Sore itu pukul 16.00 gandi dan risa akhirnya sampai dirumah yang disewa oleh serikat ahli spiritual untuk misi yang diberitahu oleh aldy kemarin sore lewat sms. "benerankan ini rumahnya? kita gak nyasar kerumah orang lagi kan?" gandi yang terlihat kelelahan saat itu bertanya pada risa. "mungkin saja." risa menjawab pertanyaan gandi dengan ketidak-pastian. selama perjalanan menuju rumah sewaan itu gandi dan risa sudah salah rumah sebanyak 5 kali, sejak awal gandi memang bukan orang yang ahli menentukan arah dan lagi risa termasuk orang yang mudah tersasar. ditambah lokasi tujuan mereka memang melewati jalan yang berliku-liku dan rumit, namun kali ini mereka berada dirumah yang benar karena jelas sekali diseberang rumah itu ada panti asuhan yang menjadi target misi mereka.
Gandi mengetuk pintu gerbang rumah itu beberapa kali, namun tidak ada seorang pun yang merespon. "dimana si aldy? bukannya seharusnya dia didalam?" gandi bergumam sendiri, saat gandi menggeser pintu gerbang rumah itu ternyata pintunya tidak dikunci. ketika pintu gerbang terbuka gandi dan risa terkejut mendapati noda merah yang berceceran di tanah, gandi berlutut dan mengecek noda merah yang sudah mengering itu. "apa yang sebenarnya terjadi disini?" risa kebingungan dengan noda merah yang amat banyak itu, "tidak salah lagi ini darah." gandi langsung berdiri dan memasuki rumah itu. pintu rumah yang tidak terkunci memudahkan gandi memasuki rumah itu, "aldy! dimana lu!?" teriak gandi sambil mengikuti jejak noda darah yang mengering itu.
Noda darah kering yang gandi ikuti mengantarkannya ke sebuah pintu kamar dirumah itu, gandi pun langsung membuka pintu itu dengan cepat. "aldy!" teriak gandi panik, gandi melihat aldy terbaring di kasur kamar itu dengan perban yang membalut tubuhnya. aldy benar-benar terluka parah saat itu, "risa apa kau bisa melakukan sesuatu dengan kekuatanmu?" gandi pikir risa paling tidak bisa memberikan pertolongan pertama dengan energi spiritualnya. "aku tidak yakin ini akan bekerja pada luka separah ini, tapi akan ku coba memulihkan tubuhnya." risa langsung mengalirkan energi spiritualnya pada tubuh aldy. "bagus aku akan memanggil dokter dan membersihkan noda darah disekitar rumah." gandi langsung mengeluarkan smartphonenya dan menelpon seseorang, lalu dia keluar untuk membersihkan noda darah disekitar rumah itu.
Tak lama pria berjubah putih dan membawa tas besar datang dengan menggunakan sepeda motor ke rumah itu, "apa anda dokter yang dipanggil oleh pak zaenal?" gandi terlebih dulu menginterogasi pria berjubah putih itu. "iya nama saya saman, sekarang dimana pasiennya?" saman langsung ke poin permasalahannya, gandi pun mengantarkan saman ke kamar tempat aldy terbaring. "ah syukurlah dokternya sudah datang, aku tidak bisa merawatnya lebih dari ini." ujar risa dengan tubuh fisiknya, risa harus menggunakan tubuh fisik yang dapat terlihat agar bisa memberikan pertolongan pertama. "permisi, aku akan melakukan sisanya. sekarang kalian bisa tolong mundur sedikit? aku butuh ruang disini." mendengar perkataan saman gandi dan risa pun mundur beberapa langkah.
Dokter saman mulai melakukan perawatan pada luka aldy, mulai dari menyuntikan obat bius, membersihkan lukanya dan terakhir mengobati luka serta membalutnya dengan perban. "syukurlah tepat waktu, lebih lama dari ini nyawanya bisa dalam bahaya." ujar dokter saman setelah selesai mengobati, "bagaimana keadaannya sekarang dok?" gandi langsung bertanya pada dokter saman. "tenang, dia baik-baik saja. semua berkat pertolongan pertama yang hebat." dokter saman menjelaskan keadaan aldy yang sudah tidak perlu dikhawatirkan, "syukurlah..." mendengar itu gandi dan risa pun merasa lega. "perawatan pertamamu tadi menggunakan energi spiritual ya? hebat banget bikin iri..." risa merasa canggung mendapat pujian dari dokter saman, "a-ah iya, tapi saya cuman bisa menyembuhkan luka-luka yang ringan saja." jawab risa terbata.
