Read More >>"> THE DAY'S RAPSODY (Bagian Ketujuh) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - THE DAY'S RAPSODY
MENU
About Us  

Koridor barat, Ruang Khusus Unit Kriminal Khusus, 09:40

Kedua tim telah berkumpul. Mereka duduk melingkari sebuah meja bundar. Rey dan Deva duduk di ujung paling depan. Seperti yang telah diperkirakan sebelumnya. Mereka benar-benar canggung. Sebuah gabungan tim yang terlihat buruk.

Awalnya Deva ingin memulai pembicaraan. Namun, begitu melihat seluruh anggota tim nampak tak acuh semuanya. Ia mengurungkan niatnya kembali.

Bosan karena terlalu lama menunggu dan menghabiskan waktu. Akhirnya Rey lah yang pertama berbicara, “aku yakin kalian semua merasa canggung dan tidak nyaman. Tapi, kita harus menghormati keputusan yang telah dibuat. Ketimbang menghabiskan waktu duduk berdiam diri mungkin lebih baik kita membahas permasalahan ini agar lebih cepat selesai.”

Begitu Rey selesai bicara, hanya angin yang menjawabnya. Mereka semua diam. Hanya beberapa anggota kelompoknya yang mengangguk pelan.

Karena tak tahan dengan situasi ini. Rey pun menggebrak meja dengan kasar. Deva, dan seluruh penghuni ruangan dibuat terkejut oleh tindakannya yang tiba-tiba.

Rey memajukan badannya mendekati meja, “jujur, aku bukan tipe orang yang sabar. Dan aku paling nggak suka jika ada orang yang tak mengacuhkanku. Jangan bertingkakh seperti anak kecil. Banyak keluarga korban di luar sana yang berharap kita segera menangkap pelaku yang sebenarnya. Tapi, apa yang kita lakukan sekarang?”

Ia berhenti dan memandang setiap orang satu persatu. Ada sebagian yang menunduk, dan sebagian yang tak memperhatikannya.

“Bobby? Kenapa kamu menunduk terus? Siapa yang kamu pandang? Lantai? Apa lantai itu lebih menarik dibanding aku?”

Booby yang tak menyangka akan dipangil menjawab dengan gelagapan, “bu-bukan begitu.” Keringat dingin mulai mengalir di sekujur tubuhnya. Ia gugup karena ia menjadi pusat perhatian sekarang, dan itu adalah salah satu hal yang paling tidak diinginkannya.

“Angkat kepalamu!” perintah Rey. Sementara, Deva hanya diam menyaksikannya.

Dengan mengerahkan seluruh keberaniannya, Bobby mengangkat kepalanya. Matanya nampak bergetar karena takut. Key yang menyadari temannya terintimidasi mulai angkat bicara, “siapa kau? Kenapa kau membentak tim kami? Kapten kami sendiri saja tidak pernah melakukan hal itu.”

Mendengar ungkapan Key barusan, seluruh anggota tim A1 merasa tidak terima. Rian yang paling suka nyeplos menanggapi terlebih dahulu, “hey! Kamu jangan kurang ajar dengan kapten kita.”

Mirae yang juga tidak suka mendengar tanggapan Key mulai angkat bicara, “sebaiknya kamu minta maaf Key. Kamu tidak pantas mengucapkan hal itu.”

Suasana bertambah panas saat Jhon si tukang onar juga menambah pembicaraan, “dia mungkin kapten timmu. Tapi, dia bukan siapa-siapa bagi kita. Lagi pula, tanpa kalian kami bisa melakukannya sendiri.”

“Oh, begitu. Kalau begitu lakukanlah sendiri. Maaf Deva, tapi aku perlu mengatakan hal ini. Tanpa Rein, tim kalian bukan apa-apa. Kalian kehilangan banyak potensi. Mungkin lebih baik kita jalan sendiri-sendiri. Ayo kita pergi.”

