Jared duduk di kursi paling ujung dengan Sea, Shane, dan Ava secara berurutan di sisi kanannya, sementara adiknya, Cecil duduk tepat di sisi kirinya dengan seorang anak perempuan dan laki-laki yang duduk di sebelahnya.
“Perkenalkan,” Ava mengambil inisiatif untuk memperkenalkan teman-teman barunya. “Kalian tentunya sudah mengenal Shane, dan Sea dia adalah saudara kembar Shane. Dan-“ Ava beralih memperkenalkan teman-temannya secara berurutan di mulai dari Jared. “Jared dan adiknya Cecil Blanc, twinsister Trace dan Tim Voster.”
Saat Ava memperkenalkan nama terakhir dari temannya, nama itu seolah berhasil menjungkir balikkan dunia Shane dalam sekejap. Kenapa ia begitu terkejut? Seharusnya ia sudah tau dimana Jared berada, diapun akan berada di sana. Awalnya dia sangat senang melihat Jared di sana, tidak disangka ia harus bertemu dengan bagian lain dari masa lalunya.
Matanya langsung tertuju pada twinsister Trace dan Tim yang tersenyum ramah padanya. Bagaimana bisa mereka hanya tersenyum ramah padanya setelah sekian lama akhirnya mereka melihatnya di sana? Apa mereka tidak mengenalinya? Apakahmungkin mereka benar-benar percaya bahwa mereka telah terkubur dalam makam dengan jasad yang bahkan tidak memiliki ikatan apapun dengan mereka?
***
Hari ini ia tidak bermimpi buruk dalam tidurnya, sepertinya itu dikarenakan mimpi buruk yang biasanya menyapa mimpinya telah berubah menjadi kenyataan buruk yang mungkin harus dihadapinya, bukan dengan rasa sakit melainkan dengan rasa bersalah yang sangat besar. Emosi Shane sedikit terganggu karenanya. Keterkejutan dan cemas, mungkin juga sedikit rasa kerinduan bercampur aduk dalam diri Shane. Namun, ia berusaha menutupinya dengan bakat akting yang mengantarkannya menjadi aktor muda berbakat.
Mereka cukup tenang ketika menyantap makan siangmereka, berbeda dengan anak-anak lain yang terlalu bising di luararea balkon.Jared memulai pembicaraan ringannya dengan Sea. Cecil, Trace dan Tim sepertinya sibuk dengan handphone yang berada di tangan mereka.
“Are you okey?” Ava memulai pembicaraannya dengan Shane.
“Yeah, i’m okey.”
“Pembohong.” Entah bagaimana, sepertinya Ava menyadari perubahan emosi dalam diri Shane. “Apa ada yang tengah mengganggu fikiranmu?”
Shane menopang dagu dengan tangan kirinya menghadap ke arah Ava yang duduk tepat di sisi kanannya. Tangan indah Ava perlahan di jalankannya di kening Shane, menyingkirkan rambutnya yang turun menutupi matanya.
Melihat Ava dari balik tangan indahnya membuat Shane benar-benar menjatuhkan hatinya untuk kesekian kalinya. Ava terlihat lebih cantik di setiap detiknya dan ia merasa bahwa ia tidak akan pernah bosan untuk selalu memandanginya. Senyum yang diberikan Ava untuknya bahkan berhasil mengoyak hatinya dan menyingkirkan emosi buruk yang berusaha menguasainya. Shane tidak menginginkan emosi-emosi itu bersemayam di sana, ia hanya menginkan Ava untuk mengambil alih kepemilikan hatinya sepenuhnya.
“Sepertinya aku harus lebih mengasah kemampuan aktingku lagi.” Tukas Shane.
“Kau harus melakukannya lebih baik lagi.”
“Terimakasih atas sarannya.” Mereka tersenyum kepadasatu sama lain.
Di sela-sela kesenangan mereka, ada sepasang mata yang tidak bisa mengalihkan pandangannya dari keakraban keduanya. Tatapan itu seolah mengirimkan sinyal bahaya untuk Shane. Sinyal yang mengatakan ‘menjauhlah darinya!’.
