"Alfa,tolong tuliskan ini di papan tulis.Ibu masih banyak urusan" suruh Bu Fitri memberikan selembar kertas saat melewati mejaku
"Apaan tuh?"tanya Arka,setelah Bu Fitri keluar tentunya.
"Jadwal ujian akhir semester satu" jawabku sambil membaca tulisan paling atas di kertas itu
"Kok ujian sih?Ulangan kali.Kalo ujian,kesannya kaya mau UN lagi" tukas Dion
"Biarlah,sama aja" balasku sambil berjalan menuju papan tulis untuk menuliskan jadwal
"Fisika sama matematika disatuin?Gilaa" ucap Arka saat aku menuliskan jadwal hari rabu
"Makanya belajar,biar gak gila" sahutku dari depan
"Iya,tuan profesor" balas Arka kesal
Setelah selesai menuliskan jadwal, aku langsung duduk di kursiku untuk menyalinnya pada buku catatanku.
"Gimana,fa?Gue frustasi," keluh Beta
"Kita belajar bareng" kataku memberi solusi
"Gue takut gak bisa" timpal Arka
"Guys,gimana kalo kita bikin kelompok belajar" usulku
"Boleh juga tuh,jadi tiap pelajaran harus ada ahlinya" sahut Dion
"Gue PKN!"ucap Arka
"Gue kimia" timpal Kirana
"Gue bahasa indonesia,biar gampang"seru Dion
"Alfa harus biologi" kata Gilang
"Beta fisika,oke?"usulku
" Siiap!!!"sahut Beta mantap
"Gimana jadwal belajarnya?" tanya Arka
"Jadi,sistemnya itu seperti jadwal pelajarannya aja.Misalnya hari ini jadwalnya matematika, ya kita belajar matematika aja" jelasku yang disetujui oleh semua siswa di kelas
"Ahli matematika siapa?" tanya Dion
Semua diam,tak ada yang berani mengajukan dirinya.
"Resti" panggilku tanpa menoleh padanya karena sedang menyalin jadwal dari papan tulis
"Ah,iya?"sahutnya
"Lo matematika,ya"kata Arka
Resti hanya diam,mungkin dia mengangguk atau menggeleng.
Rasanya sudah lama aku tidak bertegur sapa dengannya,apa kabar Resti?
***
Bel pulang sudah berbunyi,guru mata pelajaran terakhir pun sudah meninggalkan kelas.
"Semuanya, jangan dulu pulang!" pintaku
"Lah,kenapa,fa?" tanya Dion
"Kita belajar dulu" jawabku kemudian mengeluarkan buku biologiku
"Belajar biologi?" tanya Beta
Aku hanya menganggukan kepalaku.
"Semuanya,silakan keluarkan buku biologinya.Jika ada yang tidak mengerti,bisa ditanyakan" suruhku seperti seorang guru saja
Semua menurut.
Satu persatu bertanya,akupun menjawabnya semampuku.Aku sedikit menjelaskan ke depan kelas,bahkan mencoret-coret papan tulis saat penjelasannya memerlukan gambar untuk dipahami.
Aku bukan bertindak sebagai penguasa di kelas ini.Aku memang ditunjuk Bu Fitri sebagai ketua kelas,karena ketua kelas sebelumnya dinilai tidak bertanggung jawab.
Aku juga baru tau bahwa sebenarnya Bunda,Bu Fitri dan tante Mila adalah teman satu geng saat SMA dulu.Makanya Bu Fitri gak canggung kalo nyuruh-nyuruh,bisa gitu ya.
Setengah jam kemudian,ada yang mengeluh.
"Fa,udahan deh.Gue ada jadwal les hari ini" ucap Natalie
"Ya sudah,belajarnya sampai di sini dulu.Minggu depan kita belajar biologi lagi" kataku mengakhiri belajar tambahannya
Handphone ku berdering,
~Maurel~
Aku lupa menjemputnya!
Aku mengangkat teleponnya ragu
"Aisyaaaaaaaah!"
"Siang,Maurel"
"Kenapa sih kamu jadi gak suka jemput aku?"
