Jimin menatap kosong tubuh lemah Sumin yang terbaring di ranjang putih itu. Padahal baru seminggu yang lalu ia membawa gadis itu ke rumah sakit, tapi sekarang dia berada di sini lagi.
Untuk kedua kalinya, Jimin gagal melindungi Sumin. Meskipun ia tidak tahu, pelaku kecelakaan ini adalah si pengirim surat atau bukan, tetap saja Jimin tidak bisa melindungi gadis bermata bulat itu.
Tapi jika kejadiannya di siang hari seperti tadi, Jimin memang tidak bisa melakukan apapun. Ia hanya bisa keluar di sore hingga malam hari. Jika tidak, mungkin ia tidak akan ada lagi di dunia ini.
Fakta itu bahkan tidak membuat hatinya menjadi ringan. Ia malah semakin merasa bersalah pada Sumin. Hingga iapun tak tahan lagi. Jimin berbalik dan mulai beranjak keluar ruangan.
"Hyung!" panggil Jungkook dengan cemas.
Jimin berhenti. Tapi kepalanya tidak menengok sedikitpun.
"Yaaa! Kau mau kemana Jimin ssi?!" teriak Inha dengan kesal. "Bukankah seharusnya kau mene-"
"Aku tidak bisa melihatnya seperti itu." Potong Jimin dengan suara sendu. "Aku akan segera kembali" Kemudian iapun melanjutkan langkahnya.
Inha terdiam. Ia tidak bisa mencegah namja Park itu. Karena iapun mengerti bahwa mungkin saja lelaki tampan itu merasa bersalah dengan kejadian ini. Bahkan ia sebagai sahabatpun juga merasa iba pada Sumin.
"Jadi, dia adalah seorang model?" Tanya Jungkook yang menatap Sumin.
Inhapun mengalihkan pandangan pada tubuh sahabatnya dengan wajah sedih. "Baru beberapa hari lalu dia diterima sebagai model oleh JS Agency" jawabnya sambil duduk di kursi samping ranjang.
Jungkook mengangguk tanda mengerti. "Aku akan menemanimu" ucapnya pada Inha sambil duduk di sofa.
Gadis bersurai sedikit ikal itu mengangguk dan tersenyum berterima kasih.
"JS Agency. Oke aku akan menyelidiki tempat itu nanti" pikir Jungkook yang mulai menyusun rencana di kepalanya.
???? Black Roses ????
Park Jimin duduk di kursi samping ranjang. Matanya mengamati Sumin dengan tatapan sendu. Bagaimana ia tidak merasa bersalah jika sekarang ini ada kain kasa yang membelit kepala gadis itu?
Dokter bilang, luka Sumin tidak begitu parah. Hah! Jimin sungguh ingin membunuh dokter itu! Bagaimana bisa dia bilang tidak parah, padahal dahi Sumin harus dijahit?!
Maka dari itu Jimin sempat pergi tadi. Karena ia harus menenangkan dirinya. Jika tidak, mungkin pria itu akan benar-benar membunuh si dokter sialan.
Saat Jimin datang tadi, Inha sudah tertidur di sofa dengan Jungkook yang menjaganya. Setelah itu dongsaengnya itu pamit pergi ke tempat kejadian untuk menyelidiki softbox yang menimpa Sumin.
Tiba-tiba bulu mata Sumin bergetar. Kemudian perlahan-lahan ia membuka kelopak matanya. "Sumin ah?" Panggil sebuah suara.
Gadis yang masih lemah itu menggerakkan kepalanya sedikit ke arah datangnya suara. Dan ia melihat Jimin yang sedang duduk di samping kanannya. Pria itu tersenyum lembut. "Bagaimana perasaanmu?"
"Masih sedikit pusing" jawab Sumin sambil memegang dahinya. Bukannya merasakan kulitnya, ia malah merasakan tekstur kain kasa. "Ah, sepertinya dahiku di perban. Pantas saja kepalaku terasa pening. Separah ini ternyata." Pikirnya.
"Tidurlah kembali. Ini masih tengah malam" Jimin mengusap rambut Sumin dengan sayang.
"Aku tidak ingin tidur lagi."
"Kalau begitu aku akan menemanimu."
