembali di kursinya. "Selamat datang kembali" sambut Yoongi, Namjoon, Taehyung dan Sumin.

"Aku merindukan sensasi teleportasi ini" gumam Seokjin dengan takjub.

Tiba-tiba Jungkook muncul dihadapan Sang raja dengan menekuk satu kaki. "Yang Mulia, saya telah selesai menggeledah pikiran si penyaru"

"Tunjukkan visinya" perintah Raja.

"Baik Yang Mulia" kemudian Jungkook mengarahkan tangannya pada tembok dibelakang singgasana raja.

Sebuah gambaran mulai muncul.

"Im Daewon, sekarang kau benar-benar mirip dengan si pemilik karaoke itupuji seorang yeoja bersetelan hijau.

"Benarkah?" tanya si penyaru yang kemudian menatap cermin.

Namja itu meraba wajahnya dengan takjub. Kemudian ia memandang wanita tadi. "Kerjamu sangat luar biasa, dokter Han"

Si wanita tersenyum. "Mari kita lihat apakah yang lain juga sependapat denganmu"

Dokter itu berbalik dan berjalan keluar dari ruang serba putih itu diikuti oleh Daewon.

Mereka berjalan menyusuri koridor yang sepi. Hingga sampailah pada sebuah pintu kayu berukir indah.

"Permisi" mereka memasukinya.

Ruangan itu seperti ruang kerja pribadi yang berisi rak-rak buku, sofa, meja kerja beserta kursinya, peta yang menggantung di dinding, globe besar diatas meja, dan kertas-kertas yang tertumpuk.

"Silahkan duduk" meskipun terlihat tidak ada orang, tapi suara itu sepertinya berasal dari kursi kerja yang menghadap dinding. Sandaran kursi yang tinggi menyembunyikan wajah Sang pemimpin organisasi.

Dokter Han dan Daewonpun duduk di sofa. "Ketua, saya disini bersama Im Daewon. Operasi plastik berjalan lancar dan hari ini saya melepas perban di wajahnya" ucap Dokter Han sambil memandangi Daewon.

"Ya. Kerja yang bagus, Dokter Han. Dia benar-benar terlihat seperti Jung Hoseok. Jadi kita bisa segera melaksanakan rencana kita. Im Daewon ssi, apa kau siap menjalankan misimu?" tanya Sang ketua tanpa mengubah posisinya.

"Saya siap, ketua" jawab Daewon.

"Bagus. Kau bisa menyiapkan dirimu mulai sekarang. Dan tolong panggilkan Seo Junghoo. Aku ingin membahas rencanan ini dengannya. Kalian boleh pergi"

Dengan itu, mereka berdua undur diri. Dan dalam perjalanan mencari Seo Junghoo, banyak orang yang memuji bahwa Daewon benar-benar terlihat seperti Jung Hoseok.

"Kau sungguh hebat, Dokter Han" ucap Daewon masih sambil berjalan.

Tapi dokter yeoja itu malah tersenyum terpaksa. "Arra. Tapi Ketua bahkan tidak melihatmu sama sekali. Entah darimana dia mengatakan bahwa kau mirip Hoseok" tersirat nada kejengkelan dari suaranya.

"Bukankah ketua memang tidak pernah menampakkan wajahnya? Mungkin tadi dia sedang tidak memakai topengnya"

"Lalu bagaimana dia tahu bahwa kerjaku memang bagus?" kali ini dokter itu menghentakkan kakinya, menyalurkan perasaan kesalnya.

"Mungkin dia telah mempercayaimu sepenuhnya"

Dokter Han tidak mengatakan apapun lagi. Sepertinya jawaban Daewon itu sudah membuatnya puas.

Seorang yeoja berkacamata dan memakai jas putih muncul dari belokan. "Kau sudah melepas perbannya!" pekiknya girang saat melihat Daewon. "Wah aku seperti tidak mengenalmu, Daewon ah" lanjutnya sambil meraba wajah baru Daewon.

"Ini tetaplah aku, Dokter Yoon" ucap Daewon disertai senyuman.

