Read More >>"> SiadianDela (Yuna) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - SiadianDela
MENU
About Us  

Hari-hari seperti biasa di lewati Dela dan Rendi bersama sampai akhirnya liburan semesterpun berakhir dan mereka akan disibukkan dengan tugas akhir mereka.

“Dela, hari ini gue ke kampus yahh, mau ketemu dosen. Jahitannya kayanya bisa di cabut hari jumat” ucap Rendi yang sedang membersihkan luka dipaha Dela.

“okay, semangat TA-nya. Aku kekampusnya tunggu sembuh dulu deh.” Ucap Dela sambil tersenyum ke arah Rendi.

“iya gak papa, gue pergi dulu yah.” Ucap Rendi sambil mencium kening Dela dan melangkah ke garasi rumah lalu pergi.

Pada Selasa malam, Rendi menjemput Yuna untuk pergi untuk makan malam, sepertinya sudah menjadi rutinitas antara Rendi dan Yuna dinner satu kali dalam seminggu dalam 1 tahun terakir ini, karena dulu ketika awal perkenalan mereka hanya bertemu 2 kali dalam sebulan, seperti biasa Rendi pasti memastikan dulu bahwa Dela tidak akan pergi keluar dan selalu tepat waktu dan menungu Yuna keluar dari kostannya.

“maaf buat kamu nungu lama.” Ucap Yuna ketika pintu mobil Rendi terbuka.

“iya gak papa.” Ucap Rendi yang mulai menjalankan mobilnya.

“kita makan di Tavern yuk. Katanya di sana live musiknya bagus.” Ucap Yuna dengan antusias.

“Tavern? Ya udah...”

Sebelumnya, dirumah Dela suasana sangat riuh karena ada Tara, Figo dan Axel. Seperti tidak bertemu satu tahun, mereka menghabisan waktu bercerita dan bercanda sampai akhirnya Axel harus pergi untuk mengisi panggung.

“Del, lo nyanyi lagi yah.” Bujuk  Axel “soalnya kemarin pihak cafe-nya lebih suka kalo vokalnya itu cewe, lo juga ga ada kerjaan kan.”

“nyanyi gimana?” tanya Tara. “kaki Dela kan masih sakit ngapain keluar-keluar.” Ucap Tara sambil memakan keripiknya.

“ihh badak, nyanyi di Cafe, bantuin gue. Yang nyanyikan mulutnya Dela bukan kakinya.” Ucap Axel membantah Tara. “ya Dell, sampe jam 9 kok.” Ucap Axel lagi membujuk Dela.

“ya udah sih, gue juga pengen keluar, makan malam diluar ajah sekalian..” Ucap Figo.

“tapi, tadi aku udah bilang Rendi ga bakal kemana-mana.” Ucap Dela ragu.

“emang dia kemana?” tanya Figo.

“Rapat.” Ucap Dela

“ya udah pas dong, dia ga bakal tau kalo lo lagi diluar. Ayo.” Ucap Figo sambil menaarik tangan Dela untuk pergi keluar.

Sebenarnya Dela sudah tau, bahwa selama ini ketika Rendi mengatakan akan rapat, itu bukan jawaban sebenarnya, melainkan pergi dengan Yuna, namun hal itu juga yang membuat Dela untuk takut keluar, kalau saja mereka bertemu secara tidak sengaja. Namun karena ketiga sahabatnya sudah mengajak, Delapun tak kuasa menolak, dengan alasan Dela hanya pergi ke suatu tempat, dan stay disana, kemungkinan bertemu Rendi sangat kecil.

Sesampainya Dela, Tara, Figo dan Axel di cafe, merekapun mengambil kursi persis didepan stage. Dela dan Axel pergi cek sound dengan personil yang lain, Billy di drum, dan Jona di bass. Lagu-lagu yang mereka bawakanpun tedengar sangat nyaman di telinga, dan beberapa request seperti Sambalado-Ayu ting-ting request dari Figo, To be With you-Mr Big request dari meja 23.

Rendi dan Yuna sudah sampai di Tavern dan duduk di area smoking room, karena didalam sudah penuh, namun pembatas antara ruang dalam dan smoking room adalah dinding kaca, mereka sedang menunggu makanan dan ngomong seperti biasanya.