Mata Shane mengikuti ke arah sinyal bahaya itu berasal. Dan ternyata sinyal bahaya itu berasal dari Tim yang duduk berseberangan dengan Ava.
“Aku sepertinya tidak mengingat ayahmu memperingatkanku kalau kau memiliki seorang anjing penjaga yang galak dan siap mengoyak tulang siapapun yang terlalu dekat denganmu.” Gambaran Shane untuk seorang anjing penjaga yangmendetail membuat itu terdengar konyol. Shane memberikan isyarat pada Ava untuk melihat ke arah Tim. Hanya sekilas ia melihat dan perhatiannya kembali pada Shane yang berada di dekatnya.
“Anjing penjaga?” Ava menahan tawanya agar tidak merebut perhatian teman-temannya yang lain. “Kau sepertinya sangat dekat dengan ayahku.” Ava mengalihkan topik pembicaraan mereka. Ia tidak ingin melanjutkan pembahasan mengenai anjing penjaga.
“Jack adalah teman dekat kedua orang tuaku. Mom memperkenalkanku padanya saat aku mulai berminat untuk melakukan debutku di hollywood. Dia sudah banyak sekali membantuku. Dia bahkan datang saat penayangan salah satu premier filmku di Inggris. Hingga akhirnya aku mendapatkan film pertamaku di hollywood dan aku harus beradu acting dengan Jack. Ayahmu adalah orang yang sangat menyenangkan.” Shane memberi jeda sejenak untuk cerita panjangnya mengenai Jackson. Melihat bagaimana senyum Ava mengembang dengan ceritanya, membuat Shane tersenyum dengan sendirinya. Dan kali ini ia berniat untuk memberikan sedikit kejutan padanya.
“Jack sudah seperti teman, guru, sekaligus keluarga bagiku. Apa kau tau hal terbaik apa yang diucapkan Jack padaku?” Shane mendekat ke telinga Ava untuk membisikkan sesuatu yang menurutnya bisa membuat Ava terkejut. “Dia memberikan ijin untukku agar aku bisa mendekatimu kalau aku mau. Secara tidak langsung ia sudah memberikan restunya padaku.” Ava menjauhkan kepalanya untuk melihat ekspresi serius Shane. Sepertinya Shane benar-benar berhasil mengejutkan Ava.
Mereka berdua terdiam sejenak. Ava terlihat mengalihkan perhatiannya dengan memakan makanan penutupnya, sementara Shane mengikuti pembicaraan Sea dan Jared.
Ava menarik pelan lengan baju Shane untuk meminta perhatiannya. Begitu ia mendapatkannya,
“Jelaskan mengenai restu yang kau maksudkan.” Pintanya pada Shane sementara ia tetap melanjutkan melahap puding vanila kesukaannya.
Rambut panjang Ava yang tergerai, sedikit terjatuh di bagian depannya sehingga menghalangi Shane untuk melihat wajah cantiknya. Sebelum Ava sempat menyingkapnya, Shane melakukannya dengan senang hati. Ia menyelipkan rambut Ava yang terjatuh ke belakang telinganya.
“Mungkin ini akan terdengar konyol.” Ava meletakkan sendok yang dipegangnya dan menghadap ke arah Shane, memberinya perhatian penuh. “Aku sepertinya jatuh cinta pada pandangan pertamaku.” Ia berbicara sepelan mungkin, cukup bagi Ava untuk mendengarnya. “Kau tau, ini sebenarnya bukan sikap seorang laki-laki yang aku pelajari di Inggris untuk berbicara terus terang, tapi aku harus mengatakannya sebelum aku menyesalkarena tidak mengatakannya sejak awal.” Ia berhenti sejenak. Menenangkan jatungnya yang seolah ingin melompat dari tempatnya. “Aku menyukaimu, aku ingin mengenalmu, dan aku ingin memilikimu untuk diriku sendiri. Aku sangat berharap kau bisa menjadi teman kencanku.” Senyumnya terukir begitu saja ketika ia dengan lancar dapat mengatakan isi hatinya pada wanita yang telah mencuri hatinya itu. “Apa kau sedang berkencan dengan seseorang sekarang?” tambahnya.