"Lo pulang sama siapa?"
"Dika"
"Tuh ada,om gue"
"Tapi kalo dia gak ada lagi di sini gimana?Aku pulang sama siapa?"
"Terserahlah,gue cape"
~aku memutus telfonnya
"Bisa,fa?" tanya Beta
"Bisa" jawabku kemudian keluar kelas mendahului Beta
"Kenapa?" tanya Beta menjajari langkahku
"Maurel rewel gara-gara gak gue jemput" jawabku
"Dia suka sama lo?" tanya Beta
"Nggak,emang kenapa?"
"Soalnya posesif sama lo"
"Nggak kok"
Akupun bergegas mengambil motorku
***
Hari ini adalah jadwal belajar oleh Arka,pelajaran PKN.
"Kenapa sih lo ngambil PKN?" tanyaku saat Arka menyiapkan buku UUD nya
"Karena,PKN itu pelajarannya wali kelas kita.Dan gue,mau ngajar ala-ala Bu Fitri,fa" jawab Arka kemudian maju ke depan
"Selamat siang,semuanya!Disini saya mau bertanya,siapa yang tau bunyi UUD 1945 pasal 33 ayat 1" pinta Arka
"Itu gak ada di materi" ucap Dion
"Waduh,nggak ada?Ya ampun, salah gue.Ya udah,pasal 1 ayat 1 aja" ucap Arka mengganti soal
Beta mengangkat tangan.
"Silakan,nona Bella Tania yang hobbynya tidur" kata Arka menirukan suara Bu Fitri
Seisi kelas tertawa mendengarnya.
"Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik" jawab Beta lantang
"Pintar kamu,saya pikir kamu sudah kebal dengan pertanyaan mengenai UUD" balas Arka menirukan Bu Fitri lagi
Tok-tok-tok!
Pandangan semua orang terfokus pada asal suara,pintu yang diketuk dengan anggun.
Arka membukakannya,ternyata ketukannya tak seanggun orang yang mengetuknya.
"Ada apa ini?kenapa belum pada pulang?" tanyanya horor
Arka takut setengah mati,dia menjawabnya dengan gugup.
"Ini pak,anu ... kita lagi belajar" ucap Arka terbata-bata
"Belajar?bukannya bel sudah berbunyi?" tanya Pak Agung,guru BK yang ditakuti semua orang
Arka hanya diam,takut didebat bila menjawab sepatah kata lagi.
Sebagai seorang ketua kelas,aku maju ke depan dan menghampiri Pak Agung.
"Selamat siang,pak" sapaku ramah
"Siang"balas Pak Agung datar
"Jadi,begini Pak.Saat kami mengetahui jadwal ujian akhir dua minggu lagi,kami memutuskan untuk mengadakan kelompok belajar,Pak.Karena kami ingin menghadapi ujian nanti dengan penuh persiapan,Pak.Jadi,kami mengadakan pelajaran tambahan yang dibimbing oleh siswa yang mampu atau mahir dalam bidangnya,Pak.Karena terkadang,kami canggung jika dengan gurunya,Pak.Jadi,jika dengan teman pasti tidak terlalu canggung,Pak"kataku memberi penjelasan pada Pak Agung.
Pak Agung menatapku tajam,kemudian tertawa di detik berikutnya.
"Kamu ini,menjelaskan banyak bilang jadi,karena,pak,pak.Jadi tak tahan untuk tertawa saya.Sudahlah,lanjutkan kegiatan positif ini.Kamu ketua kelasnya?" tanya Pak Agung
"Iya,pak" jawabku disertai anggukan
"Bagus,bertanggung jawab!Kalo boleh tau,siapa wali kelasnya?" tanya Pak Agung lagi
"Bu Fitriani Sundari,pak!" jawabku dengan bangga
"Memang pandai Bu Fitri dalam membimbing kelas ini,terima kasih telah menjadi contoh yang baik,Al-fa-tih Ad-ri-an-syah" balas Pak Agung sambil membaca nametag ku persuku kata
"Terima kasih,pak" kataku menyalaminya
"Iya,terima kasih kembali tuan Alfatih Adriansyah" sahut Pak Agung menyebutkan namaku dengan lancar
Pak Agung pun menutup pintunya dan pergi.