"Bagaimana pun juga pria ini beruntung, dia tidak terluka di bagian vital. namun ada beberapa luka aneh yang hampir mengenai bagian vitalnya." dokter saman terlihat sedang memikirkan keanehan luka-luka pada tubuh aldy. gandi yang mendengar perkataan dokter itu langsung bisa membayangkan kronologi kejadian yang dialami oleh aldy, hanya saja dia belum tau pasti siapa yang menjadi lawan aldy. "luka tebasan yang luar biasa hebat yang anak ini dapat pastinya berasal dari senjata tajam." dokter saman terus bergumam sendiri sambil terus berpikir. "oh iya dok soal biayanya bagaimana?" pertanyaan gandi langsung membuyarkan lamunan dokter saman yang sedang berpikir. "ah soal biaya tidak usah dipikirkan, aku sudah dibayar oleh pihak serikat kalian." gandi kaget dokter saman bisa tau tentang serikat ahli spiritual. "anak perempuanku adalah anggota serikat ahli spiritual, jadi aku ingin membantu serikat tempat ia bekerja sebisaku sebagai dokter." lanjut dokter saman sambil tersenyum.
Bagaimana pun saat itu gandi sangat tertolong berkat datangnya dokter saman yang menyelamatkan nyawa aldy. dokter saman pun bersiap untuk pulang setelah memberikan beberapa obat untuk aldy yang masih terbaring dikasur itu. "terima kasih banyak dok." gandi dan risa mengantar dokter saman sampai pintu gerbang rumah. "kalau ada apa-apa panggil saja aku lagi." ujar dokter saman sambil memberikan kartu namanya pada risa, dokter saman pun menaiki motor bebeknya dan pergi dari tempat itu. "ok sekarang tinggal menyelidiki kebenaranya soal apa yang terjadi pada si aldy ini." ujar gandi sambil menutup pintu gerbang, "kalau begitu kita harus menunggu aldy sadar dulu dong." sahut risa mendengar ucapan gandi. "sepertinya gak perlu dah, aku punya firasat nanti malam bakal terjadi sesuatu." ujar gandi sambil tersenyum.
Tak terasa malam pun tiba, gandi mempersiapkan alat-alat dan 3 botol darah untuk bertarung. "meski belum tau kita akan bertarung atau tidak , kau selalu membawa persediaan darahmu ya?" tanya risa pada gandi melihatnya menyiapkan barang-barang untuk misi pengawasan malam ini. "tentunya, aku paling tau soal sedia payung sebelum hujan itu sangatlah diperlukan." gandi terus mengecek peralatannya satu persatu. "oke semuanya siap! risa bisakah kau disini untuk menjaga aldy?" risa sedikit kaget dengan perkataan gandi itu, "eh!? jadi aku tidak bisa ikut denganmu?" risa sedikit protes dengan keputusan gandi itu. "aku tau kau ingin ikut denganku, tapi saat ini mengawasi markas juga hal penting. lagi pula aku terbiasa melakukan perkerjaan seperti ini sendirian." ujar gandi sambil memakai tas selempangnya, "kalau memang begitu aku cuma minta satu hal. hati-hati..." gandi merespon perkataan risa dengan senyuman.
Gandi pergi tanpa mendengarkan perkataan risa lebih lanjut malam itu, risa terpaksa harus menjaga aldy dan juga rumah sewaan itu. layaknya seorang ninja gandi menyusuri area sekitar panti asuhan itu dengan berjalan dan melompat dari atap rumah satu ke atap rumah lainnya. "area ini cukup sunyi ya....padahal rumah dan bangunan lain seperti ruko-ruko di komplesk sekitar panti asuhan ini cukup padat." pikir gandi saat berhenti disalah satu atap ruko area itu, meski sudah malam jam baru menunjukan pukul 21.00 WIB. seharusnya masih ada banyak orang berkeliaran dijalan, tapi di area itu tidak ada satu pun warga yang terlihat diluar rumah. "ini aneh, aku harus menggali informasi lebih dalam lagi. sepertinya misi kali ini memiliki sebuah hambatan yang lumayan sulit untuk ditangani." gandi bergumam sendiri sambil melompat menuju rumah sewaannya.