“suara penyanyinya bagus yah. Ga nyesel kan aku ajak kesini.” Ucap Yuna yang mencoba merayu Rendi agar melihat ke arah stage.

“iya bagus.” Ucap Rendi sambil memainkan hpnya tanpa menoleh sedikitpun.

“mas saya mau Request, bole minta kertas.” Ucap Yuna saat melihat pelayan lewat dari meja mereka.

“owh silahkan mbak.” Ucap pelayan tersebut sambil memberi kertas dan menunggu Yuna selesai mencatat “Makasih mbak, silahkan ditunggu.” Pelayan itupun pergi dan memberi secarik kertas itu kepada Dela.

Delapun menghabiskan lagu Terlambat Sudah-Panbers, yang di request oleh seseorang yang sudah sangat berumur dan membuat Figo dan Tara standing ovation dengan kepala yang geleng-gelengkan seakan menyiratkan, Dela luar biasa. Dan membuat Dela, Axel, Billy, dan Jona tertawa.

“okay lagu selanjutnya Dancing On My Own dari Calum Scott, Waw lagunya, lumayan galau, hahaha, terimakasih request dari meja 15.” Ucap Dela sambil melihat meja 15 dan Dela melihat Yuna melambaikan tengannya disamping wajahnya dan melihat seseorang berbaju hitam didepannya, namun Dela tidak tau itu siapa, Delapun meneguk air liurnya dan membuang nafas kasar untuk menutupi kegugupannya, musikpun dimainkan dan Dela bernyanyi.

Saat Dela bernyanyi, semua mata yang ada di Cafe tersebutpun sangat memperhatikan Dela, karena sepertinya Dela sangat menghayati lagunya, sampai salah seorang pengunjung, meneteskan air matanya, dan sepertinya mata Delapun sudah sangat perih menahan air mata dengan ketakutan akan kenyataan, Dela bernyanyi dengan berharap jangan sampai orang yang didepan Yuna menoleh ke arahnya. Axel, Tara, Figo, Billy, dan Jona-pun terhanyut kedalam nyanyian Dela yang terasa sangat sedih.

“So far away but still so near, the lights go on the music dies, but you don’t see me standing here, i just came to say goodbye, i’m in the corner, watching you kiss her. Im right over here, why can’t you see mee. Im giving you my all, but im not the girl you’re taking home, i keep dancing on my on.”

“Ren, ada sesuatu di bibir kamu.” Ucap Yuna sambil beranjak dari kursinya dan melap bibir Rendi yang sebenarnya bersih dan jarak wajah mereka sangat dekat.

“apaan sih, Yun.” Ucap Rendi risih dan melanjut makannya.

“Parah sih, suaranya bagus banget. Sampe banyak pengunjung yang nangis. Kamu lihat deh.” Ucap Yuna yang membuat Rendi yang akhirnya menoleh dan terdiam mematung dan Rendipun kontak mata dengan Dela. Dela langsung memutar kursinya menghadap Axel dan membuat kode agar menghentikan lagunya. Air mata Delapun menetes.

“lo kenapa Del.” Tanya Billy dan terdengar tepuk tangan dari pengunjung Cafe.

“pinjem, motor kamu dong Bil.” Ucap Dela.

“owhh,, sebentar.” Ucap Billy sambil merogoh kantung celananya dan langsung memberikan Dela kunci motornya dan tangannya ditahan Axel.

“lo mau kemana? Lo kenapa?” tanya Axel karena bingung melihat Dela gemetar, Dela hanya menoleh kearah meja Rendi, dan Axelpun tebelalak melihat Rendi dan Yuna dengan kepalanya diisi pertanyaan, ngapain Rendi disini? Bukannya rapat? Cewe itu siapa? Delapun melepaskan tangannya dan pergi melalui lift yang sangat kebetulan mendukung Dela pergi, Tara dan Figo hanya bingung dan tak mengerti melihat Dela pergi. Rendi langsung beranjak ketika melihat Dela  pergi dan langsung berlari melewati tangga, dan diujung tangga, Dela terlihat menghidupkan sebuah motor.

“Dela.” Teriak Rendi yang membuat seluruh orang di basement memandanginya. Rendipun langsung meminta motor tukang parkir dengan jaminan dompet Rendi,

“pinjem pak, hubungin saya nanti, saya butuh cepat.” Ucapnya sambil memberi dompetnya dan langung pergi mengejar Dela.