Yeoja berkacamata itu ikut tersenyum. "Ada yang harus aku tunjukkan padamu, kajja" ucapnya sambil menarik tangan Daewon.

"Tapi-" namja penyaru itu menatap Dokter Han.

"Tidak apa-apa. Aku yang akan memanggil Junghoo" potong dokter berpakaian operasi itu sambil melambai.

Daewon dan Dokter Yoon memasuki sebuah pintu besi. Itu adalah sebuah laboratorium yang dipenuhi rak-rak besi.

"Kau pasti membutuhkan senjata saat menyamar nanti, jadi aku mempersiapkan sesuatu yang khusus untuk misimu" ucap Dokter itu dengan bersemangat sambil menuju meja.

Si penyaru langsung bebinar. "Apakah kau akan memberiku peluru perak beserta pistolnya?"

Sang dokter menggeleng. "Tidak. Itu terlalu beresiko. Lagipula kau akan langsung ketahuan sebelum memiliki kesempatan untuk menggunakannya"

Namja Im menampilkan cengiran bodoh. "Benar juga. Lalu apa?"

Dokter Yoon membuka sebuah kotak hitam. "Ini" jawabnya tersenyum puas.

"Bolpoin?" tanya Daewon kecewa. "Apa gunanya bolpoin selain untuk menulis? Kau bilang akan memberiku senjata"

Dokter Yoon tersenyum misterius. "Ini bukan bolpoin biasa. Jika kau menekan pegas di ujung belakang bolpoin, ia akan meluncurkan obat bius. Obat itu memiliki dosis yang cukup untuk membuat seseorang pingsan selama sejam"

"Bahkan seorang vampir?"

"Ya"

"Woah daebak" kini Daewon memandang bolpoin dalam kotak itu dengan pandangan takjub.

"Bukankah ini tidak terlihat seperti senjata? Semua orang pasti mengira jika ini hanyalah bolpoin biasa. Bolpoin ini jauh lebih aman daripada kau membawa pistol disaat penyamaran"

"Kau sungguh hebat, dokter Yoon"

Yeoja itu tersenyum. "Terima kasih. Dan satu lagi, satu bolpoin hanya bisa dipakai sebanyak 3x"

Daewon mengangguk. "Aku mengerti"

"Sekarang istirahatlah. Aku akan menyiapkan alat-alat lain untukmu" yeoja berjas putih itu menepuk-nepuk punggung si penyaru.

Namja Im itu mengangguk. "Selamat malam" kemudian pergi dari sana.

Tiba-tiba gambaran menjadi gelap. Kemudian muncul lagi.

Si penyaru berada di dalam van bersama beberapa anggota organisasi lain. 3 yeoja dan 4 namja. Total 8 orang ditambah Im Daewon.

Kemudian van itu berhenti. Dan mereka semuapun keluar. Mereka telah berdiri di depan bangunan karaoke milik Jung Hoseok.

"Jangan sampai kau melepas maskermu sebelum kami melumpuhkan si Jung itu" bisik seorang namja di telinganya.

"Aku mengerti" suara Daewon teredam masker.

"Selamat datang" sambut Jung Hoseok dengan ceria.

"Kami sudah memesan atas nama Kim Minki" ucap namja yang tadi berbisik pada Daewon.

"Ah, Anda yang bernama Kim Minki? Mari saya antar" ucap Hoseok yang kemudian memimpin gerombolan itu.

Dan saat sampai di ruangan karaoke, tiba-tiba Minki menusukkan bolpoin bius ke leher namja ceria itu. Tubuh Hoseokpun langsung melemas hingga pingsan.

"Sebaiknya para yeoja keluar dan mencari Hyesun. Suruh dia mematikan cctvnya agar Daewon bisa bertukar pakaian dengan Hoseok" perintah seorang namja kekar yang membaringkan tubuh Hoseok di sofa.

"Oke" ketiga yeoja itupun segera keluar.

"Semoga kau berhasil menyusup kedalam kaum vampir. Jika hal itu terjadi, Hyesun akan mengambil alih tempat ini" ucap seorang namja bermata sangat sipit yang menepuk bahu Daewon.

