"Jadi, siapa kau sebenarnya, Park Jimin? Kenapa kau bisa berteleportasi?" Tanya Sumin dengan polos.
Pertanyaan itu bagaikan sambaran petir untuk Jimin. "Sial! Kenapa dia ingat?" Batin Jimin. Berusaha mengatur ekspresinya, namja Park itu mengedip-ngedipkan matanya. Seolah bingung dengan pertanyaan Sumin. "Teleportasi? Apa maksudmu?"
"Aku memang tidak mengingatnya dengan jelas. Tapi aku merasa bahwa aku melihatmu di dalam lift saat lampu darurat lift menyala. Tapi sekejap kemudian, setelah kau memelukku, aku sendirian lagi" jawab Sumin dengan jujur.
Jimin tersenyum. Kemudian mengusap-usap kepala Sumin dengan kedua tangannya. "Lihatlah aku. Apakah aku terlihat berbeda dengan orang lain?"
Sumin mengamati wajah Jimin. "Ya. Perbedaannya adalah, kau sangatlah tampan." Tapi tentu saja Sumin mengucapkan hal itu hanya dalam hatinya.
Tidak mendapatkan jawaban apapun dari gadis di hadapannya, Jimin melanjutkan, "Aku sama sepertimu. Dan kau sendiri pasti tahu bahwa teleportasi itu merupakan hal yang mustahil dilakukan, bukan?"
Sumin hanya diam. Ia menggigit bibir bawahnya. Perkataan Jimin ada benarnya juga. Mana mungkin ada manusia yang bisa berteleportasi?
"Mungkin kau masih syok atas kejadian kemarin, Sumin ah. Kau bahkan tidak yakin dengan ingatanmu, bukan? Mungkin, apa yang kau ingat itu sebenarnya adalah apa yang kau harapkan" katanya dengan diakhiri oleh senyum miring yang biasa membuat setiap gadis memekik tertahan.
Tapi reaksi Sumin hanya membulatkan matanya. Dia merasa seperti seorang remaja yang ketahuan telah berharap berlebihan. Selain itu, senyum Jimin barusan seperti telah mengalihkan dunianya. Oh astaga kenapa lelaki ini sangat amat sempurna?
Jimin terkekeh geli. "Sepertinya kau masih butuh istirahat. Tidurlah" kemudian namja itu mengecup dahi Sumin.
Tentu saja yeoja Baek itu terbelalak. Ia sungguh tidak menyangka akan mendapat kecupan ringan di dahinya.
Sebelum pergi, Jimin meletakkan keranjang buah di pangkuan pacar pura-puranya itu. "Semoga besok kau merasa lebih baik."
Bahkan sampai Jimin benar-benar pergi dari tokonya, Sumin masih terbengong seperti orang bodoh.
???? Black Roses ????
"Ooh astaga sikapnya manis sekali" ucap Inha yang senyum-senyum sendiri setelah mendengarkan cerita Sumin tentang Jimin. "Ah aku menyesal telah memarahinya tadi" lanjutnya sambil menghempaskan tubuhnya di ranjang Sumin.
"Minta maaflah padanya besok" saran Sumin sambil menyandarkan kepalanya ke kepala ranjang.
"Dengan senang hati hehe" jawab Inha yang menunjukkan cengiran kudanya.
Tidak menghiraukan sahabatnya itu lagi, mata Sumin menangkap buket bunga mawar pemberian Jimin kemarin di atas nakas. Iapun mengambilnya dan membuka bungkusnya perlahan hingga menyisakan tangkai-tangkai mawar saja.
Dahi Sumin berkerut mengamati tangkai-tangkai bunga itu. Ada sesuatu yang aneh. Gadis itu melihat ada kertas hitam kecil yang dililitkan di bawah tangkai bunga. Dan setiap tangkai memiliki lilitan kertas tersebut.
Penasaran, yeoja bersurai coklat itu membuka salah satu lilitan kertas tersebut. Dan ia langsung terperanjat.
Baek Sumin
Namanya tertulis dalam lilitan kertas itu dengan tinta warna perak. "Oh my God" ucapnya dengan takjub.
Terkejut, Inha mendongak. "Ada apa?" Tanyanya. Tapi karena Sumin tak kunjung menjawab, Inha segera bangkit dan duduk bersila di samping Sumin. Diapun melongok kertas yang dipegang Sumin dengan penasaran. "Oh my gosh!" serunya.
Kemudian Inha mulai membuka semua lilitan kertas yang ada di tangkai-tangkai mawar itu. Mulutnya terbuka lebar menatap kertas hitam kecil yang berserakan diatas ranjang. Karena dalam lilitan kertas yang lainpun juga bertuliskan nama Sumin. Semuanya. Tanpa terkecuali. "Oh astaga, dia romantis sekali!" pekik gadis itu.