Diperjalanan Dela menangis di balik helem, menahan sakit yang tak dibayangkan, selama ini Dela sanggup menahan karena semuanya tidak didepan matanya, namun sepertinya semua sakit itu pecah ketika Dela melihatnya untuk pertama kali, dan Delapun melajukan motornya dengan kencang, padahal Dela sudah sangat lama tidak menggunakan motor.

“Dela, minggir ga.” Terdengar teriakan Rendi dari sisi kanan Dela, namun Dela malah menambah kecepatannya.

“DELA minggir.” Ucap Rendi yang sepertinya sudah sangat emosi, karena mereka sudah mendapat klakson beberapa kali dan hampir tertabrak berkali kali.

“kalo lo ga minggir gue bakal nabrak lo.” Teriak Rendi dari atas motornya dan melihat Dela mulai meminggirkan motornya dan berhenti di sisi kiri jalan, memasuki halaman rumah yang sepertinya tidak berpenghungi. Dela sadar sepertinya akan terjadi perdebatan, dan Dela malu jika itu dilihat banyak orang sehingga iya sampai masuk kehalaman orang lain dan benar saja apa yang menjadi kekhawatirannya, malah lebih dari dugaannya, bukan hanya teriakan, tamparan pun mendarat di pipi Dela yang membuat Dela langsung terjatuh ketika baru saja Dela membuka helemnya. Dela mengepalkan tangannya kuat, membuang kasar nafasnya agar dapat menahan air matanya, Dela menggigit bagian dalam bibirnya dan meredam panas di pipinya yang ternyata sudah berdarah di sayat pecahan kaca yang berada di tanah. Dela menutup pipi kanannya dengan tangan dan langsung menarik ikatan rambutnya agar rambutnya tergerai dan berdiri.

“lo gila yah? gue ga abis pikir Del, kalo lo kecelakaan gimana hah? Kalo lo mati gimana? Lo ngapain bawa motor? Lo ngapain lari, hah? DELA.” Teriak Rendi dengan penuh emosi sambil memegang kedua bahu Dela seakan dia tidak ingin menyadari kesalahan apa yang telah dia perbuat.

Dela tidak menyangka akan mendapat pendaratan kaca dipipinya. Apapun yang di teriaki Rendipun tidak dihiraukannya lagi. Dela mengambil handphonenya dan mencoba menghubungi Tara dan Rendi langsung mengambil hp Dela dan langusung membuangnya sekuat tenaga sejauh mungkin.

“Del, lo ga dengerin gue yah? Kalo lo mati gimana?”

Dela hanya diam sambil menyingkirkan kedua tangan Rendi dari bahunya, terlihat darah di pipi Dela mulai mengalir ke tangannya dan Dela berusaha pergi dan tangannya langsung ditarik kepelukan Rendi.

“lo ngapain? mau nghubungin Tara, lo mau minta di jemput dia? Del, gue disini lo ga ngelihat gue?” ucap Rendi yang mulai menurunkan nada suaranya.

“lepasin gue Ren.” Ucap Dela yang tak melawan ataupun membalas pelukan Rendi dengan pandangan kosong.

“gue ga bakal lepasin lo Del, apapun yang terjadi dan sampai kapan pun.” Ucap Rendi.  

Rendi melepas pelukannya dan menghadapkan wajahnya persis didepan Dela, lalu Dela menatapnya datar walau air mata telah mengalir deras dari situ. Rendi tercengang melihat sangat banyak darah ditangan kanannya.

“Dela lo berdarah.” Ucap Rendi yang tiba-tiba menjadi pucat. “maafin gue Del.” Rendi memegang tangan Kiri Dela.

“lepasin aku Rendi. Ini udah sakit banget” ucap Dela yang sudah tidak mampu melawan genggaman tangan Rendi.

“bentar lagi sayang, please.”

 Rendi menghubungi Axel dan meminta tolong untuk membawa mobilnya dan membawa kembali motor yang mereka pakai dan bertemu di lokasi Dela dan Rendi sekarang. Sesampainya Tara, Figo, Axel, Billy, dan Jona.

