Read More >>"> Aku Bukan Kafir! (Hikmah) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Aku Bukan Kafir!
MENU
About Us  

Di dalam pesantren Al Fattah di Desa Peloso Jawa Timur itu terlihat beberapa Santri putra keluar dari ruang pengajar atau Guru sembari membawa beberapa kitab. Lingkungan pesantren yang tenang selalu terasa di saat semua Santri sedang berada di dalam kelas. Pesantren Al Fattah adalah salah satu pesantren yang menggabungkan sistem pendidikan pesantren salaf dan pesantren modern. Selain mendidik Santri dan Santriwati memahami Islam melalui ilmu-ilmu Alquran, Hadis, kitab kuning atau kitab gundul dan pemikiran tokoh-tokoh Islam terdahulu, Pesantren itu juga melibatkan pengetahuan dalam berbagai bidang. Prinsip yang dibawa pesantren itu adalah bahwa Ilmu Allah meliputi segala sesuatu,  karena itu orang yang paling tinggi derajadnya adalah yang bisa memiliki ilmu dan mengamalkannya. Karena itu diharapkan Satriwan/Santriwati lulusan pesantren Al Fattah selain menguasai bahasa arab modern juga mahir dan menguasai kitab kuning atau kitab gundul yang mumpuni di bidang hukum syariah (fiqih islam, tafsir dan hadis).

Hal ini tidak lepas dari budaya pesantren Aswaja yang sangat terkenal dengan prinsip memelihara nilai dan sistem lama yang baik, dan mengadopsi nilai dan metode baru yang lebih baik. Karena itu pasantren Al Fattah tidak hanya berfokus pada satu disiplin ilmu, yaitu fiqih, nahwu/sharaf dan ilmu kalam, tetapi juga selalu memperbarui dengan mengadopsi berbagai pola pendidikan Islam yang ada di luar negeri, seperti kaian Tafsir dan Hadis.

Pondok pesantren Al Fattah di Desa Ploso, Jombang Jawa Timur ini menganut ideologi (manhaj) Ahlussunah Waljamaah (Aswaja) dengan manhaj Asy’ariyah, madzhab fiqih Syafi’iyah dan afiliasi kultural Nahdlatul Ulama (NU). Jadi pondok pesantren ini secara tidak langsung berada di bawah NU, karena NU dianggap mewakili sikap toleransi dan inklusivisme yang sangat cocok dengan keberagaman Republik Indonesia.

Beranjak lebih siang giliran Santriwan/Santriwati kelas B2 melakukan taddabur alam di sawah milik pesanteren, setelah hari sebelumnya kelas A2. Setelah berjalan di jalan setapak dengan rerumputan hijau di tepi jalan, para Santri putra dan Santri Putri sampai di gubuk megah namun terlihat sederhana dengan bantalan-bantalan kayu di area sawah milik pesantren. Dengan dipisahkan sekat kain warna hijau para Santri putra berada di sebelah kiri dan Santri putri berada di sebelah kanan, sementara itu Pak Kholil langsung membuka dengan basmallah dan dan sholawat, diikuti oleh semua Santri.

Setelah itu Pak Kholil berkata “Seperti yang telah kita pelajari sebelumnya tentang Sang Pencipta dan penciptaan makhluk. Maka saat ini kalian saya ajak belajar di gubuk untuk belajar melihat dan merasakan ciptaan-Nya dan peka terhadap Kehadiran-Nya di alam ini, di sekitar kita. Begini, hal yang sangat mudah bisa memandang apa yang bisa dilihat oleh mata kita, tapi sedikit yang bisa memahami apa yang kita lihat. Adalah hal yang tidak mudah bahkan mustahil melihat dalam kegelapan, sama seperti kita memaksa melihat Tuhan dalam keadaan terang benderang. Karena itu menjadi pentinglah taddabur alam.”

“Yang paling harus dipahami kalian adalah Alquran yang kalian pelajari dan hapalkan diturunkan Allah pada Nabi besar kita Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam...

Allahumma Sholiwasallima Alaihi...” Ucap para Santri.  

“Untuk disampaikan/dibacakan pada seluruh umat manusia, memberi petunjuk kepada Iman yang lurus, menjadi pedoman menjalani hidup.”