Malam itu pun berlalu tanpa ada sesuatu yang terjadi, "hoam.... udah siang ya ngantuk banget rasanya. aku tidur duluan ya risa." gandi langsung tertidur diatas sofa itu. risa siang itu sedang beres-beres rumah dan juga menyiapkan makanan, selama berada dirumah itu risa selalu menggunakan tubuh fisiknya untuk dapat melakukan aktifitas. "huh.. dasar manusia lemah udah tidur aja." sambil bertolak pinggang risa sedikit mengeluh karena ditinggal tidur oleh gandi. setelah rumah itu rapih dan juga bersih, risa langsung mengecek kulkas untuk mencari bahan makanan. sayang sekali bahan kulkas dirumah itu hanya berisikan debu dan hawa dingin saja, "bahan makanan aja gak ada. para ahli spiritual itu sebenarnya makannya apa sich?" risa tak habis pikir dengan kulkas yang kosong tanpa ada satu pun bahan makanan.
Secara kebetulan risa mendengar teriakan tukang sayur keliling yang seakan menjawab kebutuhannya, "sayur-sayur....!" tukang sayur yang membawa gerobak itu lewat didepan rumah. "sayur bang..." ujar risa memberhentikan tukang sayur itu sambil berlari kecil kedepan pintu gerbang. risa sangat beruntung karena seharusnya jarang sekali ada tukang sayur yang keliling saat sudah siang, "wah neng mau beli apa?" ujar tukang sayur itu ramah. "ada kangkung gak bang?" ujar risa sambil memilih bawang dan juga cabai, "ada neng sebelah sini." si tukang sayur menunjuk ke sisi lain gerobaknya. saat risa sedang asik memilih sayuran, seorang wanita keluar dari panti asuhan yang ada diseberang jalan. "bang sayurnya masih ada?" ujar wanita itu, "oh masih neng lia, mau beli apa? terong? cabe? toge? labu?" tukang sayur itu sangat bersemangat menawarkan dagangannya.
Semua orang disekitar kompleks itu termasuk wanita bernama lia dan juga tukang sayur terus menatap risa yang sedang memilih sayuran. "ini semua jadi berapa bang?" pertanyaan risa membuat lamunan sesaat si tukang sayur buyar. "e-eh jadi 20 ribu neng." jawab si tukang sayur agak terbata. risa langsung mengeluarkan uang 20 ribuan dari saku celana pendeknya, "makasih neng." jawab tukang sayur setelah menerima uang risa. tanpa banyak bicara risa pun masuk kembali kedalam rumah untuk mempersiapkan makan siang. "cantik bener ya, baru sadar pas dia milih kangkung." tukang sayur itu bergumam sendiri, "iya saya aja yang perempuan kagum bang." sambung lia yang mendengar perkataan sang tukang sayur. "lihat noh bapak-bapak kompleks kita aja ampe melongo." lanjut lia sambil tertawa kecil, "eh iya neng lia mau masak apaan emang?" tanya sang tukang sayur berusaha mengubah topik. "biasa sayur bayem buat anak-anak panti." jawab lia singkat dengan seyuman manis.
Risa tidak sadar betapa banyak mata yang menatapnya saat membeli sayur tadi, "baiklah! ayo kita mulai masaknya..." risa bersiap memasak didapur. beruntung risa sebelumnya sudah diajarkan oleh ayu tentang cara memakai kompor gas modern untuk memasak, tanpa kesulitan risa pun bisa menggunakan kompor gas itu untuk memasak. masakan yang dibuat risa hanya bermodalkan 20 ribu, namun dia mendapat banyak bahan makanan seperti ikan japuh asin, kangkung, minyak dan bumbu lainnya. aroma masakan yang sedang dimasak oleh risa sangatlah menggugah selera saat itu, aroma masakan itu mengusik gandi yang sedang berada dialam mimpi. gandi langsung menghampiri sumber aroma yang menggugah selera itu, "wah kirain apaan ternyata kamu lagi masak ya risa?" mendengar suara gandi risa langsung menengok ke belakang. "ah iya, tunggu aja nanti ya ini buat makan siang." jawab risa singkat dan kembali fokus memasak, "wah... siapa sangka sebuah pusaka bisa masak begini." gandi dan risa mendengar suara yang lebih mengagetkan.