"Hyesun pasti bekerja disini dengan gigih hingga mendapat kepercayaan dari Hoseok untuk menjadi manager tempat ini" kata namja yang berdiri di dekat pintu.

"Gadis itu memang sangat gigih. Bahkan Ketua saja sangat percaya padanya" dukung Minki.

Tiba-tiba seorang yeoja berambut pendek menyembulkan kepala di sela pintu. "Cctvnya sudah mati" lapornya yang kemudian menutup pintu kembali.

Namja di dekat Hoseok segera melucuti pakaian namja Jung itu.

Gambar menggelap lagi. Jungkook menskip adegan Daewon bertukar pakaian dengan Hoseok. Sekejap kemudian gambaranpun muncul kembali.

Namja yang sangat kekar itu menggendong tubuh Hoseok di bahunya. Dan namja yang paling jangkung segera membukakan pintu.

Tiga orang yeoja dan seorang yeoja lagi yang berseragam biru sudah menunggu di lorong.

"Dia sudah menunggu di pintu belakang" ucap yeoja bersurai coklat panjang yang baru selesai bertelepon.

"Hyesun, tunjukkan jalannya. Yang lain, berjaga-jagalah disetiap pintu dan belokan" perintah Minki yang diangguki oleh yang lain.

"Kajja" ucap Hyesun sambil mulai beranjak. Disususul kemudian Minki, si pria kekar yang menggendong Hoseok, para yeoja, Daewon, namja sipit, dan terakhir namja jangkung.

"Hei, dia kenapa?" teriakan ini memecah keheningan diantara gerombolan vampir hunter itu.

Teriakan itu berasal dari seorang pria di belakang dan dengan sigap si pria jangkung segera berbalik dan menusukkan bolpoin bius padanya.

"Lanjutkan saja. Aku akan membawanya ke toilet" ucap namja itu sambil menggendong si pria pengganggu.

Yang lain mengangguk dan segera bergegas pergi. Hingga sampailah mereka pada sebuah pintu kayu di lantai 1. Hyesun membukanya dan mereka keluar menyambut udara malam.

Van hitam yang mengantarkan mereka tadi sudah menunggu disana. Minkipun memanjat masuk ke dalam van dan menerima operan tubuh Hoseok dari si namja kekar.

Hoseok didudukkan di kursi belakang, diantara si pria kekar dan si pria sipit. Minki yang duduk di tengah memasangkan borgol di kedua tangan Hoseok.

Setelah para yeoja masuk, namja jangkung datang menyusul. "Dia sudah kubereskan" lapornya sambil duduk di samping yeoja berambut pendek, kemudian menutup pintu mobil.

"Semoga berhasil, Daewon ah. Ani ani, Jung Hoseok" ucap yeoja bersurai hitam lewat jendela yang terbuka.

Im Daewon mengangguk. Kemudian van mulai melaju meninggalkan Daewon dan Hyesun di gang gelap itu.

Gambaran menggelap dan Jungkook kembali menghadap Sang raja.

"Saya menemukan banyak alat-alat unik di saku si penyaru itu, Yang Mulia" lapor namja bergigi kelinci itu.

"Terima kasih, Jeon Jungkook. Aku akan memeriksa alat-alat itu nanti. Silahkan kembali ke kursimu" ucap pemimpin kaum vampir itu.

"Baik, Yang Mulia" dan Jungkookpun berteleportasi kembali ke sebelah Taehyung.

"Saudaraku kaum vampir, kalian telah melihat sendiri bahwa para vampire hunter itu telah mengembangkan teknologinya. Dan yang lebih menyakitkan adalah Jung Hoseok -salah satu anakku- menjadi tawanan mereka" Raja terlihat menghela nafas dengan raut wajah sedih.

"Aku ingin kalian semua berlatih keras untuk menyerang markas mereka secepatnya" lanjut beliau.

Tidak ada suara apapun. Semua terlalu terkejut mengetahui fakta bahwa salah satu anak Raja ditawan oleh pihak musuh.

"Rapat hari ini ditutup. Silahkan kembali ke mansion kalian masing-masing" kemudian Raja menghilang dari sana.