“ini motor nya yah tolong balikin, ada motor mas parkiran juga, gue mau kerumah sakit.” Ucap Rendi sambil mengembalikan kunci motor Billy.

“Dela lo kenapa?” tanya Tara.

Delapun masih diam seperti manusia yang hilang kesadaran namun masih berdiri. Tara dan Figo mendekati Dela lalu Tara menyibak rambutnya dan melihat darah ditangan Dela..

“bangsat.” Teriak Tara yang langsung meninju wajah Rendi dan menghajarnya habis-habisan sambil mengucap sumpah serapah dan kata-kata kotor bersama dengan Figo sampai Rendi pingsan.

“gila, Tara, Figo udah.” Ucap Axel yang menarik badan Tara yang masih ingin menghajar Rendi yang sudah terkapar.    

            “Billy, please anterin motornya yah, gue pengen ngurusin ini.” Ucap Axel sambil mencoba mengangkat Rendi kedalam mobil dan dibantu Jona.

            “Tara, gue bakal bawa Rendi ke rumah sakit, lo urus Dela.” Ucap Axel yang langsung melaju menuju rumah sakit Om Aris.

            “Dela kemana?” tanya Tara yang melihat sekelilingnya dan tak ada Dela.

            Figo berlari kejalan dan melihat Dela sudah melangkah ketengah jalan dan Figopun mendorong Dela kepinggir jalan bersamanya, karena ada mobil yang akan lewat. Tara menyusulnya dan menolong mereka untuk berdiri. Tara memegan kedua bahu Dela.

            “Dela kamu ga papa?” karena Dela tidak merespon sama sekali.”DELA.” Teriak Tara persis didepan wajah Dela dan Delapun terkejut dan menghirup udara dengan rakus,

            “Rendi dimana?” ucap Dela seakan ia tidak menyadari apa yang barusan dilakukan. Tara langsung memeluk Dela, dan Figo memijit kepalanya karena tidak menyangka akan mengalami hal seperti ini lagi, yang teakhir kali dialaminya ketika mereka SMA.

“ayo kerumah sakit sekarang” ucap Tara menarik tangan Dela untuk menyebrang jalan disusul Figo dan masuk kedalam mobil. Didalam mobil tidak ada percakapan yang terjadi.

Dirumah sakit,

            “suster, tolong temen saya.” Ucap Figo yang masih menggendong Dela dan meletakkannya ke salah satu tempat tidur kosong di UGD.

            “iya mas, mas sekalian tunggu diluar yah.” Ucap Suster itu sambil menutup tirai.

            “Tara...” panggil Axel.

            “lo kok bawa Rendi kesini sih.” Ucap Figo sambil duduk di kursi ruang tunggu menyusul Tara.

            “ini rumah sakit terdekat. Kalo dia mati gimana?” Ucap Axel sambil menggigit kukunya.

            “biarin ajah.” Ucap Figo.

            “tapi kan lo berdua belum tau kenapa Dela luka gitu.”

            “itu jelas gara-gara Rendi.” Ucap Tara

            “emang lo disana?” tanya Axel lagi.

            “tadi Dela mau bunuh diri, dan itu kejadian persis waktu gue SMA dulu, gue nampar Dela karena dia masuk geng ga jelas dan tauran.” Ucap Tara.

            “what? Loe pernah nampar Dela. Gila-gila.” Ucap Axel tak percaya.

            “Keluarga Sia Deandela.” Panggil suster tersebut yang membuat 3 orang tadi langsung menyusul.

            “makasih suster. Kamu ga papa?” ucap Tara sambil memegang tangan dan kepala Dela.

            “gak papa kok.”

            “coba jelasin kenapa muka lo jadi kaya gitu?” tanya Figo dengan penuh emosi sambil menunjuk perban yang menutupi pipi kir Dela.

            “aku jatuh dan kena kaca.” Ucap Dela lemas.

            “ya udah, kita balik yuk, syukur lukanya ga harus di jahit, nanti bekasnya bisa hilang kok.” Ucap Tara sambil menuntuk Dela turun dari tempat tidur.

Keeseokan harinya Dela mengetahui bahwa Rendi sedang dirawat di rumah sakit Telogosari, tempat Om Aris bekerja. Karena Om Aris menghubungi Dela lewat telepon rumahnya, dan Dela belum membeli hp. Dela langsung pergi kerumah sakit dan mencari ruangan Rendi.