Suara itu berasal dari aldy yang tiba-tiba sudah berada disamping gandi, "ehh... kau sudah sadar?" ujar gandi spontan karena kaget melihat aldy berdiri disampingnya. "oh luka begini mah kecil buatku sehari juga sembuh." ujar aldy seolah tubuhnya tidak pernah mengalami luka, "seriusan kamu sudah sembuh sekarang?" risa merasa luka separah itu tidak mungkin bisa sembuh hanya dalam satu hari. "neh kalo gak percaya lihat aja sendiri." aldy membuka perban pada tubuhnya, gandi dan risa benar-benar dibuat kaget karena seluruh luka ditubuh aldy sudah menutup dan bahkan sudah sembuh. "salah satu kelebihanku itu adalah regenerasi, saat tubuhku mengalami luka serius regenerasinya akan melambat, tapi jika luka dalam pada tubuhku sudah sedikit membaik regenerasiku akan kembali meningkat." aldy memang memiliki sesuatu yang khusus selain kemampuan bertarungnya, tapi gandi tidak menyangka kemampuan lainnya adalah regenerasi tubuhnya.
Risa akhirnya selesai memasak dan menyajikan masakannya, "woah ini sich masakan mewah." celetuk aldy melihat pecak kangkung, ikan japuh asin goreng, sayuran segar (lalap) dan sambal. untuk para ahli spiritual yang sedang menjalankan misi itu termasuk makanan mewah, "biasanya cuma makan mie instans cup sekarang makan beginian rasanya benar-benar hidup." gandi sampai meneteskan air mata bahagia melihat makanan yang ada diatas meja makan itu. gandi, aldy dan risa pun langsung menyantap makan siang mereka itu, "eh risa emang kamu butuh makan seperti manusia?" aldy penasaran karena risa yang merupakan pusaka ikut makan bersamanya. "kalau dalam bentuk fisik aku bisa ikut menikmati makanan kok, tapi itu hanya untuk merasakan rasa makanan. pada dasarnya tubuhku tidak membutuhkan makanan seperti manusia." risa menjawab dengan santai sambil menikmati makanannya.
Makanan yang ada dimeja makan dalam sekejap habis, "hua.... kenyangnya....." aldy terbaring karena kekenyangan. "wajar kau kenyang, kau menghabiskan seluruh makanan yang tersisa." ujar gandi sambil membersihkan mulutnya dengan tisu. "baik, untuk malam ini pembagian tugas. aku akan berpatroli, aldy kau bersama risa jaga markas kita." lanjut gandi menjelaskan rencana pengamatan untuk malam nanti. "siap!" aldy menjawab dengan penuh semangat, meski habis terluka parah kemarin dia terlihat seperti sudah sembuh total. "oke aku gak masalah." jawab risa dengan santai mengikuti arahan dari gandi. mereka langsung menyiapkan peralatan untuk patroli malam nanti, tidak lupa risa dan aldy memasang penghalang spiritual pada rumah yang jadi markas sementara mereka.
Pada malam hari gandi kembali berpatroli, namun lagi-lagi dia tidak menemukan apapun yang bisa jadi petunjuk. "hei aldy, aku ingin bertanya sesuatu." ujar gandi saat sampai dimarkas sementara itu,"apa?" aldy yang duduk diatap rumah manjawab dengan singkat. "kemarin saat mendapat luka parah. kau bertarung dengan siapa?" mendengar pertanyaan gandi itu aldy langsung teringat sesuatu, "oh iya benar juga. aku ingat kejadian malam itu sangat cepat, aku sendiri hampir tidak bisa menghidari serangan makhluk gaib itu." jawaban aldy membuat gandi bingung. "makhluk gaib yang membuatku terluka parah itu memiliki wujud manusia laki-laki yang tamvan. dia menggunakan pedang besar yang sangat tajam, awalnya aku hanya mengejar 6 orang dukun bertopeng hitam sampai pinggir hutan sebelah barat tempat ini. tiba-tiba makhluk itu muncul dan membantai 6 orang yang kukejar itu dengan pedangnya, awalnya aku mencoba untuk melawannya. namun kekuatan makhluk itu bisa menahan semua seranganku, bahkan dia juga balik menyerang. aku sangat beruntung bisa selamat karena teknik resapan bayanganku." lanjut aldy menceritakan detail kejadian yang dia alami sampai mendapat luka separah itu.