Rey mulai beranjak dari kursinya diikuti dengan seluruh anggota timnya dengan serentak. Namun, belum sempat mereka melangkahkan kaki. Deva mencegahnya terlebih dahulu.

“Hentikan,” katanya sembari menahan lengan Rey.

Deva menarik nafas dalam dan memandang anggota timnya satu-persatu. “Minta maaf,”

“Kapten, untuk apa kita minta maaf?” tanya Jhon meremehkan.

Deva menggeleng perlahan, ia lelah menghadapi kelakuan anggota timnya yang susah diatur. “Kalian tak pantas mengatakan itu pada Rey. Pangkat dia adalah seorang kapten setingkat denganku. Kalian semua sebagai anggota tim wajib menghormatinya. Kalian semua paham!”

Semua anggota tim B2 mengangguk. Entah terpaksa atau memang sudah paham.

“Rey, duduklah kembali. Aku pribadi minta maaf kepadamu atas perlakuan anggota timku. Aku bisa menjamin hal ini tidak akan terulang lagi,” janji Deva. Rey hanya mengangguk perlahan. Ia dan seluruh anggota timnya kembali duduk.

“Baiklah, kita langsung saja membahas kasus ini agar tidak ada waktu yang terbuang secara sia-sia.” Deva menghidupkan layar proyektor dan memulai presentasi.

15:23

“Jadi, kasus ini berhubungan dengan terbunuhnya Rein? Wah.” Jhon mengungkapkan keterkejutannya yang amat luar biasa. Selama ini ia kira, semua hal itu hanyalah sebuah kebetulan belaka.

“Iya, itu adalah dugaan sementara yang paling kuat mengenai motif peledakan gedung. Pelaku merasa tidak ada orang yang akan mengira kalau ia menyembunyikan pembunuhan satu orang  jika ia menyamarkan aksinya sebagai kasus terorisme,” timpal Boy yang sedari tadi memilih diam.

“Tapi apa tujuan pelaku membunuh Rein?” tanya Mirae yang merasa ada sebuah bagian hilang dari semua pemaparan tadi.

Rey dan Deva saling pandang. Rey mengangguk lemah, memberi isyarat pada Deva untuk memberitahu semua anggota tim.

“Aku akan memaparkan sebuah rahasia amat penting yang hanya antar kapten yang mengetahinya. Aku harap kalian bisa menjaga rahasia ini baik-baik.” Semua anggota nampak mulai memberikan perhatian mereka secara penuh.

Deva berhenti sejenak lalu mulai melanjutkan kembali, “ada kemungkinan besar pelaku mengincar sebuah barang. Rein adalah kunci awal pembuka kebenaran tetang keberadaan barang itu sekarang. Barang itu selalu dipindah-pindahkan antar kapten tim. Jujur aku juga tidak tahu dimana letak barang itu sekarang, hanya Pak Raymond dan kapten terakhir yang memindahkan barang itu yang mengetahuinya.”

“Jadi, ia melakukan itu hanya untuk mengincar suatu barang?” tanya Fresla yang merasa heran.

“Tidak juga, ada kemungkinan lagi bahwa pelaku adalah seorang psikopat. Ia merasa senang jika membunuh banyak orang dalam rangka mencapai tujuannya,” terang Rey. Deva juga mengagguk menyetujuinya.

Suasana semakin menengangkan. Semua orang sibuk berpikir. Mereka mungkin menhadapi pelaku yang berbahaya kali ini.

Key mengepalkan kedua tangannya di atas meja, urat-urat sekitar kepalanya mulai menonjol menandakan ia sedang berpikir keras saat ini, “itu artinya pelaku sekarang mengincar Pak Raymond dan orang terakhir yang memindahkan barang itu.”

Deva menggangguk, “lebih tepatnya adalah pelaku mengicar kapten terakhir yang memindahkan barang itu. Pak Raymond berada di London sekarang. Ia berada di tempat yang sangat aman dan tidak bisa dijangkau oleh pelaku.”