Dela mengintip dari jendela ruangan Rendi ada Yuna dan Riana disana. Dela memundurkan langkahnya dan memutuskan pergi ke mall untuk membeli handphone dan memperbaiki nomornya. Seharian menungu, Dela tidak mendapat satu kabarpun dari Rendi, hari kedua berlalu, sampai hari ketiga tidak ada kabar dari Rendi. Dela hanya menunggu dan diam.

Dikelas Rendi, Tara menghampirinya yang membaca buku.

“Ren, gue mau minta maaf, gue kirain lo apa-apain Dela, ternyata dia jatuh doang. Tapi lo dah baikan kan. Bilang Dela kalo gue udah minta maaf.” Ucap Tara sambil meninggalkan Rendi.

Dela sampe kapan sih lo kaya gini, lo buat rasa bersalah gue ga ada habisnya.” Rendi beranjak dari mejanya dan langsung membuang bukunya ke arah pintu yang membuat satu kelas terkejut dan Rendi langsung meninggalkan kelas. Rendi mengemudikan mobilnya ke rumah Dela.

“Dela... Dela... Dela...” teriak Rendi sambil menjelajahi sudut-sudut rumah Dela dan berakhir ditaman belakang.

“Rendi.” Ucap Dela dengan pelan. “kamu mau ngapain?” ucap Dela yang mulai melangkah mundur karena Rendi mendekatinya membawa pisau dari dapur Dela. Rendi langsung menangkap tangan kiri Dela yang mulai bergetar.

“please... please La, lo bisa lukain gue semau lo please.” Ucap Rendi sambil memaksa Dela memegang pisau.

“Rendi, aku ga mau lukain kamu.” Ucap Dela yang mulai mengaliri pipinya dengan air mata.

“Dela please, lo ga tau yang gue rasain, didalam ini penuh banget La.” Ucap Rendi sambil menunjuk dadanya. “gue ngerasa sesak sampai gue ga bisa bernafas dengan tenang La. Please. Lukain gue La.” Ucap Rendi sambil menatap Dela dengan mata yang dipenuhi air yang sungkan untuk menetes. Dela mengambil pisau dari tangan Rendi dan langsung membuangnya sejauh mungkin dan langsung memeluk Rendi. Dela memeluk Rendi dengan tulus, menepuk-nepuk punggungnya.

“aku baik-baik ajah Rendi, kamu ga harus ngerasa sesak lagi sayang.”

“maafin gue Dela.” Ucap Rendi pelan yang kini memejamkan matanya. “maafin gue please Laa.”

“iya Rendi, aku udah maafin kamu kok. Udah yah... jangan macem-macem yah.” Ucap Dela lagi yang kini membelai kepala Rendi.

“Dela gue ga ada apa-apa sama Yuna sumpah, lo harus percaya sama gue La.” Ucap Rendi pelan.

“iya aku percaya.”

“gue janji La, ga bakal jalan lagi sama cewe manapun, gue janji.” Ucap Rendi yang kini mambalas pelukan Dela. Rendi memeluknya sangat erat. “lo tau gue ga ketemu sama lo 3 hari udah buat gue mau mati Laa.”

“iya Rendi, lagian siapa suruh kamu ga datang.”

“lo juga ga nyari gue.”

“hahahaha soalnya kamu jahat.”

“maafin gue la, mulai sekarangm gue janji bakal buat lo jadi cewe paling bahagia di dunia ini.” Ucap Rendi mempererat pelukannya.

“ughh aku ga bisa napas Ren.”

“biarin ajah, gue ga mau lepasin lo.” Ucap Rendi yang disusul dering handphonenya.

“Yuna?” tanya Dela disusul gerakan mematikan hp dari Rendi, namun ditahan Dela. “menghindar ga bakal nyelesaiin masalahnya Rendi. Aku mau kalian selesaikan baik-baik.” Ucap Dela.

“halo, kamu dimana? Aku mau ketemu.” Ucap Rendi.

“halo Rendi, syukur akhirnya kamu angkat telfon aku. Kita ketemu di hollycow ntar malam jam 7 yah.”

“okay.” Ucap Rendi sambil mematikan hp-nya.