Gandi terlihat berpikir keras memikirkan makhluk gaib jenis apa yang bisa berubah wujud menjadi manusia, kekuatannya juga sangat besar. gandi berpikir kemungkinan besar makhluk gaib ini rank A atau lebih tinggi, "untuk sementara kita harus menghidari area dekat hutan. kemungkinan makhluk gaib itu adalah penguasa area hutan itu, kalau dia jadi musuh kita bisa gawat." gandi tidak ingin mendapatkan masalah yang tidak perlu. saat gandi dan aldy ingin turun dari atap rumah, mereka tiba-tiba merasakan energi spiritual yang mengerikan dari arah panti asuhan. saat mereka menoleh kearah panti asuhan itu, gandi dan aldy melihat sesosok pria tampan yang menyeret sebuah pedang besar berjalan mendekat ke gerbang panti asuhan itu. sebelum pria itu sampai didepan gerbang panti asuhan sebuah tekanan energi spiritual yang tidak kalah besar muncul dari gerbang itu, sesosok wanita cantik dewasa menggunakan gaun serba putih muncul didepan gerbang panti asuhan itu. sosok wanita itu memiliki rambut hitam panjang dengan kulit kuning langsat, bola matanya yang berwarna biru terlihat indah seperti kristal dengan hidung yang mancung dan bibirnya yang mempesona menjadikan kecantikan wajahnya itu seperti bukan berasal dari dunia ini.
Merasakan tekanan energi spiritual yang amat besar seperti itu, gandi dan aldy langsung memagari diri mereka dengan energi spiritual agar tidak terpengaruh tekanan yang amat besar itu. "apa yang kau inginkan? kenapa kau datang kesini!?" wanita berpakaian serba putih itu berteriak sambil menunjuk sang pria dengan jari telunjuknya yang terlihat amat lentik, "wahai makhluk cantik nan rupawan jadilah pengantinku, dirimulah yang aku inginkan tidak yang lain." sang pria terlihat menjawab perkataan wanita cantik itu. "sayang sekali aku tidak tertarik. lagi pula meski aku tertarik aku tidak bisa menjadi pengantinmu, aku ini milik majikanku." jawab wanita itu, dia menolak dengan lantang. "kalau begitu aku akan bunuh majikanmu dan menjadikanmu milikku!" jawab sang pria sambil memegang pedang itu dengan kedua tangannya seolah bersiap mengayunkan pedang itu. "cobalah kalau kau bisa!" sang wanita cantik itu merubah wujudnya menjadi seekor macan putih dengan corak belang hitam, saat sang pria itu mengayunkan pedangnya tiba-tiba mereka berdua menghilang. "booom!!!" terdengar suara benturan yang amat kerasa di arah barat tempat itu, "jangan bilang si macan putih itu menghantam pria itu dengan sangat cepat sampai tidak bisa dilihat dengan mata telanjang?" gandi benar-benar terkejut dengan kecepatan serangan mereka.