"Kau tidak tidur, Jimin ssi?"
"Aku sudah tidur tadi" jawab Jimin berbohong. Karena sejak kembali ke kamar inap Sumin, yang dia lakukan hanyalah memandangi gadis itu, menunggunya sadar. "Apa kau ingin sesuatu?"
"Aku haus" jawab Sumin.
Jiminpun dengan sigap membantu 'pacarnya' itu bersandar di kepala ranjang. Kemudian ia juga membantu Sumin untuk minum.
"Gomawo" ucap Sumin sambil tersenyum.
Jimin balas tersenyum sambil mengangguk, lantas meletakkan gelas di nakas. "Ah ya, tadi ada seorang suster membawa ini" lelaki itu mengambil kotak hadiah besar dari meja depan sofa. "Katanya dari penggemarmu" kemudian ia meletakkan kotak hadiah tersebut di pangkuan Sumin.
"Penggemar?" Sumin mengerutkan dahinya bingung. "Masih baru beberapa hari yang lalu aku menjadi model. Mana mungkin aku sudah memiliki penggemar?"
Jimin mengangkat bahu. "Inha juga berkata seperti itu" katanya sambil mengedikkan dagunya pada Inha yang meringkuk di sofa. Kemudian namja vampir itu kembali duduk di samping ranjang Sumin.
Setelah menatap Inha yang tertidur pulas, Sumin mulai mengamati kotak hadiah itu. Ada sebuah amplop tertempel di atas kotak berwarna pink tersebut. Sumin melepasnya, membuka amplop, dan membaca suratnya.
Baek Sumin
Kau benar-benar ingin menderita ya?!
Aku sudah menyuruhmu untuk menjauhi suamiku tapi kau tidak menghiraukannya.
Kau malah terus mendekati Park Jiminku tersayang.
Kau benar-benar tidak bisa mencari lelaki lain ya?!
Dasar wanita murahan!
Kau pikir aku tidak serius dengan ancamanku kemarin?
Asal kau tahu saja, aku sangat serius!
Dan sekarang aku akan membuat hidupmu benar-benar sengsara!
Bersiaplah untuk mati!
Sumin menelan ludah. Ini adalah surat ancaman yang kedua. Dari kata-katanya, sepertinya si pengirim benar-benar serius. Buktinya, sudah 2x Sumin mengalami kecelakaan sejak surat ancaman itu pertama kali datang.
"Dari siapa?" tanya Jimin penasaran karena melihat wajah Sumin yang berubah pucat.
Sumin mengulurkan surat. "Sebaiknya kau membacanya sendiri"
Jiminpun menerima surat tersebut dan mulai membacanya.
Sementara itu Sumin memandangi kotak hadiah tersebut. Mengingat kata-kata ancaman yang kedua, tiba-tiba perasaannya buruk. Dia takut ada sesuatu yang mengerikan dalam kotak itu. Tapi dia juga merasa penasaran.
Setelah menimbang-nimbang, akhirnya rasa penasarannyalah yang menang. Sumin mulai membuka tutup kotak hadiah perlahan-lahan. Kemudian dia mengintip ke dalam.
Gadis manusia itu tertegun melihat isi kotak tersebut. Memang benar, adanya hadiah adalah untuk mengejutkan si penerima hadiah. Dan Sumin tidak hanya sekedar terkejut. Dia bahkan sudah kehilangan kata-kata.
"Pengirim yang sama dengan surat yang kemarin. Tulisannyapun sama buruknya. Apakah menurutmu kejadian di lift dan di tempat pemotretan yang menimpamu itu adalah ulah si pengirim ini?" tanya Jimin dengan rahang mengeras.
Tapi Sumin tak kunjung menjawab. Jiminpun memandang Sumin dengan bingung. "Ada apa?" Tanyanya sambil ikut melongok isi kotak hadiah.
Namja itupun ikut terkejut. Di dalam kotak tersebut, terdapat sebuah boneka perempuan dengan pisau tertancap tepat di tengah tubuhnya. Bahkan ada darah yang berlumuran di pisau dan tubuh boneka tersebut.
TBC
Silahkan tinggalkan kritik, saran, dan reviewnya ????
With love, Astralian ????