1
Sekarang, kami duduk dibangku kelas 2 SMA. Kelasku terganti menjadi kelas XI. IPA 1. Begitu juga dengan kelas Ray, XI. IPA 3. Hubungan kami berjalan hingga setahun setengah, sungguh banyak hal-hal yang Ray lakukan agar aku tersenyum, merasa nyaman ketika bersamanya. Kami berharap hubungan kami akan tetap langgeng hingga mahasiswa nanti. Meski kami akan beda kampus, beda universitas, yang jelas kami bermodalkan kepercayaan. Aku tidak peduli apa kata orang diluar sana. Aku ingin Ray yang menjadi teman hidupku nanti. Sungguh banyak kenangan yang aku lalui bersama Ray.
Tinggal beberapa bulan lagi, kami akan beranjak ke kelas terakhir, kelas XII. Setelah itu, akan bertarung dengan soal-soal ujian nasional nanti.
Aku sempat berbincang dengan Ray tentang pilihan-pilihan jurusan yang akan kami ambil di perguruan tinggi nanti. Ray ingin menjadi bagian Universitas Gajah Mada. Sedangkan aku ingin sekali menjadi bagian dari Universitas Indonesia. Semoga Allah memudahkan jalan kami.
Ray juga pernah memberiku sebuah boneka doraemon yang sangat lucu, ulang tahun yang selanjutnya adalah alat solat. Haha seperti Pengucapan Ijab Qabul “seperangkat alat solat” disamping itu, ia juga memberikan kunci. Bukan kunci sembarangan, menurut kami itu adalah kunci kepercayaan. Selama aku masih memegang kucinya, selama itu pula Ray memegang gemboknya. Jika nanti kami beda universitas, tapi kami tetap memegang kepercayaan masing-masing.
2
Saatnya adalah pengumuman masuk ke perguruan tinggi negeri melalui jalur pertama yakni jalur tanpa tes. Aku mencoba membuka akun dan syukur Alhamdulillah aku dinyatakan lolos pada pilihan pertama yakni Pendidikan Dokter Universitas Indonesia. Begitu juga dengan Ray, ia dinyatakan lolos pada pilihan pertamanya, Teknik Industri Universitas Gajah Mada.
Semoga scenario Allah sesuai dengan keinginan kami. Akan mempersatukan kami dalam sebuah rumah tangga.
3
Aku menjalani kuliah dengan bersungguh-sungguh, beraharap cita-citaku dan keinginan ayah dan ibu dapat terwujud.
4
Menjadi seorang dokter membutuhkan waktu yang panjang, kurang lebih 8 tahun. Ray tau itu. Ray pernah sedikit tidak setuju dengan pilihan perguruan tinggi yang aku pilih. Katanya, sangat lama. Lama untuk bertemu lagi. Tapi, aku meyakinkan Ray, selama kepercayaan itu masih ada dan Allah memang menakdirkannya dari awal, selama apapun kita akan dipertemukan kembali.
Kini, Ray menjalani pendidikan Strata 1. Begitupun denganku. Kami berusaha tidak memikirkan masalah pacaran lagi, kami memikirkan bagaimana kami bersungguh-sungguh dalam menjalani kuliah, agar kelak nanti dipertemukan lagi dan kami sudah menjadi orang sukses. Aamiin.
5
Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun. Akhirnya, Ray selesai menjalani pendidikan Strata 1. Sekarang, ia telah mendapatkan gelar ST (Sarjana Teknik) lulusan Universitas Gajah Mada. Sementara aku, masih melanjutkan kejenjang Strata 2 untuk mendapatkan gelar dokter. Dan 2 tahun berikutnya akan melanjutkan pada pendidikan spesialisnya. Memang cukup lama. Tapi, waktu tidak akan terasa selama kita menjalaninya dengan ikhlas.
Hubunganku dengan Ray tidak terputus, kami selalu bercakap-cakap lewat telpon dan social media. Katanya, dia mengurus surat lamaran kerja di salah satu perusahaan industri terkenal di Indonesia. Ia pun di terima bekerja disana. Dan yang paling membahagiakan ketika ia terpilih menjadi pimpinan perusahaan. Sangat senang mendengarnya.
“Rara”
“Ray”
“Rindunya berkali-kali lipat”
“Sama Ray”
“Sekarang aku sudah bekerja diperusahaan terkenal Ra, aku punya waktu 4 tahun lagi mengumpulkan uang untuk aku gunakan mempersunting seorang dokter”
“Aamiin.. Semoga keinginan kamu yang juga keinginanku itu terwujud”
“Tunggu aku disana yah, Rara, setelah pendidikanmu selesai, aku akan datang menghadap ke kedua orangtuamu dan meminta restunya untuk mempersuntingmu”
“Iya, Ray. Kamu harus sabar, kurang lebih empat tahun lagi.”
“Jangan ‘kan 4 tahun, sampai kamu nenek-nenek pun aku masih pengen jadi pemimpin dalam keluargamu, Rara”
“Haha, gombalnya mulai datang”
“Aku serius, Rara. Tunggu aku.”