Semua orang mengangguk, sebagian hanya ber-oh saja. Kabar Pak Raymond pergi ke London memang tidak di umumkan. Sehingga hanya sebagian orang saja yang tahu.

“Anu, kapten. Tapi siapa orang terakhir itu?” tanya Bobby yang mulai angkat bicara.

Dev mengmbuskan nafas pelan, “aku sendiri tidak tahu.”

“Kalau begitu tidak ada yang tahu siapa orang terakhir?” Mirae mengalihkan pandanganya dari dokumen yang sedang dibacanya dengan hati-hati.

Rey dan Deva mengangguk perlahan.

“Lalu kita hanya perlu kumpulkan ke 10 kapten tim. Dan menanyakan siapa kapten terakhir.” Usul Jhon yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Serena, “tidak, itu terlau berbahaya. Kita belum tahu siapa pelaku yang sebenarnya. Bisa jadi orang itu ada di sekitar kita.”

Semua orang mengangguk setuju. Selama pelaku asli belum terungkap, ada baiknya kalau orang terakhir itu tak mengungkapkan dirinya.

“Tunggu! Senbenarnya dari tadi kita berbicara mengenai barang itu terus. Tapi, sebenarnya itu barang apa?”

Semua orang menoleh pada asal suara, Rian. Pertanyaan Rian menyadarkan semua anggota. Benar juga, dari tadi mereka sibuk memikirkan siapa sampai mereka lupa apa sebenarnya barang yang diincar.

Deva menoleh pada Rey, dengan hati-hati Rey mulai menjelaskan.

“Barang itu adalah sebuah chip yang berisi rahasia penting antar negara. Jika barang itu sampai bocor, kalian sendiri sudah tahu apa akibatnya nanti.”

Kruyukk...

Semua orang menoleh, tak terkecuali Rey dan Deva.

Bobby pun tersipu malu, “maaf, aku agak lapar. Kita belum makan semenjak tadi.”

Beberpa orang tanpa ragu tersenyum sementara yang lain berusaha menahannya.

“Aku tadi sudah memesan beberapa makanan,” ungkap Mirae.

“Wah, kau benar-benar primadona tim.” Sambut Tera. Mirae tersipu malu. Tanpa sengaja tatapan matanya beradu dengan Deva. Kali ini giliran Deva yang nampak salah tingkah.

“Baiklah, kita bisa mengakhiri meeting setelah makanannya datang. Hmm, Rian bagaimana dengan gambar cctv-nya?”

Rian menjawab dengan mantap, “kita bisa melihatnya besok pagi, kapten.”

“Bagus.”

Joy yang sedari tadi memilih untuk memperhatikan, akhirnya memulai pembicaraan, “kapten, kemarin malam saat saya menyusuri daerah sekiat gedung rayon bersama beberapa polisi. Saya menemukan hoodie yang sepertinya digunakan oleh pelaku, saya sudah mengirimkannya ke bagian forensik untuk memeriksa apakah ada DNA pelaku yang tertingggal. Hasilnya mungkin akan keluar besok pagi.”

“Oke,” Rey memandang jam tanggannya. “Kita bisa akhiri meeting ini sekarang. Sudah pukul 16:34. Makanannya mungkin juga sudah datang.”

Semua orang menghela nafas lega dan membereskan dokumen masing-masing.

“Oke, mari kita tangkap pelaku besok.” Deva memberikan semangat.

“Baik,” seluruh anggota memberikan jawaban dengan serempak.

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • ikasitirahayu1

    @atinnuratikah hai kak, terimakasih sudah mampir. ditunggu kelanjutannya ya,

    Comment on chapter Bagian Ketujuh
  • nuratikah

    serasa baca novel detektif, gak sabar kelanjutannya gimana.

