"hai" Jena menyapa Lyra yang masuk kedalam mobilnya.
"Hai"
"So... how's it going last night?"
"Mmm nothing special happened"
"Really?"
"Yeah. Jen, I don't really want to talk about it"
"Oh..okay"
Jena gak menyangka kalau Marvel akan berpengaruh besar untuk sahabatnya itu, sampai-sampai Lyra murung seperti ini. Lyra jarang sekali unmood hanya karena datingnya gak berhasil, ia pasti akan berusaha melupakan apa yang terjadi dan kembali ceria esok paginya. Tapi kali ini tidak, ia bahkan tidak berkata apapun, hanya diam memainkan handphonenya.
Jena pun menginjak gas dan menyetir mobilnya menuju sekolah.
"LUCAS!? WHAT THE HELL!?" Jena mendobrak pintu kelas Fisika-A lalu menggebrak bangku yang diduduki Lucas.
"calm down babe"
"don't call me that"
"Hei hei hei" Daniel yang ada di kelas mencoba menenangkan Jena. Tapi Jena memberontak karena tak mau di pegangi Daniel. Marvel yang juga ada di kelas ikut menenangkan situasi.
"I'm not going anywhere with you"
"say that to your father" Lucas tertawa licik
Jena menatap Lucas dengan penuh amarah. Ia memukul bangku Lucas sekali lagi lalu pergi meninggalkan kelas Fisika-A.
"she's hot" kata Lucas sambil tersenyum nakal
Marvel yang melihat kejadian itu ingin rasanya meninju muka Lucas hingga remuk. Tapi kalau begitu ia malah memperburuk situasi. Ia juga sebenarnya ingin menyusul Jena dan menemaninya di saat sulit seperti ini, tapi rasanya Jena bukan tipe yang menangis dan pasrah begitu saja. Mr. Andrew pun sudah masuk ke kelas, jadi Marvel kembali ke kursinya untuk belajar Fisika.
"Jadi kamu gak akan ikut?"
"Jen, I don't think this is right"
"Ly, I don't know the standard of wrong or right anymore, but I think this is right for me, and I’m gonna do it"
Lyra mendengus pelan, "kamu pergi sama siapa aja?"
"Kyle,Harry" Jawab Jena sambil mengunyah makan siangnya
“Aku rasa ada baiknya kamu berpikir lagi apa kamu emang harus ngelakuin ini atau engga”
Jena menggeleng, lalu pergi meninggalkan kantin. Marvel yang duduk di meja sebrang melihat Jena yang pergi. Dan tak sengaja, mata Lyra melihat Marvel.
He definitely cares about her, bisik Lyra sambil memutar bola matanya.
Saat itu pukul sepuluh malam, tiga anak SMA berbaju serba hitam juga memakai masker hitam berjalan bersamaan di perumahan mewah yang ditinggali anak-anak pengusaha besar di kota ini. Mereka berhenti di rumah besar dengan warna cat abu yang dihiasi lampu-lampu yang mungkin seharga sepeda motor itu. Di halamannya terparkir mobil mercedes benz dengan plat LC 4 SS. Ketiga anak itu mulai mengeluarkan mengeluarkan obeng, melepas bagian bawah stir, dan memotong semua kabel yang tersambung.
Tiba-tiba terdengar suara kendaraan. Kyle mengintip, ternyata penjaga yang sedang berjaga di malam hari.
“kita harus pergi” Kyle menepuk bahu Jena
“satu lagi” Jena mendengus kesal
Kyle dan Harry melihat lampu kendaraan semakin mendekat. Merekapun pergi meninggalkan Jena.
“sorry Jen”
“HEI!” teriak seorang penjaga saat melihat ada seseorang di dekat mobil milik Lucas.
Jena yang selesai memotong semua kabelnya langsung berlari sekencang mungkin dan masuk ke taman perumahan itu. Si penjaga turun dari mobil dan mengejar Jena. Jena melihat ke belakang pungunggnya sambil berlari, mengecek seberapa dekat si penjaga itu dengannya.
Dan tiba-tiba, BRUK!
Kakinya tersandung akar pohon yang besar, Jena terjatuh ke bebatuan yang menghiasi taman. Ia melihat semak-semak besar di sebelahnya lalu ia bersembunyi di baliknya. Si penjaga mengarahkan senternya di atas kepala Jena.
Jena memperkecil suara nafasnya yang ngos-ngosan. Dan sialnya, sang penjaga menemukan Jena. Bahkan ia sempat melihat muka Jena yang kaget karena mereka menemukannya. Jena langsung berlari lagi sekencang mungkin. Ia terus berlari, kepalanya menengok lagi ke belakang.
Dan sekali lagi badannya menubruk. Tapi kali ini ia bertabrakan dengan manusia. Orang itu memegang tubuh Jena. Jena tersentak karena takut ia ditangkap oleh orang ini.
“Jena?”
“Marvel?”