Begitu keras suara Pak Kholil saat menjelaskan pada para Santri berkaitan dengan taddabur alam. Hingga suaranya mengalahkan angin yang berhembus. Menjadikan tiupan angin menerbangkan suara itu, menjelajah sawah-sawah sekitar pesantren. Saat itulah Arman yang ikut membantu Bapaknya mengarit rumput di pematang sawah menajamkan kedua telinganya sembari menghentikan gerakan tangannya menyebet rerumputan. Dengan rasa penasaran dia bangkit berdiri, kemudian berlari mencari suara itu. Sembari mendongakkan kepala dia menyusuri benteng tinggi milik pesantren. Hingga Arman melihat pintu belakang pesantren sedikit terbuka. Sembari mengendap-endap Arman menyelinap masuk. Saat itulah kedua matanya dibuat kagum dengan hamparan sawah milik pesantren. Kemudian Arman melihat gubuk yang sedang ramai oleh para santri. Tanpa banyak berpikir Arman berlari mendekati, lalu bersembunyi dibalik semak-semak dan mencuri dengar perkataan Pak Kholil.

“Banyak ayat dalam Alquran yang menginformasikan pada kita, bahwa betapa pentingnya taddabur alam. Ayat-ayat Alquran itulah yang menjadi rujukan kita untuk meningkatkan sekaligus meneguhkan keyakinan pada Tuhan Yang Maha Ghaib. Namun, yang sering salah dipahami adalah taddabur alam hanya mengamati dan meresapi benda-denda yang kita anggap mati seperti rumput, pohon, bebatuan, tanah, gunung, atau langit bahkan angin yang hanya bisa kita rasakan.”

“Taddabur alam yang dijelaskan dalam banyak ayat dalam Aquran bila kita gali tafsirnya lebih dalam maka tujuannya akan semakin luas, meliputi semesta ini. Dan itu artinya memandang makhluk Allah manusia, hewan, jin, malaikat adalah termasuk mentaddaburi alam. Karena manusia, hewan, jin dan malaikat adalah bagian dari semesta alam, ciptaan Allah Subahanahu Wataala.”

“Maka bisa disimpulkan bahwa semakin bagus sikap taddabur makhluk terhadap alam maka semakin tinggi kualitas imannya pada Allah. Dan semakin tinggi kualitas iman pada Allah maka semakin berkurang ego dalam diri. Itulah orang-orang yang disebut dekat dengan Allah. Karena dia bisa merasakan kehadiran Allah dalam setiap ciptaan-Nya.”

Saat itulah yang terjadi di hati Arman hanya rasa bahagia, bisa mendengar dan melihat proses belajar para Santri. Saat para Santri terlihat akan mengakhiri belajar mereka di gubuk, Arman sigap berlari sembari mengendap-endap di balik semak-semak. Sebelum keluar dari pintu belakang, Arman kedapatan oleh Cak Nadir yang akan keluar lewat pintu belakang.

“Eh bocah, sini!” Suara Cak Nadir keras pada Arman yang hendak keluar pintu.

Akhirnya Arman tak jadi keluar, namun tertunduk di depan pintu. Tergesa Cak Nadir mendatangi, kemudian menjewer kuping Arman. Membuat Arman mengaduh kesakitan dan berkata “Ampun Cak, ampun Cak, aku ndak nyolong Cak. Benar, sumpah aku ndak nyolong.”

Apa buktine!”1

“Periksa saja kantong celana sama bajuku Cak, trus kedua tanganku ini.”

Dengan kening merapat akhirnya Cak Nadir melepaskan tangannya dari telinga Arman. Kemudian kedua bola matanya meneliti baju dan celana Arman. Setelah tak menemukan apapun pandangan Cak Nadir memeriksa wajah Arman, namun ia sedikit terkejut karena seingat dirinya Arman adalah anak yang pernah memanggul gulungan rumput untuk pakan wedhus2 dan sapi.

Loh! Kowe kan sing wingi manggul suket.”3

Inggih Cak.” Ucap Arman sembari mengangguk.

Sembari menggelengkan kepala Cak Nadir hanya menghela nafas dengan berat. Saat itulah dia terpikir pertanyaan Arman kemarin yang belum diawabnya. Sedikit tegas Cak Nadir berkata “Mestine Kowe nggolek i aku, kan?”4

“Ehmm...”

