Read More >>"> NYUNGSEP (Rencana Ampuh) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - NYUNGSEP
MENU
About Us  

RENCANA AMPUH

 

Kali ini Bintang sudah menyusun rencana ampuh untuk menghindari Ibray. Berangkat pagi-pagi sampai bawa bekal, karena dia tidak akan jajan di kantin. Sekarang dia merasa bosan karena bel masuk masih cukup lama, tidak tahu harus berbuat apa. Di kelas hanya sendiri. Ini rekor berangkat paling pagi selama hampir dua tahun sekolah disini.

“Arg ... Ibray itu bikin susah gue aja,” gumam Bintang kesal. “Bisa nggak sih dia sekali aja bikin hidup gue tenang ...”

Betapa kesalnya Bintang jika membayangkan semua hal yang dilakukan Ibray padanya. Selama bersekolah disini Ibray selalu saja membuat hidupnya tidak tenang. Dulu, lama sekali, Ibray justru membuat hari-harinya indah. Namun entah kenapa saat pertama kali bertemu setelah lama kehilangan kontak, Bintang melihat Ibray yang berbeda.

Waktu itu, saat tepat lulus SMP, Bintang senang sekali saat ayahnya mengatakan jika mereka akan kembali ke kota ini setelah selama lima tahun pindah ke luar kota, karena itu berarti juga dia akan kembali bertemu dengan Ibray. Ayahnya yang seorang Perwira Tinggi memang sering di pindah tugaskan. Terkadang hal itu memaksa Bintang juga ikut pindah dengannya, seperti lima tahun yang lalu.

Bintang mendaftar ke sekolah SMA yang sama dengan Ibray. Bintang tahu Ibray sekolah dimana karena banyak sumber informasi yang memberitahunya tentu saja. Tapi jika tahu akan seperti ini jadinya, Bintang mah ogah satu sekolah dengannya.

Siti menatap Bintang heran. “Bintang, tumben sudah berangkat subuh-subuh?” ucap Siti membuyarkan lamunan Bintang.

“Biar nggak ketemu Ibray.”

“Ck, percuma lah, nanti juga kak Ibray bisa saja kesini.”

“Setidaknya gue sudah berusaha buat menghindarinya.”

Siti mengangguk lalu duduk di bangku sebelah Bintang. Suasana kelas mulai rame, sudah pada berdatangan.

“Lagian kenapa sih kamu benci dengan kak Ibray?”

Lagi-lagi pertanyaan itu. Sudah berkali-kali Siti menanyakannya, juga sudah berkali-kali Bintang menjawabnya.

“Lo amnesia apa? Lo nggak inget apa yang dilakukan Ibray ke gue selama ini?” tanya Bintang kesal.

“Menurut saya apa yang dia lakukan itu manis Bintang,” ucap Siti yang juga kesal.

“Manis apanya Siti ...” ucap Bintang gemas.

“Menurut gue kak Ibray itu suka sama kamu, cuma caranya saja yang salah, dia terlalu memaksa. Kamu tidak sadar jika kak Ibray melakukan semua itu agar selalu dekat-dekat kamu.”

“Ngawur lo Ti,” ucap Bintang acuh.

“Kamu ini selalu tidak percaya dengan saya.”

“Musrik percaya sama lo.”

Siti cemberut. Percuma ngomong sama Bintang.

Menurut Bintang, Ibray itu kejam. Mana ada PDKT dengan cara seperti itu, memaksa Bintang pulang bareng dengan alasan tetanggaan, menariknya menemani di kantin, menyuruhnya ini itu, bahkan yang paling kejam, Ibray pernah nyebarin gosip bahwa Bintang itu punya kelainan jiwa di awal dia kelas sepuluh. Itu terpaksa dilakukan Ibray karena Bintang terus saja mengganggunya dengan cerita-cerita tentang masa lalu. Ibray berfikir dengan melakukan itu bisa membuat Bintang berhenti mengganggunya. Keberadaan Ibray yang berpengaruh besar  disekolah, menjadikan semua murid percaya saja dengan gosip itu, hingga Reno membantu Bintang menyelesaikan masalah itu dengan konsekuensi berantem dengan sahabatnya sendiri.

Cukup sabar Bintang itu, karena dia masih menganggap jika Ibray itu sahabat kecilnya. Bintang ingin membawanya kembali ke Ibray yang dulu. Namun kini dia menyerah, Bintang tidak tahu harus apa, dia benar-benar lelah. Dia sudah capek mengalah karena itu hanya membuat Ibray semakin semena-mena dengannya. Mungkin melawannya adalah cara yang terbaik, melupakan segala kenangan masa kecil bersamanya.