“kamu ikut yah...” ucap Rendi sambil memeluk pinggang Dela.

“hahh... ga usah nanti jadi aneh.”

“please... nanti jam 7 malam, kamu siap-siap gih udah jam tengah 6.” Ucap Rendi sambil merangkul Dela untuk masuk kerumah.

Jam 18.30 di ruang tengah, Rendi sudah siap dengan tampilan biasanya, kemeja polos dan celana jeans. Dela hanya menggunakn hoodie croptop, hotpants, dan sepatu kets. Dela membuka perban pipinya dan mengoleskan obat merah.

“kuy...” ucap Dela sambil membuka kulkas dan mengambil satu susu kotak.

“Dela.” Ucap Rendi yang kini berdiri disamping kulkas.

“kenapa?” ucap Dela sambil memandang Rendi. Jantung Rendi terasa tertusuk satu kali dan berkali-kali melihat pipi kiri Dela. Rendi menarik nafasnya panjang dan mencium kening Dela.

“maafin aku La...” ucap Rendi sambil memegang kedua pipi Dela yang terdapat luka sayatan sepanjang 5 cm disisi kirinya.

“hahaha maafin juga, gara-gara aku kamu jadi banyak biru-birunya gini.” Ucap Dela sambil memegang kedua pipi Rendi dan mencium bibirnya sekilas. “ayo ntar telat.” Dela manarik Rendi ke bagasi.

Dicafe ternyata Yuna sudah menunggu terlebih dahulu.

“Rendi...” panggil Yuna dengan senyum yang manis dan tiba-tiba muram ketika Rendi datang bersama Dela.

“hay...” ucap Dela sambil menarik kursi disamping Yuna.

“humh... aku permisi dulu.” Ucap Yuna sambil beranjak dari kursinya.

“kita harus selesaiin ini Yun. Aku minta tolong kerja sama kamu.” Ucap Rendi yang membuat Yuna kembali duduk.

“Dela.” Ucap Dela sambil memberi salam dan disambut Yuna.

“Yuna.” Ucap Yuna dengan ekspresi penuh pertanyaan melihat luka di pipinya. “huft kenapa gue ada disituasi kaya gini

“kamu kenapa? Tanya Yuna kepada Rendi.

“gimana kalo mesan makan dulu.” Ucap Rendi sambil memesan 3 set steak kepada pelayannya.

“luka gue?” tanya Rendi. “digebukin temennya Dela karena buat Dela kaya gitu.” Ucap Rendi sambil menunjuk Dela yang total membuat Yuna mengeluarkan ekspresi takut dan tak percaya.

“kok bisa?” ucap Yuna dengan pelan.

“yah gitu, makanya disini aku pengen bilang kamu harus jauh-jauh, jangan sampe kamu dapet luka yang sama kaya dia.” Ucap Rendi lagi dengan ekspresi poker face.

“lo gila yah?” ucap Yuna sambil beranjak dari kursinya dan langsung meninggalkan mereka berdua yang kini tertawa melihat kepergian Yuna.

“maafin gue Dela.” Ucap Rendi sambil menggengam dan mencium tangan Dela.

 “Rendi, kamu tau ga kalau aku tau kamu mulai jalan bareng Yuna itu 2 tahun lalu, pas acara aniv club menembak?”

Deg, perasaan Rendi seperti tertusuk “Dela.” Keluh Rendi.

“aku tau kamu pergi satu kali seminggu buat jalan bareng dia, aku tau kamu bohong, dan aku juga ga tau kenapa aku diam nerima semua kebohongan kamu, dan nerima kamu jalan dengan perempuan lain, hm... mungkin karena aku takut kamu pergi. Orang lain pasti mikir aku bego banget, mau ajah diginiin. Tapi aku tau kamu tetap butuh aku, walaupun kamu punya yang lain. Rasanya sakit Ren, sakit banget, tapi kayaknya lebih sakit kalau kamu yang pergi, makanya setiap hari aku menahan, dan selalu berusaha membuat kamu nyaman, dan bahagia bareng aku.” Ucap Dela yang kini menatap steak yang baru saja diantar.