Wis ora usah dijawab, aku ngerti. Kowe iki pancen bocah mbeling.”5

Sejenak Cak Nadir menghembuskan nafas, kemudian tegas menatap Arman. Saat itulah Arman berkata “Ehmm Cak, aku nyuwon sepura6. Aku cuma pingin lihat Santri-Santri ngaji di gubuk tadi, tapi sumpah Cak aku gak nyolong, gak gawe ribut.”

Dengan kening merapat Cak Nadir mengangguk-angguk pelan, trus bertanya “Cuma iku?”7

“Iya Cak.”

Saat itulah tiba-tiba Cak Nadir terdiam, sementara otak dan hatinya merasa iba dengan anak lanang yang terlihat sangat serius ingin tahu, belajar yang belum dia tahu. Baru kali ini Cak Nadir menemukan anak Kampung yang tangguh dan ingin serba tahu. “Oooh, ya wis mulai besok Kowe bisa masuk pesantren, tapi lewat pintu belakang, trus aja ngomong sapa-sapa. Iki rahasia awake dewe loh.”8

“Wah, bener Cak? Suwon Cak Suwon9 Cak.” Ucap Arman keras sembari memeluk Cak Nadir.

“Eeeeh aja rame-rame.”10 Sahut Cak Nadir.

 

                                                                                      ***

Malam itu Ngatini sedikit tergesa masuk ke dalam kamar sembari membawa baskom plastik warna biru. Di tepi kasur kapuk Ngatini duduk, lalu meletakkan baskom berisi air dingin dan handuk di kasur. Setelah memeras handuk kecil itu tangan Ngatini meletakkan handuk itu di atas kening Ripah yang panas. Sementara itu Ripah yang badannya panas sejak tadi sore terdengar merintih sembari sesekali menyebut almarhumah Ibunya.

“Emak....Emak...” Ucap Ripah dengan mata terpejam.

Setelah itu Ngatini meletakkan tangannya di atas kening Ripah. Sangat panas, hingga wajah Ngatini menegang sembari memanggil Suaminya “Mas, sini Mas.”

Tak lama Lek Yusuf masuk ke dalam kamar itu, kemudian duduk di tepi kasur. “Ono opo?”

“Mas, kita bawa aja Ripah ke puskesmas sekarang, badannya tambah panas Mas. Aku kuwatir...”

“Masak Tin?” Lek Yusup memotong sembari meletakkan tangannya di atas kening Ripah.

Saat itulah wajah Lek Yusup ikut menegang, gelisah dengan anak bungsunya yang sangat panas. “Iya Tin, kita ke puskesmas sekarang. Tapi...”

Mendadak Lek Yusup terpaku dengan kening merapat, saat dia teringat dirinya tak memiliki uang seperpun. Buruh dari mencangkul sawah juga belum diberikan karena baru setengah sawah yang selesai dicangkul.

“Apa Mas? Ayo cepet Mas kita puskesmas, nanti keburu tutup.”

“Oh, iya Tin.” Setelah itu Lek Yusup mengganti sarung dengan celana panjang hitam, kemudian menggendong Ripah di punggungnya.

Sebelum keluar rumah Lek Yusup berkata pada Arman “Man, Kowe nang omah ambek11 Marianti. Bapak sama Mamak mau ke puskesmas.”

Inggih Pak.”

Setelah itu Lek Yusup tergesa keluar rumah diikuti Ngatini, kemudian mereka berjalan di jalan tanah. Saat itulah ternyata Lek Yusuf berpapasan dengan Pak Mujib seorang perawat di puskesmas yang mengendari motor. Keras Pak Mujib bertanya sembari memelankan laju motornya “Anaknya kenapa Lek?”

“Ini Ripah badannya panas Mas, mau ke puskesmas masih buka kan?”

“Oalaaah ya sudah tutup Lek, ini aku sudah mau pulang.”

Sampeyan buka lagi aja Mas, trus periksa anakku ini, kasihan Mas badannya panas.” Kata Lek Yusup. Ngatini ikut mengiyakan dengan cemas.

“Ehmm...”

“Ayo Mas, tolong anakku ini, nanti keburu parah sakitnya.”

“Tapi percuma Mas, gak ada Dokternya, kan Dokternya sudah pulang, paling-paling dikasih obat saja, gak diperiksa.”

“Ya udah Mas, gak apa-apa, dikasih obat dulu, besok periksa nyusul.”

“Kalau gitu sampeyan balik aja ke rumah, aku saiki nang puskesmas, ambil obat penurun panas. Nanti aku langsung ke rumah sampeyan.”