 

“Woi, pagi-pagi udah bengong lo Bin. Mikirin kak Reno apa kak Ibray nih?” ucap Loli, bendahara kelas yang gendut. Tiba-tiba dia sudah duduk saja dibangku depan Bintang. Membuyarkan lamunan Bintang.

“Apa,an sih Lol,” jawab Bintang kesal. Ratu gosip di kelasnya ini memang menyebalkan. Tetapi ada untungnya juga punya temen seperti Loli, bisa banyak korek informasi darinya.

“Eh Bin, gue liat sekarang kak Ibray mulai jarang ke kelas kita semenjak lo mulai melawan dia,” lanjutnya.

“Bagus itu.”

“Nggak bagus dengan gue, nggak bisa cuci mata.”

“Iya bener,” celetuk Siti.

“Yah, lo kok ikut-ikutan juga? Nggak boleh gitu kali Ti, kasihan tu kak Tobi, buruan deh lo terima,” ucap Loli pelan. Ini termasuk pembicaraan dalam kategori secreet.

“What? Kak Tobi nembak Siti?” pekik Bintang terkejut. Menahan suaranya agar tidak keras tentu saja.

Wajah Siti bersemu merah. “Eh, eh ... nggak kok.” Geleng Siti cepat.

“Sebentar lagi lo juga bakalan ditembak. Menurut pantauan gue, Kak Tobi itu beneran suka sama lo. Waktu kemaren dikantin juga, cari-cari pandang ke elo, sampe nggak kedip.”

“Tidak lah, hanya perasaan kamu saja mungkin Lol.”

“Bener-bener susah deh kalo ngomong sama cewek nggak peka kayak kalian berdua.”

Bintang membelalakkan mata. “Kok gue juga?” tanyanya kesal.

“Lo juga nggak peka kalo kak Ibray juga PDKT sama lo. Eh ... sekarang malah lo PDKT ke kak Reno.”

TENGTONG...

Bel masuk telah berbunyi memutus percakapan mereka karena setelah itu Pak Cecep sudah memasuki kelas. Rajin sekali guru yang satu itu.

Bintang benar-benar tak bisa konsentrasi selama pelajaran berlangsung. Bertanya-tanya didalam hati kenapa semua orang mengatakan jika Ibray itu sedang mendekatinya. Dia akan senang jika itu terjadi, tetapi dulu, sekarang sudah berbeda, Bintang telah berhasil menikam habis perasaan itu, hingga pada akhirnya muncul suatu kecambah kecil perasaan lain, yang tentu akan dibiarkannya tumbuh.

“Bintang,” ucap Pak Cecep.

“Iya Bray?” Spontan Bintang mendekap mulutnya sendiri. Terkejut dengan ucapan yang barusan dia lontarkan. “Gila lo Bin,” ucap Bintang didalam hati.

Semua mata menatap Bintang. Tak lama kemudian meledaklah tawa seisi kelas, kecuali Bintang dan Pak Cecep.

“Hey ... sudah sudah, malah ribut,” ucap Pak Cecep. “Dan kamu Bin, malah menyebut-nyebut nama si tengil, mentang-mentang kegantengan bapak itu hampir sama seperti dia. Tapi ya ... jelas masih gantengan bapak.”

“Tuh kan ngelantur lagi nih Pak Cecep,” batin Bintang. Mungkin yang lain juga berfikir seperti itu. Menahan seruan ‘Huuuu’ yang bersiap keluar dari mulut. Guru yang satu ini memang aneh.

“Sekarang kerjakan soal yang dipapan tulis kamu Bin.”

Bintang mengangguk lalu berjalan menuju papan tulis.

***

Saat jam istirahat Bintang tetap berada dikelas, memakan bekal yang di bawanya tadi pagi. Menolak ajakan Siti yang tadi memohon-mohon minta ditemani ke kantin karena Loli sudah pergi meninggalkannya.

“Lo nggak ke kantin Bin?” tanya Loli yang sudah kembali dengan sebotol minuman dingin dan gorengan seplastik.

“Enggak. Banyak bener lo belinya?”

“Laper berat gue, makanya tadi langsung lari, keburu rame, ngantre ntar malah nggak makan-makan lagi.”

Bintang mengangguk.