Seisi kelas menghela napas lega.
"Gilaaa,Alfa bisa taklukin guru horor seantero SMA Tribuana!!!" puji Arka terdengar berlebihan
"Biasa aja"balasku kemudian kembali duduk
"Lanjut, Arka!" suruh Gilang
"Udah ah,cape gue" keluh Arka
"Eh,jangan gitu.Lo kan mau ngikutin belajar ala-ala Bu Fitri, kan?" kataku menirukan alasan Arka tadi
"Gue nyerah,susah banget ngajar PKN" tolak Arka
"Besok jadwalnya siapa?" tanya Natalie
"Bahasa inggris,jadi elo lah Neng Lihe" sahut Dion.
Natalie memang sering dipanggil Neng Lihe di kelas,ini idenya Dion.
"Iya,bang Dion.Neng lupa" balas Natalie
Semuanya pun berkemas untuk bersiap pulang.
"Gak jemput Maurel?" tanya Beta padaku
"Nggak,dia dijemput sama om Dika" jawabku
***
Hari ini adalah hari sabtu,hari terakhir untuk pemantapan sebelum ujian akhir hari senin nanti.Hari ini tidak ada materi,Bu Fitri masuk kelas dan berpidato panjang lebar.
"Semoga,semuanya mendapat hasil yang terbaik.Terima kasih Alfa sudah membimbing teman sekelasnya agar melakukan persiapan yang begitu matang untuk menghadapi ujian akhir ini.Saya harap,di kelas ini tidak ada yang mencontek.Jikapun ada,nilainya saya tangguhkan.Jadi,bersemangatlah untuk menghadapinya.Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih."
Nasihat Bu Fitri disambut dengan tepuk tangan dari semua siswa di kelas.
"Oh iya,hampir saja lupa.Alfa,Reza ingin kau menemuinya" ucap Bu Fitri
Aku hanya mengangguk saja.
Akupun segera berkemas dan terburu-buru keluar kelas.
Sebelumnya aku memang sudah bicara banyak dengan kak Reza.Aku sudah paham apa yang akan ia bicarakan sekarang.
Aku menuruni tangga dan menuju kelas kak Reza.
Aku menunggunya di depan pintu,seketika Kak Reza melambaikan tangannya padaku.
"Hai,Alfa.Ketemu lagi"sapa kak Nabila
" Kak Nabila di sini?"tanyaku
"Yup,11 IPA-3!" jawabnya cepat
"Ayo,Alfa!" ajak Kak Reza menghampiriku
"Bil,nanti ya" ucap Kak Reza
"Oke!"sahut kak Nabila mengacungkan kedua jempolnya pada kak Reza.
Ku pikir, mereka berdua sangat cocok.Kak Reza yang menyenangkan, dan kak Nabila yang baik.
" Mau ikut?"tanya Kak Reza
"Mau dong" jawab kak Nabila
Kak Reza menatapku,
"Boleh dia ikut?" tanya Kak Reza
"Boleh aja,gak masalah" sahutku cepat
Kak Reza pun berjalan di depanku.Kami berjalan menuju ruang musik.
Aku sudah menduduki salah satu kursi.
"Gini,fa.Jadi ada perlombaan di SMA apa ya,lupa gue" ucap Kak Reza
"SMA Kharisma Bangsa" timpal Kak Nabila
"Nah,iya itu.Jadi,sekolah itu mengadakan event.Yang mana di sana ada perlombaan se-provinsi.Jadi,lombanya itu menyanyikan lagu romantis buatan sendiri" ucap kak Reza
"Jadi?" tanyaku tak paham,apa hubungannya denganku
"Gue denger,lo suka manggung di Cafe.Jadi,lo aja yang wakilin sekolah kita" jawab kak Reza
"Tapi kak,gue gak bisa ngarang lagu." kataku memberi penolakan halus
"Coba aja dulu" ucapnya
"Kenapa harus Alfa?Gak kamu dulu?" tanya kak Nabila pada kak Reza
Yeah,itu dia!
