Delapan
27 Februari 2018, 19.15
Kugandeng tangan Kak Dofa dengan kuat. Perasaan gugup menjelajari tubuhku. Ini pertama kalinya aku mengikuti acara sebesar ini. Aku yakin pasti orang orang ini sangat berperan penting tentang pendanaan Negara. Kubiasakan diri dengan penampilanku kali ini.
“Tenang aja,” ucap Kak Doda. Aku mendengus kesal. Ia pun terkekh pelan.
“Entar pakaian sama sepatunya kamu bawa pulang aja deh sebagai bayarannya,” bisik Kenzo pelan.
“Aku tak mau bayarannya hanyaitu,” candaku sambil tertawa. Kini kami mulai memasuki ruangan yang dipenuhi oleh barang barang serta orang orang yang bernuansa mewah dan elegan. Lalu Kak Dofa menuntunku untuk bertemu dengan sepasang pasangan paruh baya yang berciri khas seperti yang lainnya, mewah dan elegan.
“Pa… Ma…” ucap Kak Dofa kepada pasangan paruh baya itu. Aku pun langsung mengerti bahwa mereka adalah orang tua dari Kak Dofa. Pasangan paruh baya itu pun langsung memperhatikan kami. Aku tersenyum kepada mereka.
“Ini Rebecca,” kenal Kak Dofa kepada orang tuanya.
“Hai om, tante!” sapaku gugup. Lalu beberapa orang mulai menuju kearah kami.
“Eh, Hendra, Wina, Dofa!” ucap para wanita dengan pakaian yang khas, elegan serta mewah. Mereka pun langsung menyadari keberadaanku. Dari tatapan mereka aku bertaruh bahwa mereka adalah ibu ibu sosialita yang hobi bergosip tentang satu sama lain.
“Eh, ini siapa?” Tanya mereka tentang siapa aku.
“Oh, ini Rebecca. Pacarnya Dofa,” ucap Tante Wina. Refleks aku terkejut. Para wanita itu pun terkejut.
“Ini pacar kamu Dofa?” Tanya mereka kepada Kak Dofa tentangku. Kulihat rona gugup di mata Kak Dofa.
“Hmm… Iya Tante,” ucap Kak Dofa gugup. Apa maksudnya? Pacar Kak Dofa sebenarnya adalah Kak Sheila, kakak kandungku sendiri.
“Oh… Hai Rebecca!” sapa mereka kepadaku. Aku pun hanya tersenyum.
“Namaku Rebecca, seharusnya aku tak tersenyum saat itu karena bak aku mengkhianati persaudaraanku,”
Bagus banget
Comment on chapter Prolog