“Eh, ngapain lo tadi nyebut-nyebut namanya Kak Ibray?” tanya Loli kemudian mencomot bakwannya. Tumben tidak menertawakan Bintang, mungkin sudah puas tadi.

“Mana gue tahu,” jawab Bintang acuh.

Loli meneguk minumannya. “Lo itu bagaimana sih Bin? Lo tuh sebenernya pilih kak Ibray atau kak Reno?” ucapnya pelan.

“Heh, kok diem aja” ucap Loli karena Bintang tak kunjung menjawabnya malah asik makan.

“Lagi makan ini ... mau gue tersedak lalu mati?”

“Lebay, sekarang jawab, makan nya udah selesai kan?”

“Loli, kenapa kamu tadi ninggalin saya?” ujar Siti yang tiba-tiba muncul dengan raut kesal.

“Sorry, gue tadi kelaperan banget,” jawab Loli sambil cengar-cengir.

Siti duduk dibangkunya. “Kamu mah gitu.”

“Gue mau ke toilet,” ucap Bintang lalu berjalan cepat keluar kelas.

“Ck, anak itu bener-bener ya, menghindar mulu jika ditanya. Lo sih Ti, tiba-tiba muncul disaat yang tidak tepat.” gumam Loli.

“Ditanya apa?”

“Rahasia.”

Siti menatap Loli kesal.

***

“Untung tadi Loli tiba-tiba muncul, untung juga gue kebelet pipis,” gumam Bintang. Menepuk-nepuk roknya yang sedikit basah. Berjalan keluar toilet. Bergegas menuju ke kelas karena bel masuk sudah berbunyi.

***

“Bin, gue duluan ya, udah ditungguin mama,” ucap Loli setelah bel pulang berdering tiga menit yang lalu. Melambaikan tangan lalu melangkah cepat keluar kelas, bahkan sebelum Bintang sempat menjawab.

Tak lama kemudian Bintang juga ikut meninggalkan kelas. Berjalan cepat menyusuri koridor utama. Waspada menatap sekitar, siapa tahu Ibray mencegatnya seperti kemaren.

“Bintang!”

Bintang menghentikan langkah, menoleh, mencari-cari siapa yang barusan memanggilnya. Bintang tahu itu bukan Ibray, makanya dia berhenti. Kemudian Reno muncul diantara kerumunan siswa, berjalan dengan langkah lebar menghampiri Bintang yang sudah sampai di dekat gerbang sekolah.

“Oh Kak Reno, kirain siapa. Eh, nggak ada Ibray kan?” tanya Bintang sambil celingak celinguk.

Reno tertawa pelan. “Tenang aja, dia lagi asik main basket dilapangan bareng Tobi.”

Bintang menengok ke arah lapangan basket di tengah-tengah gedung sekolah, lumayan jauh dari posisi Bintang sekarang. Benar, Ibray sedang ada disana.

“Eh Kak, aku pulang dulu ya, keburu Ibray lihat aku nanti.”

“Gue anter ya? Sendiri kan?”

“Iya, Siti izin pulang cepat tadi, tapi nggak usah repot-repot, aku bisa pulang sendiri kok ....”

“Nggak repot, gue anter aja ya?”

“Ya udah deh,” jawab Bintang. Dalam hati bersorak gembira, moment langka ini, diantar Reno pulang.

Mereka berjalan beriringan menuju parkiran.

“Udah?” tanya Reno.

“Udah,” jawab Bintang. Agak canggung sebenarnya dibonceng Reno.

Reno mengemudikan motornya dengan kecepatan Normal. Tidak seperti Ibray yang ugal-ugalan, nggak ingat kalo sedang ngeboncengin perempuan.

“Bintang,” ucap Reno ditengah jalan.

“Iya?”

“Kalo nemenin gue makan sebentar mau nggak?”

“Serius ini Kak Reno ngajak gue makan? Apa gue salah denger?” batin Bintang tak percaya.

“Bin? Kalau nggak mau juga nggak apa-apa kok,” ujar Reno karena Bintang tak kunjung menjawab.

“Iya mau.”

Reno tersenyum dibalik helmnya. Sepertinya rencananya bakalan berhasil.

***

“Kakak ngajak aku makan kayak gini nggak ada yang cemburu nih?” tanya Bintang, mencoba sedikit bergurau.

Mereka telah sampai disebuah cafe. Duduk di dekat jendela kaca yang menghadap ke jalan raya. Menunggu pesanan datang.

Reno tertawa. “Nggak ada lah ... eh, terus lo?”

“Hm?” tanya Bintang tak mengerti.