"Bil,ini kata mama." jawab kak Reza
"Kata mama?Bu Fitri?" tanyaku memastikan
Kak Reza menjawabnya dengan anggukan.
Niat banget tuh orang ngerjain gue.
"Tapi kak Reza ikutan?" tanyaku
"Ikut,cuma yang lain.Gue ikut yang nyanyi solo"jawab kak Reza
"Kapan acaranya?" tanyaku lagi
"Hari rabu minggu depan,empat hari dari sekarang" jawab Kak Reza membuatku ingin mengumpat kesal
"Gue ada sih lagu,tapi ciptaan temen" kataku seketika mengingat lagu Anggia
"Boleh aja sih,coba nyanyiin.Pake gitarnya" suruh kak Reza
Aku mengambil gitar,aku memulai lagunya.
Ingin tau lagunya?
Sudah ada di chapter Jika cinta,ungkapkan!
Kak Nabila dan kak Reza menatapku lekat setelah aku selesai menyanyikan lagunya.
"Lo kangen sama siapa,Fa?Ngena banget" ucap kak Reza alay
"Ini ciptaan temen gue,dia udah meninggal.Dan,gue kangen sama dia"jawabku jujur
Kak Nabila bertepuk tangan.
"Bagus,Alfa!Saya suka!" puji kak Nabila
"Itu aja lagunya" pinta kak Reza
"Gpp emangnya?" tanyaku
"Ya enggaklah,nyanyiin yang bener.Lo kalo menang dijamin dapet peringkat pertama di kelas" ucap kak Reza
"Jangan gitulah,kak.Semua orang udah susah-susah berusaha jadi yang terbaik,masa yang menangin peringkat pertama gue" balasku tak setuju
"Tapi terserah nilai lo sih,kalo emang nilainya lebih unggul dari yang lain,bagus 'kan" tukas kak Reza
"Iya deh" balasku jengah
"Udah deh,gitu aja buat hari ini.Latihan yang bener ya,tapi jangan sampe ganggu konsentrasi di ujian akhir nanti." pesan kak Reza
"Siap,kak!"
"Yuk,bil" ajak kak Reza pada kak Nabila
Mereka pun berjalan di depanku,kak Reza menggandengnya.
Itu kalo bukan pacaran,apa namanya?
***
Aku memainkan gitarku sambil menyanyikan lagunya Anggia di balkon kamarku.Rasanya,aku semakin merindukannya begitu menyanyikannya.
"Alfa,temanmu tuh!" teriak Bunda
"Iya" sahutku pelan
Aku menyimpan gitarku dan turun ke bawah.Kita lihat,siapa yang bertamu hari ini.
"Halo,Alfa!" sapanya begitu aku datang ke ruang tamu
"Ada apa ya ke sini?Tumben" ucapku kemudian duduk di sofa yang berhadapan dengannya
"Jadi gini,fa.Gue ... lo tau 'kan turnamen basket sebentar lagi" katanya membuatku berfirasat buruk
"Gue harap lo bisa gabung di tim basket sekolah kita" lanjutnya membuatku menjadi sangat kesal
"Emang kapan?" tanyaku
"Di awal semester dua nanti.Salah satu anggota kita pindah sekolah,makanya gue minta lo gantiin" jawabnya
"Yuda 'kan ada"
"Dia udah coba,tapi masih gagal.Jadi,semoga lo bisa,please" mohonnya
"Gimana ya,gue kan gak terlalu jago main basket.Gue udah terlalu lama vakum"
"Tapi,fa.Cuma lo harapan gue.Gue gak bisa minta tolong sama siapa-siapa lagi.Gue tau kemampuan main basket lo sejak SMP"
Yang berbincang denganku ini adalah Rangga Bramantio,ketua OSIS baru di SMA Tribuana.Aku memang akrab dengannya sejak SMP.Tapi,aku tidak pernah mengharapkan kedatangannya hari ini.Bukan apa-apa,aku sudah melupakan dunia basketku karena sempat cedera dulu.Anggia yang menyuruhku berhenti,karena memang dia yang menyaksikan secara langsung bagaimana aku cedera.