Gandi dan aldy masih tidak bisa bergerak karena terkejut dengan besarnya kekuatan kedua makhluk gaib itu. "apa yang harus kita lakukan sekarang?" pertanyaan aldy membuyarkan lamunan gandi, "eh itu... kita harus segera menyusul mereka. prioritas utama kita membantu macan putih itu." ujar gandi sedikit terbata karena rasa kagetnya. mereka langsung bergegas menuju ke arah hutan, beruntung saat itu masih pukul 03.00 dini hari sehingga tidak ada warga sipil yang terlibat. butuh 1 menit untuk mereka bisa menyusul ke pinggiran hutan tersebut, "boom... duar..." suara ledakan terdengar dari dalam hutan itu. gandi dan aldy langsung mencari sumber suara ledakan tersebut, "haha... kamu memang kuat, tapi dihutan ini akulah yang berkuasa!" sang pria terlihat sedang memegangi leher sang wanita yang tak lagi berwujud macan. "permisi!" belum sempat sang pria tampan itu menoleh tangannya sudah tercabik dan putus, gandi mencengkram dan mencabik tangan yang pria itu gunakan untuk mencekik sang wanita. pria itu terlihat sangat tidak senang dengan perbuatan gandi itu, "beraninya kau!!!" teriak si pria tampan itu sambil menatap gandi dengan wajah yang penuh urat dan tatapan murka.
wanita itu langsung terjatuh saat cengkaraman tangan si pria terlepas, "aldy!" teriak gandi mengisyaratkan sesuatu pada aldy. tiba-tiba wanita bergaun putih itu dibalut oleh bayangan hitam dan menghilang dari tempat itu, "sekarang semuanya tergantung padaku ya." gandi berdiri dan tersenyum. tangan si pria itu langsung tumbuh kembali dengan cepat, "kau akan mati disini manusia sialan!" pria itu benar-benar marah terhadap gandi. saat gandi membuka matanya terlihat pancaran cahaya merah delima dari mata itu, dengan cepat si pria itu mengamuk dan mengayukan pedangnya. "risa.." bisik gandi pelan saat pedang itu hampir menebas tubuhnya menjadi dua, "cling....!" tiba-tiba pedang besar itu terpantul dan sebuah keris muncul dihadapan gandi. gandi menggenggam keris itu dengan tangan kirinya, "mari kita mulai pertarungan ini....!" ujar gandi menampakkan senyum yang menyeramkan.
Pria itu kembali mengayunkan pedang besarnya dan menyerang gandi secara membabi buta, "cing cing cing, tang... bushhhhh....." penghalang yang dibuat oleh risa yang berwujud keris memang sangat kuat. "crekk..." tapi tetap saja diserang dengan kekuatan sebesar itu akan membuat penghalanganya mencapai batas, "prank...." penghalang itu pun hancur bersamaan dengan itu gandi menyerang pria itu dengan cakarannya. "slash...." serangan gandi memang berhasil, namun luka yang diterima pria itu langsung sembuh setelah beberapa saat. "cih, susah juga ya kalau bertarung diwilayah kekuasaannya. tapi misi sudah berhasil, jadi selamat tinggal." gandi langsung bergerak dengan cepat menghidari pria itu. "kau pikir bisa lari!" tiba-tiba pria itu sudah berada didepan gandi dan mengayunkan pedangnya, tebasannya membuat gandi terjatuh dengan sangat keras ke tahan. beruntung penghalang risa menangkis tebasan itu, kalau tidak mungkin tubuh gandi sudah terbelah jadi dua.
gandi langsung bangkit dan menghindari tebasan berikutnya, "duar.... creckkckkkk..." tebasan yang menghantam tanah itu membuat sebuah pohon besar yang sejajar dengan arah tebasannya terbelah jadi dua. gandi kembali mencoba melarikan diri dari pria itu, namun lagi-lagi pria itu muncul tepat dihapannya. tidak seperti sebelumnya, kali ini gandi berhasil merespon dan menghidari tebasan pedangnya. "hahaha... menegangkan banget udah kaya film horor." gandi sangat bersemangat bermain kejar-kejaran dengan pria berpedang besar itu. "hey, boleh saja bersenang-senang. tapi aku tidak bisa mempertahankan wujud kerisku seharian." risa berbicara dalam wujud keris. "eh... jadi dalam bentuk keris pun kau bisa bicara ya?" gandi kaget dan juga tertawa sambil terus melompati pepohonan hutan itu. "gak sopan! meski bentuknya keris aku ya aku. " risa memprotes ucapan gandi, "maaf deh... uwaa... slashhh" ucapan gandi terputus saat menghidari tebasan pria itu.