“Nope. Aku sedang tidak berkencan dengan siapapun.”
“Good, so?” Shane berharap ia akan mendengar jawaban yang diharapkannya.
“Dekatkan telingamu.” Shane menuruti perintah Ava. “Pertahankan sikap tenangmu.” Shane hanya mengangguk. “Aku juga menyukaimu, aku juga ingin mengenalmu, dan aku juga ingin memilikimu untuk diriku sendiri. Dan aku akan sangat senang jika bisa menjadi teman kencanmu.” Kata-kata yang diucapkan Ava seolah menjadi kode perintah untuk mematikan seluruh saraf di otaknya hingga membuatnya lupa untuk berkedip dan bernafas.
Ava memberikan tepukan ringan di bahu Shane untuk membawanya kembali ke kesadarannya. “breath Shane..” perintahnya. Kata-kata itu mungkin akan berhasil membunuhnya tepat sebelum mereka melakukan kencan pertamanya.
Saat Shane hendak menanggapi jawaban Ava, Sea terlebih dahulu menepuk bahunya meminta perhatiannya.
“Jared menanyakan sesuatu.” Tukasnya.
“Aku hanya penasaran, kalian berdua berasal dari Inggris, tapi kalian sama sekali tidak terdengar memiliki logat mereka.”
“Itu karena kami lahir dan besar di sini sebelum akhirnya kedua orang tua kami membawa kami ke Inggris.” Jelas Shane. Ia tau jika Sea lebih suka mengarahkan pertanyaan-pertanyaan seperti itu kepada Shane daripada harus menjawabnya sendiri.
“Kami berencana pergi ke pembukaan kafe baru, apakah kalian ingin ikut bersama kami?” Tim menawarkan ajakannya pada Sea, Shane, dan Ava yang berhasil membuat Shane dan Ava tetap berada di luar dari zona romantis sebagai teman kencan, lebih tepatnya a couple.
“Sorry Tim, Shane memiliki jadwal pemotretan sepulang sekolah nanti. Aku harus menemaninya. Mungkin lain kali.” Jelas Sea yang secara tidak langsung memberikan jawaban mewakili Shane.
“Aku juga tidak bisa ikut. Daddy memintaku mengekor dengan Shane dan Sea sampai acara nanti malam. Aku akan datang bersama mereka.” Ava menambahkan.
Tim dan Trace melihat ke arah Sea dan Shane bergantian. Mereka bertanya-tanya apakah kedua orang yang baru mereka kenal pantas diundang di acara mereka? Walaupun ia tau Shane adalah bintang yang tengah bersinar sangat terang di podiumnya, tapi bukan berarti ia bisa begitu saja menghadiri acara makan malam yang diadakan keluarganya secara tertutup itu. Hanya tiga keluarga yang akan hadir dalam acara makan malam yang diadakan oleh ibu mereka.
“Mereka datang bersama ibu mereka tentunya, Sarah Black.” jelas Ava.
“Sarah Black?” Kali ini penjelasan dari Ava membuat ke empat temannya beradu ekspresi terkejut. Apa sebegitu mengejutkannya mengetahui Shane dan Sea adalah putra dan putri dari Sarah Black? Mungkin saja iya, karena kehidupan keluarga
Sarah Black selama ini selalu menjadi misteri di kalangan publik. Ia berhasil menutupinya dengan sangat rapi, bahkan reporter kawakan pun tidak ada yang berani mengusik kehidupan pribadinya.
Sejak debut Shane menjadi aktor, ia tidak pernah menyinggung Sarah Black sebagai ibunya. Sepertinya media menganggap kesamaan nama belakang mereka sebagai sesuatu yang lumrah. Shane menjadi seorang aktor dengan namanya sendiri, nama yang ia ciptakan untuk menutupi jati dirinya dari semua orang, Shane Vr Black. Vr, nama tengah yang hanya dirinyalah yang mengetahuinya.