Sumin menatap ketiga lelaki di hadapannya itu dengan mulut ternganga. "Lalu siapa yang mengirimiku surat ancaman itu?!"
Ketiga namja disana saling berpandangan dengan sama bingungnya.
"Tidak ada pengirimnya" Jimin membolak-balik surat ditangannya.
"Ah, kau pasti hanya pura-pura! Cepat panggil istrimu itu kemari, Park Jimin!" Bentak Sumin, berfikir bahwa namja dihadapannya itu sangat brengsek hingga mempermainkannya.
"Sudah kubilang kan?! Aku belum menikah!" Jimin balas membentak.
Sumin menghela nafas, berusaha meredam amarahnya yang sudah mencapai ubun-ubun. Karena semua orang di restoran itu sedang memperhatikan dia dan Jimin, seolah melihat drama gratis di depan mata. "Kalau begitu baca surat itu!" perintahnya sambil mengedikkan dagu. "Mungkin kau bisa tahu dari tulisannya"
Jimin membuka surat tersebut, dengan kedua temannya yang ikut memperhatikan. Saat melihat tulisan tangan dalam surat ancaman itu, ketiganya langsung terbelalak.
"Astaga tulisannya jelek sekali" kata namja yang memiliki garis rahang sangat tegas.
"Kau tidak mungkin memiliki istri yang tulisannya sejelek ini kan, hyung?" tanya si namja bergigi kelinci.
Tapi Jimin hanya terus membaca, tidak memperdulikan ocehan kedua temannya. Setelah selesai, dia menatap gadis yang beberapa saat lalu telah menamparnya. "Aku tidak kenal siapapun yang menulis seperti ini. Seperti tulisan seseorang yang baru belajar menulis hangul"
"Kemungkinan itu salah satu anakmu yang baru belajar menulis" ucap Sumin dengan ketus.
Mendengar nada seperti itu, sukses membuat Jimin naik pitam. "Aku belum menikah, jadi mana mungkin aku memiliki anak! Kalau kau tidak percaya," Jimin mengeluarkan dompetnya. "Aku masih lajang" dia memberikan kartu identitasnya sebagai bukti agar gadis itu percaya.
Sumin mengamati kartu identitas tersebut. Benar. Dia memang masih lajang. Gadis itupun menggigit bibir bawahnya. Sebenarnya dia masih tidak percaya, tapi kartu identitas Jimin sudah membuktikan statusnya. "Tapi, bisa saja itu pacarmu yang mengaku sebagai istrimu" sangkalnya dengan suara lirih. Seperti tidak yakin dengan kata-katanya sendiri.
Jimin menghela nafas kesal dan memijit pelipisnya. Ia tidak tahu lagi bagaimana caranya meyakinkan gadis didepannya ini.
Ia tahu bahwa ia sangat tampan. Tapi selama hidupnya yang panjang ini, ia sama sekali tidak tertarik untuk menjalin hubungan seperti itu. Meskipun ada banyak sekali manusia ataupun vampir cantik yang mendekatinya, Jimin tetap tidak pernah merespon mereka. Menurutnya, hal seperti itu sangat tidak berguna, dan hanya akan membuang-buang waktunya.
Lagipula ia tidak mau terpuruk dalam kesedihan seperti orang-orang yang telah menjadi budak cinta. Baginya, itu sangat bodoh dan menyedihkan. Kenapa tidak bersenang-senang saja, menikmati indahnya dunia? Karena ia yakin, ada banyak hal yang lebih seru daripada hubungan cinta. Bermain-main dengan mangsanya, misalnya.
"Dia tidak mungkin mau memiliki pacar seberantakan ini" ucap si namja bergaris rahang tegas.
"Jika tulisannya sejelek ini, kemungkinan dia memiliki kepribadian yang berantakan juga" dukung si namja bergigi kelinci.
Sumin menatap Jimin dengan sebal. Tapi kemudian ia berfikir, bahwa mungkin saja lelaki itu tidak berbohong, mengingat bagaimana kerasnya ia berusaha meyakinkan Sumin. "Baiklah, anggap saja aku percaya." Ucapnya, mengalah. "Tapi, jika ada hal buruk yang terjadi pada hidupku setelah ini, itu semua sepenuhnya adalah salahmu! Dan kau harus bertanggung jawab atas hal itu" ancamnya.
"Mwo?!" Jimin terkejut.
Tidak menanggapinya, Sumin malah berbalik dan mulai melangkah pergi meninggalkan restoran, diikuti Inha di belakangnya.
"Yaaa! Kau mau kemana?!" seru Jimin yang masih tidak terima.
Tapi Sumin terus saja berjalan tanpa sekalipun menoleh.
"Aiiisssshh!" Jimin mengusak surainya dengan frustasi. Moodnya hancur hanya dalam hitungan menit.