Semakin lama gandi semakin terbiasa dengan kecepatan serangan pria itu, "hihihi.... tapi memang gawat jika tebasannya kena telak aku pasti langsung mati. " gandi terus menghindari tiap tebasan pedang besar itu. sampai akhirnya tiba-tiba kecepatan pria itu meningkat drastis, "boomm... duar...duar.... boomm..." meski dengan penghalang risa gandi tetap terpental sangat jauh, "sudah cukup main-mainnya!" gandi melihat tangan kanan yang memegang pedang itu sudah bukan lagi tangan manusia. "crekek...crekek..." tubuh pria itu menjadi aneh dan tiba-tiba tubuhnya menjadi besar, "ini adalah wujud asliku! aku buto kampa raja dari seluruh genderuwo ditanah jawa!" wujudnya sudah bukan manusia tapi seekor raksasa setinggi 50 meter. "waduh kalo gini urusannya sich gawat banget." ujar gandi melihat raksasa berkulit hijau didepannya itu, "tapi sayang waktu bermain sudah habis." lanjut gandi sambil melihat jam tangannya. buto kampa mengayunkan pedang raksasanya dan "booommmm...." dentuman yang sangat keras pun terdengar, getaran tanah akibat benturan itu pun terasa seperti sebuah gempa. namun saat buto kampa melihat hasil tebasannya gandi sudah menghilang dari sana, "uwaaa....!! sialan!!!" buto kampa sangat kesal saat itu.
Sementara itu di area panti asuhan gandi keluar dari balutan bayangan, "huh untung kau tepat waktu... kalau tidak bisa habis nyawaku." ujar gandi terengah-engah karena habis melewati situasi menegangkan. "cingggg....." sebuah cahaya muncul dari keris yang terjatuh tepat disamping gandi itu, "kukira aku bakal hancur!" risa muncul dalam posisi tersungkur sama seperti gandi. "kalian ini siapa sebenarnya?" pertanyaan itu membuat gandi, risa dan aldy menoleh ke arah wanita bergaun putih itu, "ah itu kami bisa jelaskan nanti, sekarang biarkan kami bernafas lega dulu...!" gandi menjawab pertanyaan wanita itu dengan nafas berat. setelah beristrahat selamat 15 menit gandi berbicara 4 mata dengan wanita bergaun putih itu, gandi menjelaskan situasinya juga meminta agar bisa bertemu dengan majikan wanita itu. "baik kalau begitu, terima kasih atas kerja samanya." gandi pun mengakhiri pembicaraan mereka, "jadi bagaimana?" risa amat penasaran dengan jawaban wanita itu. "untuk sementara nanti sore kita akan menemui majikan wanita itu di panti asuhan. tapi.... aldy kamu tetap jaga di markas." aldy terkejut dengan perkataan gandi barusan. "eh kenapa!?" aldy ingin tau alasanya dia tidak diperbolehkan ikut, "soalnya semakin sedikit orang yang datang makin bagus." jawaban gandi itu hanya bisa diterima oleh aldy setengah hati. mereka pun tidur saat waktu menunjukan pukul 06.00 pagi, waktu dimana makhluk gaib jarang melakukan aktifitas.
Sementara itu diwaktu yang berbeda di area ibu kota jakarta, "sore hari ini kami siarkan berita secara langsung dimana sebuah kejadian aneh terjadi dalam sebuah kecelakaan. dimana sebuah mobil taksi menabrak sebuah mobil truk bermuatan pasir yang oleng, dimana mobil taksi tidak melami lecet sedikit pun setelah beradu dengan mobil truk tersebut. ditambah lagi mobil truk tersebut melami rusak parah dan dalam keadaan terguling ditengah jalan." zaenal yang melihat berita headline news tersebut langsung menyemburkan kopi yang baru saja dia minum. "brufshhh.... jangan bilang taksi itu..." wajah zaenal langsung pucat sore itu, "taksi tersebut dinaiki oleh seorang penumpang wanita dan sang supir, setelah diperiksa oleh pihak berwajib tidak ada keanehan pada taksi tersebut dan kedua orang yang ada didalam taksi tersebut sekarang berada di kantor kepolisian setempat sebagai seorang saksi." lanjut sang reporter menjelaskan situasinya. aria, zaenal, rina dan hans yang menonton berita tersebut secara bersamaan berpikir "tidak salah lagi, wanita itu pasti dia!" setelah melihat kronologi kejadiannya.
-bersambung