“Iya, Ray.”
“Yaudah, udah dulu yah, pastinya kamu itu sibuk. Calon dokter yah emang gitu. Hehe”
“Aamiin.. Udah dulu yah Ray”
“Iya, Rara”
6
Kalau soal rindu, sangat jelas. Siapa yang ngga rindu kalau sekitar menghampiri 8 tahun ngga ketemu. Tapi, aku yakin ada hikmah dibalik semua ini.
Tidak terasa pendidikan Strata 2 yang aku jalani selesai. Aku telah mendapat gelar seorang dokter. Alhamdulillah. Tapi, tak hanya sampai disitu. Aku terus melanjutkan pendidikan hingga ke spesialis. Spesialis yang aku ambil adalah spesialis penyakit dalam, karena sewaktu aku masih kecil, ibu pernah sakit parah, seperti keracunan, dan dokter yang membantu mengatasinya itu adalah dokter spesialis. Sejak itu, aku bersemangat untuk menjadi seorang dokter spesialis.
Pendidikan spesialis kurang lebih 2 tahun, setelah 2 tahun itu berlalu, akhirnya yang aku cita-citakan dari kecil, profesi yang aku bangga-banggakan sejak kecil, dapat aku raih. Alhamdulillah, sangat senang rasanya. Aku berharap profesi ini adalah profesi yang memang Allah titipkan kepadaku. Aamiin.
7
Sepertinya Ray tau kalau pendidikanku telah usai. Ia melihat infonya dari stasiun tv dan surat kabar pastinya. Akhirnya, ia kembali menghubungiku. Memastikan kalau aku sudah menjadi seorang yang akan berperan penting dalam dunia kesehatan.
“Raraa”
“Iya, Ray”
“Gimana? Pendidikannya udah selesai ‘kan?”
“Alhamdulillah, Ray. Aku sangat bersyukur. Yang aku idam-idamkan selama ini, akhirnya terwujud. Senang sekali rasanya.”
“Alhamdulillah kalau gitu, Ra. Gimana Rara? Aku tidak ingin menunggu lagi. Cukup sampai disini saja. Walaupun kamu ingin mencari lowongan kerja, mungkin hal itu bisa kamu lakukan usai kita melaksanakan resepsi pernikahan”
“Kalau soal itu, aku ikut kata ayah dan ibu, Ray. Jikalau keduanya udah merestui, orangtuamu juga merestui, ngga salah juga kita melaksanakannya. Aku juga sudah tidak ingin lama menunggumu disini Ray. aku ingin kamu ada disini secepatnya.”
“Baik, Ra. Aku akan mencoba membicarakan hal ini dengan orangtuamu. Bisa aku minta nomor handphonenya?”
“ Iya, Ray. ini 085245xxxxxx”
“Udah dulu yah Ra. Doakan semoga orangtuamu menyetujui maksud kita ini”
“Aamiin , Ray”
Ray mulai menghubungi ibu. Ibu sedang bersama ayah di ruang keluarga. Sepertinya mereka sudah dapat telpon dari Ray. Aku tidak ingin mengganggu pembicaraan mereka. Aku tetap berada dalam kamar menyusun surat-surat yang akan aku gunakan untuk mencari pekerjaan atau minimal membangun klinik sendiri. Berharap akanada keputusan dari ibu dan ayah yang menguntungkan kedua belah pihak.
Bulan ini adalah bulan November, dimana Jakarta sedang dalam musim hujan. Esok hari, ibu menghampiriku dalam kamar. Ia ingin menceritakan apa yang Ray katakan kemarin.
“Rara”
“Iya, Bu”
“Kemarin Ray nelpon, katanya ingin meminta restu dari ayah dan ibu”
“Iya, Bu. Sebelum itu, aku udah menceritakannya dengan Ray”
“Ibu serahkan semuanya ke Rara, disamping itu pendidikan Rara juga sudah selesai.”
“Jadi, Ibu merestui?”
“Iya, Sayang”
“Makasih, Bu. Tapi, bagaimana dengan Ayah?”
“Ayahmu menyerahkan semuanya ke Ibu”
“Alhamdulillah, tapi, Ibu udah bilang ke Ray?”
“Iya, udah dari kemarin pas lewat telpon, dan katanya Ray akan ke Jakarta tiga hari yang akan datang.”
“Serius, Bu? Ray tidak menceritakan hal itu kalau dia ingin datang tiga hari lagi”
“Mungkin ingin kasih kejutan untuk Rara”
“Hehe, kejutannya ngga jadi dong, Rara udah tau dari ibu”
“Ohiya yah, hahaha”
Senang sekali mendengarnya, sebentar lagi aku akan bertemu dengan Ray. Ray yang selama ini selalu menciptakan kerinduan yang semakin lama semakin menggema. Yang setiap waktu melindungiku dari apapun, yang setiapwaktu menasehatiku kapanpun dan dimanapun. Yang membuatku seakan-akan yakin kalau dialah yang terakhir untukku.