Seluruh vampir langsung berkasak-kusuk. Ada yang memilih langsung berteleportasi pulang, ada pula yang malah asik mengobrol membahas rapat barusan.

"Ayo kita pulang" ucap Yoongi sambil berdiri. Jungkook, Jin, Taehyung, dan Sumin ikut bangkit.

"Kalian pulang saja dulu. Aku akan menghadap Raja. Ini semua karena kelalaianku" ucap Namjoon yang masih duduk di kursinya.

Seokjin langsung menepuk punggung Namjoon. "Kita semua akan menyelamatkannya"

Namja berdimples itu mengulum senyum terpaksa. "Arraseo. Sekarang pulanglah"

Yang lain mangangguk lantas saling bergandengan tangan dan memejamkan mata. Sedetik kemudian, mereka telah sampai di ruang keluarga mansion.

"Wah luas sekali" ucap Taehyung dengan takjub. Matanya menelisik seisi ruangan.

"Separuh vampir, ikut aku ke kamar Jimin" ucap Yoongi yang kemudian menghilang.

Sumin menurut. Ia segera berteleportasi juga ke kamar Jimin. Mata bulat yeoja itu langsung tertuju pada Jimin.

Kekasih vampirnya itu terlihat semakin pucat sejak terakhir kali Sumin melihatnya. Matanya terlihat cekung dan bibirnya semakin biru.

Sambil menggigit bibir, Sumin mendekati ranjang bertiang.

"Jantungnya semakin melemah karena tidak menerima darahmu" ucap Yoongi yang menempelkan tangannya di atas jantung Jimin. "Mungkin kali ini akan membutuhkan lebih dari 5 tetes"

Sumin langsung mengulurkan tangan kanannya. "Silahkan"

Seperti beberapa hari lalu, Yoongi menggores pergelangan tangan Sumin dan menengadahkan tangan gadis itu agar darahnya masuk ke tenggorokan Jimin.

Tapi saat darah Sumin tak lagi menetes, Yoongi kembali menggores pergelangan tangan gadis itu.

Hingga saat luka Sumin menutup untuk kedua kalinya, Yoongi melepas tangan Sumin. "Cukup. Kau boleh pergi"

Tapi Sumin malah menggeleng. "Ijinkan aku tidur disini bersama Jimin, oppa" pintanya dengan memelas.

Namja Min itu menatap Sumin cukup lama, seolah mempertimbangkan permintaan Sumin di kepalanya. "Baiklah"

Baek Sumin tersenyum. "Terima kasih, oppa"

"Aku akan mengeceknya satu jam lagi" ucap Yoongi yang kemudian menghilang.

Sumin menghela nafas. Kemudian ia menatap wajah rupawan Jimin lama.

Beberapa hari tidak melihat wajah itu, ternyata membuat Sumin merasa rindu. Dan entah bagaimana, hanya dengan menatap Jimin saja jantungnya berdetak dua kali lipat lebih cepat.

Ia terus saja jatuh cinta pada pria ini lagi dan lagi.

Sumin menaiki ranjang, kemudian berbaring di samping Jimin. Mengambil posisi miring dengan sebelah tangan menyangga kepalanya.

Sedangkan tangannya yang lain mulai membelai wajah namja Park itu.

"Jimin, kapan kau akan membuka matamu? Aku sangat merindukanmu" lirihnya.

Tentu saja tidak ada jawaban apapun dari Jimin.

"Aku rindu suaramu, nyanyianmu, senyummu, perilakumu padaku, semuanya"

Air mata Sumin mulai mengalir di pipinya. "Maafkan aku"

Gadis itu mengecupi wajah Jimin dengan sayang. Kemudian mengalungkan lengannya pada leher Jimin.

Setelah itu Sumin menelusupkan wajahnya pada perpotongan leher Jimin.

"Aku sangat mencintaimu"

TBC

Tinggalkan komentar please ????







 

With love, Astralian ????

