Unit Kriminal Khusus, 09:28
“Selamat pagi semuanya,” sapa Rey dengan ceria.
“Pagi, kapten.” Semuanya kompak menjawab.
“Hmm, berdasarkan hasil rapat pagi ini. Khusus untuk menangani kasus ini kedua tim akan bergabung. Jadi, persiapkan data-data kalian kita akan membahas kasus ini khusus di ruang Unit Kriminal Khusus yang berada di koridor barat,” papar Rey yang berdiri di tengah ruangan.
Tera dan Boy saling bertukar pandang. Mereka saling membatin satu sama lain. Tim A1 dan B2 adalah gabungan tim yang sangat buruk. Sejak dibentuk kedua tim ini memang selalu bersaing.
Hal ini membuat anggota kedua tim menjadi tidak akur dan saling bertentangan satu lain. Namun, mereka tidak berani membantah.
“Maa Kapten, bukankah lebih baik kalau kita bergerak sendiri. Setahu kita kan selama ini, tim kita dan tim mereka tidak terlalu akur,” kata Mirae menyampaikan segala kesangsiannya.
Rey nampak berpikir sejenak sebelum melanjutkan, “ya, kau benar. Jujur aku juga agak ragu akan keputusan ini. Aku juga tidak bisa menjamin sepenuhnya bahwa nanti kita tidak akan bertengkar. Hanya saja, aku juga tidak dapat berbuat apa-apa. Pak Raymond sendiri juga sudah menyetujuinya.”
Rey berhenti bicara, ia menyilangkan kedua tangannya, “Jujur. Aku sebenarnya tidak ada masalah dengan Deva. Hanya saja, aku tidak terlalu menyukai sebagian anggotanya saja.”
Semuanya nampak setuju. Masalahnya adalah ketidakcocokan mereka terhadap anggota B2 itulah yang merepotkan.
“Tapi, ya sudahlah. Ayo kita kumpulkan berkas dokumennya. 10 menit lagi kita berkumpul di sana,” ucap Rey sembari menengok jam dinding.
Ruang B2, 09:32
“Ini bukan lelucon, kan kapten?” tanya John. Seorang pria bertubuh mungil namun terlihat begitu sombong dan suka meremehkan.
“Bukan, ini serius.” Timpal Deva yang mulai lelah menghadapi pertanyaan beruang dari anggota timnya.
“Kita akan setim dengan tim A1. Wow, ini akan jadi berita besar,” timpal Key menambah panas suasana. Key adalah seorang pria berbadan besar dengan emosi yang suka meledak tiba-tiba.
“Huft, terserah kalian. Ini adalah keputusan bulat dan tidak bisa diganggu gugat lagi.”
Semua anggota tim B2 saling pandang.
Ini benar-benar ide yang buruk. Mereka tak pernah akur.
Melihat semua anggotanya terdiam. Deva memutuskan mengatakan sesuatu, “ada yang ingin kalian tanyakan lagi? Roby?”
Pria yang dipanggil Roby itu menoleh dengan kikuk. Pria mungil yang lebih banyak diam dan menurut itu hanya menggelengkan kepalanya.
“Oke, kalau begitu kita akan menempati ruang khusus Unit Kriminal di koridor barat. Selama di bentuk kedua tim gabungan, kita akan berada di ruangan itu,” tambahDeva yang disusul protes kecil para anggotanya. Ia memaklumi hal ini. Anggotanya agak sedikit susah untuk diatur.
“Maaf, kapten.” Seorang pria muda berkacamata mengangkat tangannya. Deva menoleh, “iya, Fresla. Ada apa?”
“Kapten, maaf sebelumnya. Apakah keputusan ini dapat dipertimbangkan lagi. Bukannya aku tidak mau bergabung bersama mereka. Hanya saja aku merasa ada yang perasaan aneh yang muncul setiap kali aku bertemu kapten mereka, Serena.” Ia menjelaskan hal ini setangah takut.
“Memangnya kenapa dengan Rey? Dia seorang pemimpin yang baik. Aku juga mengenalnya dengan baik. Kita dulu pernah satu tim di tim D3. Dan aku sama sekali tak ada masalah dengannya.”
“Entahlah, kapten. Aku juga tidak bisa menjelaskannya. Pokonya setiap kali aku bersamanya aku merasa tidak nyaman.”
Deva agak goyah kali ini. Feeling Fresla selalu benar. Tapi, ia juga bingung. Selama ini Rey baik-baik saja, tidak ada masalah dengannya. Ia mencoba menepis keraguannya agar seluruh anggotanya tidak merasa ragu.
“Mungkin itu hanya perasaan kamu saja. Seperti yang kita tahu. Semenjak Rein tidak bersama kita lagi, performa tim kita turun drastis. Kita butuh bantuan dari tim lain.”
Semuanya mengangguk perlahan. Meskipun dengan terpaksa.
“Ayo. Kita siapkan dokumen kita.”
Semuanya bergegas mempersiapkan dokumen.
***
@atinnuratikah hai kak, terimakasih sudah mampir. ditunggu kelanjutannya ya,
Comment on chapter Bagian Ketujuh