“Terima kasih Pak kalau gitu, ayo Tin cepet.” Setelah itu Lek Yusup dan Ngatini kembali lagi ke rumah. Sementara Pak Mujib langsung putar balik dan menuju puskesmas.

Sesampainya di rumah Lek Yusuf langsung membaringkan putrinya di kamar depan. Sementara Ngatini memasak air untuk membuat kopi untuk Pak Mujib yang belum datang. Tak lama berselang terdengar suara sepedah motor di depan rumah reot itu. Tergesa Pak Mujib turun sembari membawa beberapa peralatan dan wadah obat-obatan. Masuk ke dalam kamar Pak Mujib langsung memasang stetoskop di kedua telinganya, kemudian memeriksa dada Ripah dan denyut nadinya. Setelah itu Pak Mujib mencari obat penurun panas di kotak obat, setelah menemukan Lek Yusuk diminta langsung meminumkan obat itu pada Ripah yang masih terpejam.

Setelah melepas stetoskop Pak Mujib berkata “Lek, aku bukan Dokter, aku cuma pernah belajar dari Dokter Endang cara memeriksa pasien. Besok pagi Lek Yusup cepat bawa Ripah ke puskesmas, ini cuma penurun panas. Kalau ke puskesmas mungkin akan lebih tahu penyakitnya apa.”

Inggih Pak, saya sangat terima kasih sama Pak Mujib. Ndak tahu lagi kalau tidak ada Pak Mujib bagaimana si Ripah ini nasibnya, panas sekali badannya tadi.”

Monggo diunjuk rumiyin12 kopinya di meja depan.” Ngatini sopan.

“Walah aja repot-repot13 Tin.”

Ndak apa-apa Pak Mujib, sudah terlanjur dibuatkan harus di minum.” Sahut Lek Yusup.

Setelah itu Pak Mujib dan Lek Yusup keluar kamar dan duduk di kursi kayu. Sementara Ngatini masuk ke dalam kamar, memeriksa kening Ripah yang sudah lebih hangat. Kemudian kembali mengompresnya dengan handuk. Saat itulah Marianti masuk ke dalam kamar dan duduk di samping Ngatini. Seolah mengisyaratkan bahwa Marianti ingin tidur. Sedangkan Arman sudah tertidur di dipan bambu di tengah rumah.

Lembut Ngatini berkata pada Marianti “Nduk, kamu tidur di kamar Mamak saja sama Arman, biar Mamak tidur di sini sama Ripah.”

Inggih Mak.” Setelah itu Marianti keluar kamar dan tidur di kamar sebelah.

Hanya berselimut hikmah yang dirasakan Ngatini dan Lek Yusup terhadap kehidupan yang serba menghimpitnya. Namun, setidaknya hikmah itulah yang selalu hadir. Saat Lek Yusup tak memiliki uang seperpun untuk biaya berobat sang putri, Ngatini dengan ikhlas memberikan semua uang hasil jualan kelanting di pasar pada hari itu pada suaminya. Dalam hati Ngatini tadinya uang itu untuk ditabung sebagai biaya pendaftaran sekolah Arman. Namun terpaksa ia gunakan untuk yang lebih membutuhkan, biaya berobat Ripah besok pagi. Itu karena ia yakin, hikmah dari Gusti Allah akan selalu datang bila berbuat baik.

 

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

1. Apa buktinya!

2. Wedhus=kambing

3. Loh! Kamu kan yang kemarin memanggul rumput.

4. Pasti kamu mencari aku, iya kan.

5. Sudah tidak perlu dijawab, aku ngerti. Kamu itu memang anak nakal.

5. Aku minta maaf Cak.

7. Cuma itu?

8. Jangan bilang siapa-siapa. Itu rahasia kita.

9. Suwon=Matursuwon=terima kasih

10. Aja = Jangan. Aja  rame-rame = Jangan rame-rame

11. Kamu di rumah sama Marianti.

12. Silahkan diminum dulu.

13. Jangan repot-repot Tin.

 