Dan,mengapa Rangga datang padaku?
Apa SMA Tribuana kehabisan stok pemain basket?
"Rangga,maaf gue gak bisa" tolakku pada akhirnya
"Kenapa,fa?Gue gak paham kenapa lo bisa nolak kesempatan ini mentah-mentah.Bukannya lo dulu adalah pemain basket terbaik saat SMP?Lo gak mau ngembangin bakat lo?Setidaknya demi sekolah kita,fa" mohon Rangga
"Gak bisa,gue gak bisa"
"Alfa,gue mohon.Setidaknya lakukan ini demi Anggia"
Anggia?Kenapa aku harus melakukannya demi Anggia?
"Justru Anggia yang nyuruh gue berhenti dulu"
"Tapi lo tau apa yang terjadi berikutnya?"
"Maksud lo?"
"Tepat sehari setelah lo masuk rumah sakit,dia dateng sama gue.Dia minta tolong biar gue bisa bujuk lo main basket lagi kalo lo udah sembuh.Please,Alfa.Gue mohon"
Aku hanya diam dan mencerna kata-kata yang diucapkan Rangga.
Anggia memang sangat mendukungku untuk bermain basket,tapi dia juga sangat melarangku melakukannya saat aku cedera.Aku masih trauma dengan kejadian itu.Saat itu ada seseorang menyenggolku ketika aku melompat untuk memasukkan bola ke dalam ring.Aku terjatuh sampai terluka,terutama di bagian kaki dan juga kepala.Aku pingsan saat itu juga.
Aku tidak ingin semua kejadian itu terulang lagi.Aku bahkan masih ingat siapa yang menyenggolku saat itu.Aku tidak ingin berhadapan dengannya lagi.
"Gue tau ini berat buat lo.Gue harap,lo bisa mempertimbangkan ini.Maaf ya udah ganggu waktu lo,gue pamit"
Rangga pun pergi.Terdengar suara motornya sudah menjauh dari rumahku.Aku terdiam,masih berpikir bagaimana seharusnya aku memilih.
Aku kembali ke kamar,entah kenapa pandanganku tertuju pada piala yang berjejer di atas lemari.
Salah satunya ada dari cabang olahraga basket.Ku lihat medali yang tergantung di atasnya.Salah satunya juga ada dari cabang olahraga basket sebagai pemain terbaik.
Aku terduduk di atas ranjangku.Aku termenung,dunia basket sudah lama aku tinggalkan.Aku takut mengecewakan semua orang nanti.
Aku merebahkan diriku di atas kasur,menatap langit-langit kamar yang berwarna putih polos.
Rangga sungguh sangat baik telah menawariku kesempatan itu.Tapi,aku tetap saja tak bisa mengabulkan keinginannya.Ku pegang lututku bekas cedera dulu,bekasnya masih ada.
Andai saja ada Anggia di sini,aku ingin bertanya bagaimana pendapatnya.
"Alfa" panggil Bunda
"Ya?" sahutku agak berteriak
"Ayo makan dulu,Sayang.Ini sudah sore" ucap Bunda agak teriak
Aku langsung bangkit dan membuka pintu kamarku.Aku bisa melihat Bunda sedang menyiapkan makan di ruang makan.
Aku menuruni tangga.Aku melangkah gontai menghampiri Bunda.
"Tadi temennya ngomong apa?" tanya Bunda yang sedang menyiapkan nasi untukku
"Alfa disuruh main basket lagi,Bun" jawabku berterus terang,tidak ada alasan untuk berbohong
"Dan kamu mau?" tanya Bunda yang sudah duduk berhadapan denganku
"Alfa bingung" jawabku menatap nasi beserta lauknya yang sudah ada dihadapanku
"Bunda tau ini berat buat kamu.Tapi kamu harus mengambil keputusan,nak."
Aku melahap makan siangku.Pikiranku masih terfokus pada ucapan Rangga tadi.