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
TRAUMA
97      86     0     
Romance
"Menurut arti namaku, aku adalah seorang pemenang..akan ku dapatkan hatimu meskipun harus menunggu bertahun lamanya" -Bardy "Pergilah! Jangan buang waktumu pada tanaman Yang sudah layu" -Bellova
A - Z
2675      921     2     
Fan Fiction
Asila seorang gadis bermata coklat berjalan menyusuri lorong sekolah dengan membawa tas ransel hijau tosca dan buku di tangan nya. Tiba tiba di belokkan lorong ada yang menabraknya. "Awws. Jalan tuh pake mata dong!" ucap Asila dengan nada kesalnya masih mengambil buku buku yang dibawa nya tergeletak di lantai "Dimana mana jalan tuh jalan pakai kaki" jawab si penabrak da...
Gue Mau Hidup Lagi
368      234     2     
Short Story
Bukan kisah pilu Diandra yang dua kali gagal bercinta. Bukan kisah manisnya setelah bangkit dari patah hati. Lirik kesamping, ada sosok bernama Rima yang sibuk mencari sesosok lain. Bisakah ia hidup lagi?
A Ghost Diary
4972      1560     4     
Fantasy
Damar tidak mengerti, apakah ini kutukan atau kesialan yang sedang menimpa hidupnya. Bagaimana tidak, hari-harinya yang memang berantakan menjadi semakin berantakan hanya karena sebuah buku diary. Semua bermula pada suatu hari, Damar mendapat hukuman dari Pak Rizal untuk membersihkan gudang sekolah. Tanpa sengaja, Damar menemukan sebuah buku diary di tumpukkan buku-buku bekas dalam gudang. Haru...
Violetta
583      343     2     
Fan Fiction
Sendiri mungkin lebih menyenangkan bagi seorang gadis yang bernama Violetta Harasya tetapi bagi seorang Gredo Damara sendiri itu membosankan. ketika Gredo pindah ke SMA Prima, ia tidak sengaja bertemu dengan Violetta--gadis aneh yang tidak ingin mempunyai teman-- rasa penasaran Gredo seketika muncul. mengapa gadis itu tidak mau memiliki teman ? apa ia juga tidak merasa bosan berada dikesendiri...
Broken Promises
890      583     5     
Short Story
Janji-janji yang terus diingkari Adam membuat Ava kecewa. Tapi ada satu janji Adam yang tak akan pernah ia ingkari; meninggalkan Ava. Namun saat takdir berkata lain, mampukah ia tetap berpegang pada janjinya?
Sherwin
349      231     2     
Romance
Aku mencintaimu kemarin, hari ini, besok, dan selamanya
Panggil Namaku!
7779      2055     4     
Action
"Aku tahu sebenarnya dari lubuk hatimu yang paling dalam kau ingin sekali memanggil namaku!" "T-Tapi...jika aku memanggil namamu, kau akan mati..." balas Tia suaranya bergetar hebat. "Kalau begitu aku akan menyumpahimu. Jika kau tidak memanggil namaku dalam waktu 3 detik, aku akan mati!" "Apa?!" "Hoo~ Jadi, 3 detik ya?" gumam Aoba sena...
Kala Saka Menyapa
10838      2627     4     
Romance
Dan biarlah kenangan terulang memberi ruang untuk dikenang. Sekali pun pahit. Kara memang pemilik masalah yang sungguh terlalu drama. Muda beranak begitulah tetangganya bilang. Belum lagi ayahnya yang selalu menekan, kakaknya yang berwasiat pernikahan, sampai Samella si gadis kecil yang kadang merepotkan. Kara butuh kebebasan, ingin melepas semua dramanya. Tapi semesta mempertemukannya lag...
Love Dribble
9730      1785     7     
Romance
"Ketika cinta bersemi di kala ketidakmungkinan". by. @Mella3710 "Jangan tinggalin gue lagi... gue capek ditinggalin terus. Ah, tapi, sama aja ya? Lo juga ninggalin gue ternyata..." -Clairetta. "Maaf, gue gak bisa jaga janji gue. Tapi, lo jangan tinggalin gue ya? Gue butuh lo..." -Gio. Ini kisah tentang cinta yang bertumbuh di tengah kemustahilan untuk mewuj...