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
When I Was Young
8239      1654     11     
Fantasy
Dua karakter yang terpisah tidak seharusnya bertemu dan bersatu. Ini seperti membuka kotak pandora. Semakin banyak yang kau tahu, rasa sakit akan menghujanimu. ***** April baru saja melupakan cinta pertamanya ketika seorang sahabat membimbingnya pada Dana, teman barunya. Entah mengapa, setelah itu ia merasa pernah sangat mengenal Dana. ...
CATCH MY HEART
2451      907     2     
Humor
Warning! Cerita ini bisa menyebabkan kalian mesem-mesem bahkan ngakak so hard. Genre romance komedi yang bakal bikin kalian susah move on. Nikmati kekonyolan dan over percaya dirinya Cemcem. Jadilah bagian dari anggota cemcemisme! :v Cemcemisme semakin berjaya di ranah nusantara. Efek samping nyengir-nyengir dan susah move on dari cemcem, tanggung sendiri :v ---------------------------------...
Run Away
6668      1494     4     
Romance
Berawal dari Tara yang tidak sengaja melukai tetangga baru yang tinggal di seberang rumahnya, tepat beberapa jam setelah kedatangannya ke Indonesia. Seorang anak remaja laki-laki seusia dengannya. Wajah blesteran campuran Indonesia-Inggris yang membuatnya kaget dan kesal secara bersamaan. Tara dengan sifatnya yang terkesan cuek, berusaha menepis jauh-jauh Dave, si tetangga, yang menurutnya pen...
Flowers
359      247     1     
Inspirational
Zahra, remaja yang sering menggunakan waktu liburnya dengan bermalas-malasan di rumah, menggunakan satu minggu dari libur semesternya untuk mengunjungi tempat yang ingin dikunjungi mendiang Kakaknya. Bukan hanya demi melaksanakan keinginan terakhir Kakaknya, perjalanan ini juga menjadi jawaban atas semua pertanyaannya.
Coldest Husband
1305      675     1     
Romance
Saga mencintai Binar, Binar mencintai Aidan, dan Aidan mencintai eskrim. Selamat datang di kisah cinta antara Aidan dan Eskrim. Eh ralat, maksudnya, selamat datang di kisah cinta segitiga antata Saga, Binar, dan Aidan. Kisah cinta "trouble maker dan ice boy" dimulai saat Binar menjadi seorang rapunsel. Iya, rapunsel. Beberapa kejadian kecil hingga besar membuat magnet dalam hati...
injured
1218      657     1     
Fan Fiction
mungkin banyak sebagian orang memilih melupakan masa lalu. meninggalkannya tergeletak bersama dengan kenangan lainya. namun, bagaimana jika kenangan tak mau beranjak pergi? selalu membayang-bayangi, memberi pengaruh untuk kedepannya. mungkin inilah yang terjadi pada gadis belia bernama keira.
CAFE POJOK
3199      1077     1     
Mystery
Novel ini mengisahkan tentang seorang pembunuh yang tidak pernah ada yang mengira bahwa dialah sang pembunuh. Ketika di tanya oleh pihak berwajib, yang melatarbelakangi adalah ambisi mengejar dunia, sampai menghalalkan segala cara. Semua hanya untuk memenuhi nafsu belaka. Bagaimana kisahnya? Baca ya novelnya.
Hati Yang Terpatahkan
1846      839     2     
Romance
Aku pikir, aku akan hidup selamanya di masa lalu. Sampai dia datang mengubah duniaku yang abu-abu menjadi berwarna. Bersamanya, aku terlahir kembali. Namun, saat aku merasa benar-benar mencintainya, semakin lama kutemukan dia yang berbeda. Lagi-lagi, aku dihadapkan kembali antara dua pilihan : kembali terpuruk atau memilih tegar?
Move on
63      42     0     
Romance
Satu kelas dengan mantan. Bahkan tetanggan. Aku tak pernah membayangkan hal itu dan realistisnya aku mengalami semuanya sekarang. Apalagi Kenan mantan pertamaku. Yang kata orang susah dilupakan. Sering bertemu membuat benteng pertahananku goyang. Bahkan kurasa hatiku kembali mengukir namanya. Tapi aku tetap harus tahu diri karena aku hanya mantannya dan pacar Kenan sekarang adalah sahabatku. ...
Glad to Meet You
249      190     0     
Fantasy
Rosser Glad Deman adalah seorang anak Yatim Piatu. Gadis berumur 18 tahun ini akan diambil alih oleh seorang Wanita bernama Stephanie Neil. Rosser akan memulai kehidupan barunya di London, Inggris. Rosser sebenarnya berharap untuk tidak diasuh oleh siapapun. Namun, dia juga punya harapan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Rosser merasakan hal-hal aneh saat dia tinggal bersama Stephanie...