"Kamu memang sudah mendapat cedera karena basket.Tapi,apa kamu mau menyerah begitu saja?" tanya Bunda membuat pikiranku lebih terbuka
"Tapi Alfa trauma,bun.Alfa takut kejadian itu terulang lagi" kataku mengutarakan alasanku
"Anak Bunda gak ada yang kaya gitu.Kamu cemen,fa.Masa jatuh sekali langsung nyerah.Kamu tau bagaimana perasaan lawanmu saat kamu nyerah dan vakum dari basket?Mereka bersorak senang,mereka berhasil menjebakmu dengan mentalmu sendiri.Masa kamu kalah sih,Bunda gak suka"
Aku hanya diam dan mencerna kata-kata Bunda.
"Apapun keputusanmu pasti Bunda dukung.Tapi Bunda mau kamu mencoba dulu. Coba kamu ikuti turnamen ini,dan setelah itu semuanya terserah kamu.Mau lanjut atau cukup sampai di sana." ucap Bunda memberikanku saran
Aku masih diam,memikirkan kata demi kata yang diucapkan Bunda.
***
Aku sedang membaca buku biologiku untuk ujian hari senin.Aku membacanya di balkon kamarku,kebetulan udaranya sedang sejuk makanya aku memilih tempat itu.
Saat sedang asyik seperti itu,handphone ku berdering.
Aku melihat siapa yang menelepon pagi-pagi begini.
~Arya~
Dengan malas,aku tekan tombol hijau pada layar handphone ku
"Halooooo"
"Halo"
"Alfa,gawat"
"Gawat kenapa?"
"Gue belum belajar,gimana dong"
"Ya udah belajar"
"Gak ngerti,sumpah
Lo ke sini dong"
"Males"
"Fa,gue gak ngerti biologi."
"Gue lagi belajar,Arya"
"Gue traktir deh,"
"Traktir apa dulu?Awas kalo traktir lolipop yang 500-an doang"
"Pokoknya sini deh,cepetan"
"Penting buat gue?"
"Punya ilmu lebih harus berbagi"
"Iya,gue otw"
"Nah,gitu dong.Ponakan gue pinter"
Aku memutus telfonnya.
Aku segera beranjak dari zona nyamanku.
Aku memasukkan buku-buku biologiku ke dalam tas,kemudian membawa kunci motorku yang tergantung dekat pintu.
"Mau ke mana?" tanya Bunda yang sedang menonton televisi di ruang tengah
"Ke rumah nenek,bun" jawabku seadanya
"Hati-hati"pesan Bunda
"Pasti" balasku melangkah ke garasi untuk mengambil motorku
Akupun melajukan motorku menuju rumah Arya.
Saat sampai,Arya sudah menyambutku di depan pintu.
Aku turun dari motorku dan menyerahkan kunci motorku padanya.
"Parkirin bang" suruhku kemudian masuk ke rumahnya
"Songong banget sih,dikira tukang parkir gue" gerutu Arya kemudian menuruti permintaanku
Aku duduk di ruang tamu.
"Gue kira siapa yang bertamu pagi-pagi" ucap Yuda kemudian duduk di sebelahku
"Si om mau belajar bareng" kataku kemudian membuka tasku dan mengeluarkan buku biologi
Yuda bersandar pada sandaran kursi kemudian memainkan ponselnya.
"Yud,lo ditawarin Rangga masuk tim basket gak?" tanyaku seketika mengingat ucapan Rangga kemarin
"Nggak ditawarin sih,gue coba aja masuk ekskul itu.Tapi,waktu pengetesan buat nentuin tim inti,gue gagal" balas Yuda tanpa menatapku
"Gue ditawarin sama Rangga,katanya buat ngikutin turnamen nanti di awal tahun.Gue bingung,yud" curhatku
"Kenapa bingung?bagus dong lo ditawarin sama ketuanya langsung."