“Lo gue ajak seperti ini nggak ada yang cemburu?”

“Nggak ada lah Kak.”

“Bagus kalo gitu.”

Rencana Reno jadi semakin mudah jika situasinya seperti ini.

Pembicaraan mereka terpotong dengan datangnya waiters yang mengantar pesanan meraka.

“Kakak kok tiba-tiba nawarin aku pulang bareng? Secara kan kita nggak terlalu dekat,” ucap Bintang. Memecah keheningan yang menyelimuti mereka karena sibuk dengan makanan masing-masing.

“Emang harus dekat dulu ya?”

“Ya nggak, cuma aneh aja,”

Reno menatap Bintang lekat-lekat. Dia sebenarnya sadar jika tak seharusnya melakukan ini, tetapi tak ada cara lain.

“Gue pengen deket sama lo, makanya gue lakuin ini,” ucap Reno.

Bintang terdiam, mengalihkan pandangannya dari mata Reno. Jantungnya berdebar-debar.

“Hahaha ... Kak Reno bisa saja,” ucap Bintang kemudian. Tak tahu harus bagaimana.

Reno ikut tertawa pelan. “Eh Bin, boleh minta nomer HP lo?”

Bintang menyebutkan nomor ponselnya. Dia baru teringat jika Ibray sama Reno tidak tahu nomor nya. Kalau Ibray sih memang lebih baik tidak tahu.

“Pulang yuk, udah selesai kan?” ucap Rendy setelah menyimpan nomor Bintang pada ponselnya.

“Iya.”

***

Sepanjang perjalan menuju rumah Bintang tidak ada yang berbicara diantara mereka. Reno sibuk dengan pikirannya sendiri, tentu masih fokus mengendarai motornya. Dia akan benar-benar melakukan rencana ini walaupun tahu apa nanti konsekuensinya. Dia sudah kesal sendiri dengan keadaan ini. Tidak akan berubah jika dia tidak melakukan sesuatu.

Ditepikan motornya di depan pagar rumah lantai dua bercat hijau dengan banyak bunga dihalamannya. Reno jelas tahu rumah Bintang yang tepat berada di depan rumah Ibray, hanya terpisahkan jalan kompleks.

Reno ikut turun, hendak berpamitan kepada orang tuanya Bintang, meminta maaf juga karena membuat anaknya telat pulang kerumah.

“Ma!” seru Bintang.

“Iya!” Mama Bintang, keluar dari ruang tengah. Kemudian menatap ramah Reno yang berdiri diambang pintu karena menolak di ajak duduk. Mama Bintang menatap Bintang, meminta penjelasan.

“Ma, ini Kak Reno, dan Kak Reno ini Mamaku.”

Reno menjabat tangan Mama Bintang. “Reno, Tante.”

“Kok sepertinya saya pernah lihat ya?” ucap Mama Bintang sambil terus mengamati Reno.

“Teman Ibray Ma, mungkin Mama pernah nggak sengaja lihat,” jawab Bintang.

“Oh, temannya Ibray ya?” Mama Bintang tersenyum ramah. “Eh, mari duduk, kok malah berdiri disitu, kamu ini bagaimana sih Bin, kok nggak disuruh duduk?”

“Nggak usah Tante, Reno mau langsung pamit saja, maaf karena membuat Bintang pulang telat.”

“Oh iya, nggak apa-apa. Beneran mau langsung pulang nih?”

“Iya, Tante, Bin aku pulang dulu ya ...”

“Iya Kak, makasih udah dianter.”

Reno berpamitan ke Mama Bintang, kemudian berjalan keluar rumah di antar Bintang sampai depan gerbang.

“Cakep Bin pacar kamu,” goda Mama Bintang setelah Bintang kembali dari mengantar Reno dan duduk di ruang tengah.

Wajah Bintang bersemu merah. “Bukan pacar Bintang, Ma.”

“Paling juga sebentar lagi jadi pacar kamu,” goda Mama Bintang kembali.

“Tau ah, Ma.”

Bintang berjalan menuju kamarnya yang berada dilantai atas. Malas meladeni godaan Mamanya.

“Nanti pukul lima jemput adikmu pulang les ya!” seru Mamanya kemudian.

***

TOK TOK

“Kak Bintang buka!” seru Risa, adik Bintang.

Bintang berjalan malas membukakan pintu. Sedang enakan tiduran sambil chatan dengan Siti tadi.

“Apa?”

“Ada temen Kakak tuh,” ucap Risa lalu pergi.