Sementara itu, sudut bibir Sumin perlahan-lahan terangkat. "Jangan salahkan aku jika aku mulai menyukaimu, Park Jimin." Batinnya.
Sepertinya hati Sumin telah tersentuh oleh sikap dan perlakuan romantis Jimin. Hingga kini gadis itu mulai berharap lebih pada namja yang sempat ia cap sebagai namja berengsek itu.
???? Black Roses ????
Jimin membanting tubuhnya ke sofa, tepat di samping Jungkook yang sedang mengotak-atik smartphonenya. Sepertinya namja bergigi kelinci itu terlalu serius dengan game disana, hingga ia hanya sempat melirik saja pada Jimin. "Hai Hyung" sapanya seadanya.
"Hmm" gumam Jimin sebagai jawaban. Kemudian ia menutup matanya dengan lengan kanan. Pikirannya otomatis melayang pada gadis yang seminggu lalu ia ajak berkencan.
Benar. Baek Sumin. Gadis itu sudah baik-baik saja dan tidak pernah bertanya lagi tentang teleportasi. Bahkan ia juga tidak pernah mengungkit-ungkit tentang terjebaknya dia di lift malam itu.
Sekarang sikap Sumin terasa normal. Ia tidak lagi bersikap galak. Bahkan terkesan manis. Seringkali gadis itu melakukan skinship, baik di depan semua orang, maupun saat mereka hanya berdua.
Pria itupun tidak tahu kenapa ia memperlakukan Sumin dengan manis, layaknya pacar sungguhan. Hei, mereka masihlah pura-pura! Tapi entah kenapa lebih terasa seperti mereka benar-benar menjalin sebuah hubungan.
Jimin akui bahwa ia memang merasa nyaman dengan yeoja Baek itu. Ia tidak seperti gadis-gadis lain yang menarik perhatian lebih pada Jimin. Sumin sungguh biasa saja. Bahkan saat Jimin memberinya smirk andalannya, gadis itu hanya mengerjap kaget. Bukankah gadis ini sangat unik?
Apalagi dengan perubahan sikap Sumin yang menjadi lebih manis. Seperti menunjukkan aegyo, memberi perhatian-perhatian kecil pada Jimin, bersikap sedikit manja, dan sebagainya, dan sebagainya.
"Apa yang kau pikirkan, Hyung?" Tanya Jungkook yang sukses membuyarkan lamunan Jimin.
"Tentang surat ancaman itu" jawabnya tanpa mengubah posisi. Oh tentu saja itu bohong. Karena sebenarnya yang Jimin pikirkan adalah korban dari surat tersebut.
Jungkook mengangguk sambil meletakkan smartphonenya. "Kalian belum menemukan petunjuk apapun tentang pengirimnya?"
Jimin menggeleng dengan muram. Kemudian tiba-tiba smartphonenya bergetar.
Baek Sumin memanggil...
Melihat layar benda kesayangannya itu, senyum langsung merekah di wajah Jimin. "Tumben sekali dia menghubungiku terlebih dahulu" gumamnya.
"Siapa?" Tanya Jungkook yang penasaran sambil melongok smartphone Jimin.
"Sumin" jawab yang lebih tua, masih dengan senyum bodoh yang sama. Kemudian namja Park itu menggeser ikon hijau untuk menjawab panggilan.
Tapi belum sempat Jimin membuka mulut, suara panik diujung sambungan membuat dahinya berkerut.
"Park Jimin!" itu bukan suara Sumin. Melainkan suara sahabatnya, Inha. "Tolong! Datanglah ke sini sekarang juga! Kumohon!" dia terdengar sangat panik.
"Ada apa?" Tanya Jimin yang telah tertular kepanikan Inha.
"Sumin-" Inha terdengar terisak. "Sumin tertimpa softbox saat pemotretan."
"Apa?!" teriak Jimin dengan mata terbelalak. "Kirimkan alamatnya! Aku segera kesana" lanjutnya sambil bangkit.
Bingung melihat hyungnya yang tiba-tiba panik, Jungkook bertanya. "Ada apa?"
"Sumin tertimpa softbox saat pemotretan" jawab Jimin, mengulang perkataan Inha tadi dengan suara tegang. "Aku tidak tahu ini hanya kecelakaan yang tidak disengaja, ataukah memang perbuatan si pengirim surat itu. Tapi aku benar-benar harus pergi" Ia mengecek dompet, smartphone, dan kunci mobil sebelum pergi.
"Aku ikut" ujar Jungkook sambil bangkit. "Mungkin aku bisa pergi ke tempat kejadian untuk melihat apakah ini disengaja atau tidak"
Jimin mengangguk. "Kuserahkan padamu" katanya sambil menepuk pundak dongsaengnya itu.
TBC
Silahkan tinggalkan kritik, saran, dan reviewnya ????
With love, Astralian ????