"Masalahnya gue masih trauma,yud.Gue masih ragu buat ngikutin pertandingan gitu"
"Ngapain trauma,kaya banci aja sih.Alfa,ini kesempatan bagus buat lo"
"Bagus dari mananya,gue belum siap loncat depan ring lagi.Gue takut jatuh"
"Ahahaha,mental lo kok jadi cemen gini sih.Alfa,lo itu kan jadi pemain terbaik waktu SMP.Masa lo gak mau sih coba lagi masuk dunia basket.Asik tau"
Aku hanya diam dan mencerna kata-kata Yuda.
"Gue harap,lo gak sia-siain kesempatan ini.Lo masih ada waktu buat latihan dari awal lagi"
"Tapi,yud"
"Udaaah,gak usah pake tapi-tapian.Pokoknya,setelah ujian selesai lo harus latihan"
Aku hanya diam dan memikirkan bagaimana kelanjutan cerita ini.
"Ayo,fa.Kita mulai" ucap Arya
"Oke,coba lo duduk di kursi depan gue.Lo fokus,jangan banyak gerak.Gue mau jelasin materinya" pintaku sambil menunjuk kursi yang berhadapan denganku
Arya menurut saja.
Akupun mulai membacakan materinya.Arya sudah mulai mengangguk paham.Dia sesekali bertanya.Saat aku beri pertanyaan,dia bisa menjawabnya dengan tepat.
Yuda juga ikutan,tapi hanya mendengarkan saja.
Setelah setengah jam,akupun memberi selembaran soal pada Arya.
"Isi ya.Kalo lo bisa,nilai ujian lo aman" kataku sambil memberi kertasnya
"Oke" balas Arya yakin
Akupun memperhatikan Arya yang sedang mengisi soal dariku.Tapi, pikiranku kembali pada tawaran Rangga.Saran dari Bunda dan Yuda pun saling bersahutan dalam pikiranku.
Aku ragu untuk mengambil keputusan,tapi mau sampai kapan aku takut pada hal yang begitu sederhana.
Sekitar 15 menit,Arya sudah menyelesaikan soal yang ku berikan.
Aku membacanya sekilas,
"Lo dapet nilai 80" kataku sambil memberikan kertasnya pada Arya
"Lo pelajari lagi ya,gue mau pulang"
"Lah,santai dulu dong.Jangan dulu pulang" cegah Yuda
"Yud,gue ngantuk.Otak gue harus fresh buat besok" kataku mengutarakan alasan
"Oke,tapi lo harus terima tawaran Rangga ya" ucap Yuda
Aku hanya mengangguk,kemudian mengambil kunci motorku di atas meja.
"Makasih,fa" teriak Arya saat aku berjalan mendekati motorku
"Woy!"teriak seseorang dari lantai atas
Aku mendongakkan kepalaku,sinar matahari terlalu terik sampai aku begitu silau melihat siapa yang meneriakiku.
" Woy,jangan pergi dulu"teriaknya lagi,dia berjalan menghampiriku dari dalam rumah
"Eh,omdik." kataku begitu menyadari siapa yang berteriak tadi
"Ke sini gak bilang-bilang,ada yang mau gue tunjukin tau" ucap om Dika
"Apaan?"
"Gue udah punya gebetan sekarang" katanya begitu terdengar bahagia
"Seriusan?Om gue gak jomblo lagi?" tanyaku memastikan
"Serius,gimana lo sekarang?Masih ngenes aja nih?"
"Dia punya banyak cewe,tapi gak dipacarin" ucap Arya ambil bagian
"Yang bener,fa?" tanya Om Dika tak percaya
"Bukan cewe gue,temen doang" jawabku seadanya
Om Dika pun menarikku masuk ke dalam rumah lagi.
Kami mengobrol sangat seru di ruang tamu.
"Maurel gimana kalo dijemput sama om?" tanyaku pada om Dika
"Ya ... gitu,pasti tiap hari ngeluhin lo." jawab om Dika membuatku merasa bersalah
"Maaf ya,gue bukan gak mau jemput dia.Tapi,akhir-akhir ini ada pelajaran tambahan buat persiapan ujian.Jadi gue pulang agak telat" kataku mengutarakan alasan
"Udahlah,gpp.Lagian,kalo gue udah gak di sini masih ada Yuda sama Arya yang bisa jemput Maurel" ucap om Dika
***