Bintang berjalan menuju ruang tamu, bertanya-tanya siapa yang datang malam-malam begini. Hingga terlihat Tobi sedang duduk di ruang tamu, cengar-cengir ketika melihat Bintang.

“Kak Tobi nyasar ya?” tanya Bintang heran. Ngapain pula Tobi kerumahnya.

Tobi cengar-cengir. “Nggak lah. Tadi habis dari rumah Ibray, mampir.”

Bintang mengangguk, walaupun masih tak paham dengan kedatangan Tobi.

Risa muncul dengan nampan berisi minuman. “Diminum, Kak,” ucapnya pada Tobi.

“Aku mana?”

“Kakak nggak usah, bikin sendiri kalo mau,” jawab Risa lalu pergi begitu saja.

Bintang menatapnya sebal.

Sebenarnya Risa tidak benar-benar pergi, tetapi menguping bersama Mama dibalik tembok yang memberi sekat antara ruang tengah dengan ruang tamu. Mama Bintang juga ikut penasaran karena dalam satu hari ini ada dua cowok, yang satu ganteng yang satu pas-pasan, datang kerumahnya.

Tobi terkekeh. “Adik lo Bin?”

“Iya,”

“Kelas berapa?”

“Enam SD.”

Tobi mengangguk. “Adik gue yang cowok juga kelas enam, bisa nih nanti kita jodohkan,” ucap Tobi, tertawa. Bintang juga ikut menertawai ide konyol itu.

Sedangkan Risa yang sedang menguping di balik tembok cemberut, wajahnya yang memerah membuat Mama Bintang mendekap mulutnya sendiri, menahan tawa. Risa semakin kesal saja.

Tobi memikirkan dari mana dia akan menyampaikan maksud dari kedatangannya.

“Kakak kesini sebenarnya ada apa?” Bintang sudah mendahului percakapan. Baiklah Tobi tidak berbasa-basi lagi.

“Bantuin gue PDKT sama Siti dong,” ucap Tobi kemudian.

Bintang tertawa. Ternyata itu maksud Tobi yang sampai bela-belain datang kerumahnya.

“Kok malah ketawa?”

“Jadi apa yang dikatakan Loli itu benar? Kakak beneran suka sama Siti?” tanya Bintang setelah tawanya mereda.

“Ya gitu ... bantuin ya Bin,”

“Imbalannya apa nih?” Bintang mencoba bercanda.“Kalo imbalannya bunuh si Ibray mau nggak?” Raut wajah Bintang dibuat-buat serius.

Tobi menatap Bintang ngeri. “Serius lo?”

“Hahaha ... nggak lah, bercanda. Kenapa Kakak harus minta bantuan ke aku? Nggak usah aku bantu juga sepertinya Siti bakalan mau,”

“Yang bener?”

Bintang mengangguk. “Kayaknya sih gitu.” Sebenarnya dia tidak benar-benar yakin juga.

“Ah ... bohong lo.”

Bintang tekekeh. “Terus aku harus apa nih?”

Tobi meminta nomor Bintang agar lebih mudah menghubunginya nanti. Juga meminta nomor Siti ke Bintang yang mampu membuat Bintang menertawainya. Tidak gentle banget kata Bintang karena tidak berani minta langsung ke orangnya. Tobi juga menitipkan surat cinta untuk Siti, lagi-lagi ditertawakan Bintang, norak katanya. Tapi biarlah pikir Tobi, yang penting hasilnya nanti.

“Gue boleh baca kan?” ucap Bintang hendak membuka surat itu.

“Eh ... nggak-nggak,” ucap Tobi cepat.

“Ck, nanti juga aku bakalan dikasih tahu Siti,” jawab Bintang, memasukkan surat itu kedalam saku celananya.

“Harus sampe ke Siti itu suratnya, awas kalo hilang.”

“Iya-iya,”

Tobi meneguk habis minuman yang tadi diberikan Risa lalu bangkit dari duduknya.

“Eh Bin, gue pulang dulu ya, udah malem, Mama lo mana?”

“Di belakang mungkin, aku panggilin sebentar.”

Bintang berjalan menuju ruang tengah.

BRUKKKK

 

 

 

.

