Prologue
Sejatinya, kata-kata adalah milik kita. Kita berhak menggunakannya sesuai keinginan kita. Namun dunia ini telah membentuk dinding pembatas untuk kita. Mereka membentuk dinding itu melalui doktrin yang telah disampaikan sejak kita kecil, bahkan sejak lahir. Mereka membuat peraturan tentang ini dan itu, melarang ini dan itu, katanya demi kehidupan yang damai dan sejahtera. Tapi, siapa yang tahu yang mereka lakukan di belakang sana?
Tak sedikit, tentu kamu juga pernah merasakannya, perasaan menggebu ketika sebuah peraturan melarangmu melakukan apa yang ingin kamu lakukan. Tak sedikit, ada banyak orang diluar sana yang tengah berdiri menggenggam suara mereka, bersiap-siap memamerkannya. Mereka ingin didengar, mereka ingin dimengerti dan mereka ingin diberi hak atas itu.
Andai kalian tahu, banyak orang yang hidup di bawah bayang kepura-puraan. Hidup dengan rahasia dan mengikuti komunitas bawah tanah. Di antaranya bertujuan untuk merobohkan kekakuan agama, yang lainnya memperjuangkan hak-hak sosial dan ideologi mereka. Ada banyak orang yang sembunyi-sembunyi hanya untuk menunjukkan dirinya sendiri. Ingin memiliki gaya rambut punk, tapi takut akan larangan orang tua. Ingin memakai celana belel, tapi takut dianggap rendahan. Hingga terkumpul kekuatan, hingga orang-orang terbiasa dengan gaya berpakaian seperti itu, mereka baru tuntas dan lega menjalani keinginan mereka sendiri.
Andai kalian tahu, ada banyak orang di luar sana yang tengah merancangkan itu. Merancangkan sebuah revolusi demi hidup yang baru. Membuat aturan baru dan cara pandang baru.
Ini adalah kisah tentang mereka yang berusaha membuat pembaharuan, yang tengah berada di Laskar Biru.
@kei07 Terima kasih kembali sudah berkomentar di sini. Wah, iya nih.. Kayaknya masih kurang 'trigger'nya kalau cuma keunikan idenya aja. Saran yang bagus. Hehehe
Comment on chapter Prologue