Similar Tags
Depaysement (Sudah Terbit / Open PO)
2198      1021     2     
Mystery
Aniara Indramayu adalah pemuda biasa; baru lulus kuliah dan sibuk dengan pekerjaan sebagai ilustrator 'freelance' yang pendapatannya tidak stabil. Jalan hidupnya terjungkir balik ketika sahabatnya mengajaknya pergi ke sebuah pameran lukisan. Entah kenapa, setelah melihat salah satu lukisan yang dipamerkan, pikiran Aniara dirundung adegan-adegan misterius yang tidak berasal dari memorinya. Tid...
Faerie City
2437      780     7     
Fantasy
🌷[ Buku ini sudah resmi terbit di Cabaca.id ]🌷 Tiana Fairchild, gadis berumur 18 tahun ini pindah rumah bersama kedua orang tuanya ke kota kecil bernama Faerie City, yang konon adalah tanah leluhur para peri. Di kota itu ia mulai sering berpapasan dengan sosok dua pria misterius. Seiring berjalannya waktu, perkenalannya dengan mereka mulai membuka tabir misteri tentang identitas asli di ...
Ternyata...
865      499     1     
Short Story
Kehidupan itu memang penuh misteri. Takdir yang mengantar kita kemanapun kita menuju. Kau harus percaya itu dan aku akan percaya itu. - Rey
NADI
5145      1384     2     
Mystery
Aqila, wanita berumur yang terjebak ke dalam lingkar pertemanan bersama Edwin, Adam, Wawan, Bimo, Haras, Zero, Rasti dan Rima. mereka ber-sembilan mengalami takdir yang memilukan hingga memilih mengakhiri kehidupan tetapi takut dengan kematian. Demi menyembunyikan diri dari kebenaran, Aqila bersembunyi dibalik rumah sakit jiwa. tibalah waktunya setiap rahasia harus diungkapkan, apa yang sebenarn...
Mimpi Dari Masa Lalu
635      352     4     
Short Story
Sebuah cerita yang menceritakan tentang seorang gadis yang selalu mendapatkan mimpi buruk yang menakutkan, hingga suatu saat dia bertemu seorang laki-laki disekolahnya yang bersikap aneh dan mencurigakan, tetapi ternyata laki-laki itulah yang membantu gadis itu untuk mendapatkan jawaban mengenai mimpi buruknya itu.
Bisakah Kita Bersatu?
544      300     5     
Short Story
Siapa bilang perjodohan selalu menguntungkan pihak orangtua? Kali ini, tidak hanya pihak orangtua tetapi termasuk sang calon pengantin pria juga sangat merasa diuntungkan dengan rencana pernikahan ini. Terlebih, sang calon pengantin wanita juga menyetujui pernikahan ini dan berjanji akan berusaha sebaik mungkin untuk menjalani pernikahannya kelak. Seiring berjalannya waktu, tak terasa hari ...
RINAI : Cinta Pertama Terkubur Renjana
104      83     0     
Romance
Dia, hidup lagi? Mana mungkin manusia yang telah dijatuhi hukuman mati oleh dunia fana ini, kembali hidup? Bukan, dia bukan Renjana. Memang raga mereka sama, tapi jelas jiwa mereka berbeda. Dia Rembulan, sosok lelaki yang menghayutkan dunia dengan musik dan indah suaranya. Jadi, dia bukan Renjana Kenanga Matahari Senja yang Rinai kenal, seorang lelaki senja pecinta kanvas dengan sejuta war...
29.02
369      172     1     
Short Story
Kau menghancurkan penantian kita. Penantian yang akhirnya terasa sia-sia Tak peduli sebesar apa harapan yang aku miliki. Akan selalu kunanti dua puluh sembilan Februari
Without Guileless
839      501     1     
Mystery
Malam itu ada sebuah kasus yang menghebohkan warga setempat, polisi cepat-cepat mengevakuasi namun, pelaku tidak ditemukan. Note : Kita tidak akan tahu, jati diri seseorang hingga kita menjalin hubungan dengan orang itu. Baik sebuah hubungan yang tidak penting hingga hubungan yang serius
A KID WITH NO BODY
342      246     1     
Short Story
A kid trying to solve a mystery that killed his parents