“what are you doing here?” tanya Jena, nafasnya tak beraturan
“it's my house”
“really?? Please let me in, please” Jena memohon-mohon pada Marvel.
“aku jelasin semuanya nanti, please”
“okay okay”
Marvel membuka pintu rumahnya lalu mempersilahkan Jena masuk ke dalam. Jena menghempaskan badannya di sofa yang ada di ruang tamu rumah Marvel.
“mau air atau jus?”
“air aja”
Marvel mengambil gelas dari lemari, mengisinya dengan air lalu memberikannya pada Jena yang sedang ambruk di kursi sofanya. Jena mengambil gelas itu, meneguk airnya sampai habis.
“haah, thanks” kata Jena sambil memberikan gelasnya lagi pada Marvel. Marvel menaruh gelas itu di meja.
“so, ready to tell what’s going on?” tanya Marvel
“mm wait..”
“I think..I broke my arm” Jena memperlihatkan tangan sebelah kirinya yang melenting, susah digerakkan.
“shit”
“kita harus ke rs”
Dokter memberi tangan Jena gips karena ternyata dia memang mematahkan tulangnya.
“ya seminggu bisa normal lagi”
“dokter gak bisa bikin ini sembuh besok pagi? Pake suntikan atau apa”
Dokter itu diam dan menatap Jena, seakan that’s just impossible kid. Marvel yang duduk di sebelah Jena tertawa kecil melihat adegan itu. Jena mendengus kecewa.
Jam menunjukkan pukul satu malam. Marvel dan Jena masuk ke dalam mobil lalu memakai seatbelt.
“Marvel, thanks a lot”
Marvel tersenyum kecil. “that’s fine”
Ada keheningan sesaat saat Marvel memutar kunci mobil.
“are we friend?” tanya Jena
Marvel menatap Jena yang sedang tersenyum padanya.
“I think so” Jawab Marvel yang juga tersenyum.
“fist bump?” tanya Jena
Lalu Marvel membalas fist bump Jena. Marvel merasa senang ia akhirnya bisa mempunyai hubungan sedekat itu dengan Jena, ya walaupun ia sedikit kecewa karena bukan status friend yang ia inginkan.
“Udah dinner?” tanya Marvel
“belum”
“me too, let’s get some”
Karena Jena meminta untuk makan di kedai milkshake kesukaannya yang juga menjual makanan berat, akhirnya Marvel dan Jena berhenti disana. Untungnya kedai itu buka dua puluh empat jam. Jena memesan milkshake strawberry (pastinya) dua fried chicken dengan saus keju sedangkan Marvel sudah jarang minum susu, jadi dia memesan espresso dan burger ditambah kentang.
Mereka memakannya dengan lahap, seakan ini kali terakhir mereka makan. Setelah hampir setengah jam, makanan mereka habis. Tanpa menyisakan sedikitpun di atas piring. Jena bahkan menyedot milkshakenya hingga berbunyi karena habis.
“never been this blessed in my life” Kata Jena sambil mengusap perutnya yang penuh dengan makanan yang sangat ia sukai. Marvel tertawa melihat ekspresi Jena.
“Jen”
“yup”
“can i know, what were you doing tonight?”
Jena mendengus pelan “aku ngemogokin mobilnya Lucas”
“wow.. what for?”
“biar kita gak jadi pergi ke ultah perusahaan ayah Lucas”
Marvel mengangguk pelan, sekarang ia tahu kenapa Jena marah di ruang Fisika kemarin.
“emang gak ada cara lain?”
“mungkin ada, tapi aku pengen gitu”
“you know..”
“that, was cool”
Lalu Jena tersenyum lebar karena akhirnya ada juga yang satu suara dengannya “ I know right?”
“I was so fuckin hate him, aku bahkan gak mau menyia-nyiakan penglihatan aku yang dikasih Tuhan untuk melihat dia. Bahkan kalau bisa dia jangan ada di negara ini supaya kita gak ngehirup udara yang sama”
Marvel tertawa keras mendengarnya. “that was cruel girl”
“by the way, kamu waktu itu jalan sama Lyra kan setelah tanding?”
“ya, kenapa?”
“umm..what do you think about her?”
“yeah, she’s cool”
“just that?”
“i..think so?” Marvel kebingungan karena pertanyaan Jena ini.
“you know, if you uh.. maybe looking for a relationship. You can consider to date Lyra”
Marvel tertawa pelan. “and why is that?”
“she is a good person, and smart, and wise and a really good friend. And I think that she is just... have every girlfriend material guys look for”
Jena sebenarnya tidak yakin mengatakan ini pada Marvel, karena menurut dia Marvel masih tetap belum bisa mengimbangi Lyra dengan semua kepribadiannya. Tapi ia tak tega melihat temannya itu selalu unmood hanya karena Marvel. So, she’s doing it.
“hmm” Marvel mengangguk sambil meminum espressonya.
“I’m actually...already have someone in my mind”
“oh no..” Jena kecewa mendengarnya. Ia pun mengerti kenapa Lyra bilang nothing special happened malam itu.
“ya...seenggaknya kamu pertimbangkan Lyra”
Marvel hanya diam sambil menghabiskan espressonya.
“pulang?” tanya Marvel
“yuk, aku capek”