???? Black Roses ????
"Hyung" sapa Jungkook, yang lebih sering dipanggil 'Kookie'.
Tapi yang dipanggil hanya menggumam tidak jelas.
"Apa kau masih memikirkan surat itu, hyung?" tanya lelaki yang lebih muda itu sambil duduk di samping Jimin.
Jimin yang sedang memandangi jalan lewat jendela full kaca restoran, hanya mengangguk samar. Sedari tadi, itulah yang terus mengganggunya. "Apa kau mengeal gadis itu, Kookie?"
"Tidak. Tapi aku sering melihat temannya. Mungkin mereka tinggal di sekitar sini?"
Jimin mengangguk paham. Kemudian ia berteriak pada teman selinenya yang masih berkutat di dapur restoran. Karena ia pikir, temannya yang satu itu pasti lebih tahu karena ia sudah tinggal disini sedari kecil. "Tae, apa kau kenal gadis yang tadi siang?"
Taehyungpun muncul membawa segelas jus. "Siapa? Gadis yang menamparmu?" ejeknya sambil tertawa.
Jiminpun memutar kelereng matanya dengan sebal. "Jawab saja"
"Mian" katanya sambil terkekeh geli. "Namanya Baek Sumin. Dia pindah ke sini sekitar setahun yang lalu. Dia memiliki toko bunga sekitar 5 rumah dari sini." Jelas Taehyung sambil duduk disamping lain Jimin. Membuat namja Park itu diapit oleh kedua teman dekatnya.
"Baek Sumin" ulang Jimin seolah mematrikan nama itu dalam ingatannya. "Apa kau mengenalnya?"
"Tidak" Jawab Taehyung setelah menyeruput jusnya. "Sepertinya dia tidak pernah keluar rumah. Mungkin sibuk dengan tokonya"
"Apa kau akan menemuinya, hyung?" tanya Jungkook setelah menyimak percakapan kedua hyungnya itu.
"Entahlah. Aku masih penasaran, kenapa gadis seperti dia yang tidak mengenalku sama sekali, mendapat surat seaneh itu" jawab Jimin.
"Mungkin dia sendiri yang menulis surat itu, agar bisa menemuimu" tebak Taehyung yang kembali terkekeh sendiri.
"Menurutku itu tidak mungkin. Kau juga lihat sendiri kan hyung, gadis tadi terlihat sangat kesal pada Jimin hyung" kata Jungkook, menyuarakan pikirannya.
"Jadi siapa yang mengirim surat iseng seperti itu?" Jimin memijat pelipisnya, merasa semakin stres. "Jika nanti aku menemukan orang yang mengirim surat itu, aku berjanji akan menghisap darahnya sampai tubuhnya kering" lanjutnya dengan marah.
"Hahaha kau selalu saja berlagak seperti vampir, Jim" Taehyung memukul bahu Jimin sambil tertawa terbahak-bahak.
"Aku serius!" bentak Jimin, tidak terima.
Tapi namja Kim itu masih saja tertawa. "Hahahaha terserah kau saja, Jim"
Sementara itu, Jungkook hanya bisa melirik Taehyung sambil menggigit bibir bawahnya.
???? Black Roses ????
Bel yang terpasang di atas pintu toko bunga tiba-tiba berbunyi. "Selamat datang" kata Sumin sambil bangkit dari duduknya di belakang meja kasir.
tapi saat dia melihat ke arah pintu, wajahnya langsung terlihat sebal. "Apa maumu?" tanyanya dengan datar. Nada ramahnya sudah tidak terdeteksi sama sekali.
"Park Jimin?!" pekik Inha yang terlihat tidak percaya dengan matanya sendiri. Gadis itupun segera merapikan rambutnya, kemudian bangkit dari duduknya. "Ada yang bisa kami bantu?" tanyanya sambil tersenyum ramah. Berbanding terbalik dengan Sumin yang sudah kelihatan badmood.
Jiminpun balas tersenyum ramah hanya pada Inha.
"Oh my God! Senyumnya" gumam Inha yang melted sendiri.
Kemudian lelaki berparas rupawan itu mengalihkan pandangannya pada Sumin. "Ada yang ingin kubicarakan denganmu" katanya seramah mungkin. Padahal sebenarnya ia sangat kesal melihat gadis bermata bulat yang terlihat sama sekali tidak menghargainya itu.
"Katakan saja" jawab Sumin dengan malas.
"Mari kita berkencan" ajak Jimin dengan wajah coolnya.
"Mwo?!" pekik Sumin dan Inha bersamaan dengan mata yang sama-sama terbelalak kaget.
TBC
Silahkan tinggalkan kritik, saran, dan reviewnya ????
With love, Astralian ????