“gue ga bakal ninggalin lo Del, sumpah demi apapun. Udah yah...” Ucap Rendi sambil menggenggam tangan Dela.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Black World
1440      666     3     
Horror
Tahukah kalian? Atau ... ingatkah kalian ... bahwa kalian tak pernah sendirian? *** "Jangan deketin anak itu ..., anaknya aneh." -guru sekolah "Idih, jangan temenan sama dia. Bocah gabut!" -temen sekolah "Cilor, Neng?" -tukang jual cilor depan sekolah "Sendirian aja, Neng?" -badboy kuliahan yang ...
Te Amo
399      267     4     
Short Story
Kita pernah saling merasakan titik jenuh, namun percayalah bahwa aku memperjuangkanmu agar harapan kita menjadi nyata. Satu untuk selamanya, cukup kamu untuk saya. Kita hadapi bersama-sama karena aku mencintaimu. Te Amo.
Perfect Love INTROVERT
9445      1733     2     
Fan Fiction
Strange and Beautiful
4216      1144     4     
Romance
Orang bilang bahwa masa-masa berat penikahan ada di usia 0-5 tahun, tapi Anin menolak mentah-mentah pernyataan itu. “Bukannya pengantin baru identik dengan hal-hal yang berbau manis?” pikirnya. Tapi Anin harus puas menelan perkataannya sendiri. Di usia pernikahannya dengan Hamas yang baru berumur sebulan, Anin sudah dibuat menyesal bukan main karena telah menerima pinangan Hamas. Di...
Ingatan
7340      1790     2     
Romance
Kisah ini dimulai dari seorang gadis perempuan yang menemui takdirnya. Ia kecelakaan sebelum sempat bertemu seseorang. Hidupnya terombang-ambing diantara dua waktu. Jiwanya mencari sedang raganya terbujur kaku. Hingga suatu hari elektrokardiogram itu berbunyi sangat nyaring bentuknya sudah menjadi garis yang lurus. Beralih dari cerita tersebut, di masa depan seorang laki-laki berseragam SMA menj...
Holiday In Thailand
57      53     0     
Inspirational
Akhirnya kita telah sampai juga di negara tujuan setelah melakukan perjalanan panjang dari Indonesia.Begitu landing di Bandara lalu kami menuju ke tempat ruang imigrasi untuk melakukan pengecekan dokumen kami pada petugas. Petugas Imigrasi Thailand pun bertanya,”Sawatdi khrap,Khoo duu nangsue Daan thaang nooi khrap?” “Khun chwy thwn khatham di him?” tanya penerjemah ke petugas Imigras...
When the Winter Comes
52779      7110     124     
Mystery
Pertemuan Eun-Hye dengan Hyun-Shik mengingatkannya kembali pada trauma masa lalu yang menghancurkan hidupnya. Pemuda itu seakan mengisi kekosongan hatinya karena kepergian Ji-Hyun. Perlahan semua ini membawanya pada takdir yang menguak misteri kematian kedua kakaknya.
Strawberry Doughnuts
602      403     1     
Romance
[Update tiap tengah malam] [Pending] Nadya gak seksi, tinggi juga kurang. Tapi kalo liat matanya bikin deg-degan. Aku menyukainya tapi ternyata dia udah ada yang punya. Gak lama, aku gak sengaja ketemu cewek lain di sosmed. Ternyata dia teman satu kelas Nadya, namanya Ntik. Kita sering bertukar pesan.Walaupun begitu kita sulit sekali untuk bertemu. Awalnya aku gak terlalu merhatiin dia...
Simbiosis Mutualisme
258      162     2     
Romance
Jika boleh diibaratkan, Billie bukanlah kobaran api yang tengah menyala-nyala, melainkan sebuah ruang hampa yang tersembunyi di sekitar perapian. Billie adalah si pemberi racun tanpa penawar, perusak makna dan pembangkang rasa.
Princess Harzel
14882      2180     12     
Romance
Revandira Papinka, lelaki sarkastis campuran Indonesia-Inggris memutuskan untuk pergi dari rumah karena terlampau membenci Ibunya, yang baginya adalah biang masalah. Di kehidupan barunya, ia menemukan Princess Harzel, gadis manis dan periang, yang telah membuat hatinya berdebar untuk pertama kali. Teror demi teror murahan yang menimpa gadis itu membuat intensitas kedekatan mereka semakin bertamba...