 

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 1 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
When I Was Young
8239      1654     11     
Fantasy
Dua karakter yang terpisah tidak seharusnya bertemu dan bersatu. Ini seperti membuka kotak pandora. Semakin banyak yang kau tahu, rasa sakit akan menghujanimu. ***** April baru saja melupakan cinta pertamanya ketika seorang sahabat membimbingnya pada Dana, teman barunya. Entah mengapa, setelah itu ia merasa pernah sangat mengenal Dana. ...
CATCH MY HEART
2451      907     2     
Humor
Warning! Cerita ini bisa menyebabkan kalian mesem-mesem bahkan ngakak so hard. Genre romance komedi yang bakal bikin kalian susah move on. Nikmati kekonyolan dan over percaya dirinya Cemcem. Jadilah bagian dari anggota cemcemisme! :v Cemcemisme semakin berjaya di ranah nusantara. Efek samping nyengir-nyengir dan susah move on dari cemcem, tanggung sendiri :v ---------------------------------...
Run Away
6668      1494     4     
Romance
Berawal dari Tara yang tidak sengaja melukai tetangga baru yang tinggal di seberang rumahnya, tepat beberapa jam setelah kedatangannya ke Indonesia. Seorang anak remaja laki-laki seusia dengannya. Wajah blesteran campuran Indonesia-Inggris yang membuatnya kaget dan kesal secara bersamaan. Tara dengan sifatnya yang terkesan cuek, berusaha menepis jauh-jauh Dave, si tetangga, yang menurutnya pen...
Flowers
359      247     1     
Inspirational
Zahra, remaja yang sering menggunakan waktu liburnya dengan bermalas-malasan di rumah, menggunakan satu minggu dari libur semesternya untuk mengunjungi tempat yang ingin dikunjungi mendiang Kakaknya. Bukan hanya demi melaksanakan keinginan terakhir Kakaknya, perjalanan ini juga menjadi jawaban atas semua pertanyaannya.
Coldest Husband
1305      675     1     
Romance
Saga mencintai Binar, Binar mencintai Aidan, dan Aidan mencintai eskrim. Selamat datang di kisah cinta antara Aidan dan Eskrim. Eh ralat, maksudnya, selamat datang di kisah cinta segitiga antata Saga, Binar, dan Aidan. Kisah cinta "trouble maker dan ice boy" dimulai saat Binar menjadi seorang rapunsel. Iya, rapunsel. Beberapa kejadian kecil hingga besar membuat magnet dalam hati...
injured
1218      657     1     
Fan Fiction
mungkin banyak sebagian orang memilih melupakan masa lalu. meninggalkannya tergeletak bersama dengan kenangan lainya. namun, bagaimana jika kenangan tak mau beranjak pergi? selalu membayang-bayangi, memberi pengaruh untuk kedepannya. mungkin inilah yang terjadi pada gadis belia bernama keira.
CAFE POJOK
3199      1077     1     
Mystery
Novel ini mengisahkan tentang seorang pembunuh yang tidak pernah ada yang mengira bahwa dialah sang pembunuh. Ketika di tanya oleh pihak berwajib, yang melatarbelakangi adalah ambisi mengejar dunia, sampai menghalalkan segala cara. Semua hanya untuk memenuhi nafsu belaka. Bagaimana kisahnya? Baca ya novelnya.
Hati Yang Terpatahkan
1846      839     2     
Romance
Aku pikir, aku akan hidup selamanya di masa lalu. Sampai dia datang mengubah duniaku yang abu-abu menjadi berwarna. Bersamanya, aku terlahir kembali. Namun, saat aku merasa benar-benar mencintainya, semakin lama kutemukan dia yang berbeda. Lagi-lagi, aku dihadapkan kembali antara dua pilihan : kembali terpuruk atau memilih tegar?
Move on
63      42     0     
Romance
Satu kelas dengan mantan. Bahkan tetanggan. Aku tak pernah membayangkan hal itu dan realistisnya aku mengalami semuanya sekarang. Apalagi Kenan mantan pertamaku. Yang kata orang susah dilupakan. Sering bertemu membuat benteng pertahananku goyang. Bahkan kurasa hatiku kembali mengukir namanya. Tapi aku tetap harus tahu diri karena aku hanya mantannya dan pacar Kenan sekarang adalah sahabatku. ...
Glad to Meet You
249      190     0     
Fantasy
Rosser Glad Deman adalah seorang anak Yatim Piatu. Gadis berumur 18 tahun ini akan diambil alih oleh seorang Wanita bernama Stephanie Neil. Rosser akan memulai kehidupan barunya di London, Inggris. Rosser sebenarnya berharap untuk tidak diasuh oleh siapapun. Namun, dia juga punya harapan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Rosser merasakan hal-hal aneh saat dia tinggal bersama Stephanie...