Loading...
Logo TinLit
Read Story - Reach Our Time
MENU
About Us  

Jika saja, aku lebih awal melangkah padamu. Akankah kisah diantara kita menjadi berbeda? Penyesalan memang selalu datang di akhir.

Maaf, aku terlalu ragu dan kaku. Karena, kaulah gadis pertama yang menggerakkan hatiku. Sehingga, membuat semuanya seperti ini. 

Bukan, aku sungguh tak menyalahkan dirimu. Hanya saja, itu semua terasa membingungkan. Tentang perasaan hati yang sebenarnya.

 

Dalam rinai hujan malam, lelaki bertubuh tinggi itu merengkuh tubuhnya sendiri pada teduhan payung kelam. Menghalau hawa dingin yang melesak hendak masuk. Langkah kakinya menyentak kubangan air di aspal yang berlubang. Lantaran berlari dengan langkah ceroboh, menuju pintu stasiun.

Setelah melipat payung yang masih berair, lelaki itu langsung berlari kecil ke arah palang masuk peron. Kedua tangannya saling bergantian merogoh saku celana. Akhirnya, ia meraih dompet yang di dalamnya terselip kartu multi trip KRL. Lalu, menempelkan pada mesin sensor pendeteksi.

Sekali lagi, ia juga harus berlari masuk ke dalam gerbong kereta yang penuh dengan orang-orang penuh sesak. Beberapa detik setelah ia berhasil masuk, pintu gerbong menutup otomatis setelahnya.

"Kalau aja sih Farhan nggak ceroboh, mungkin gua bisa pulang lebih cepet dan nggak kehujanan kayak gini!" keluh Adiyasa dalam hati.

Beberapa jam lalu di kantor stasiun tv swasta, sebelum langit berubah menjadi senja. Farhan sengaja meminjam motornya untuk menjemput sang kekasih dari medan liputan. Lantaran, ia malas mengendarai mobil pribadinya. 

"Iya, Gita. Gua lagi usaha pinjem ke si Adi! Lo jangan minta dianterin tukang ojek online dulu!"

"Yaudah, fast response dong!" bentak sang kekasih dalam sambungan di kejauhan sana.

Maka dari itu, tanpa pikir panjang langsung saja ia meminjam pada Adiyasa. Sedang Adi pun mengangguk menyetujui.

Mungkin, saat itu adalah hari tersial bagi keduanya. Farhan yang belum memiliki SIM C, tertangkap razia. Motor Adi terpaksa ditahan. Sementara ia dan kekasihnya akhirnya, kembali ke kantor dengan ojek online. 

"Stasiun berikutnya stasiun Manggarai. Harap mempersiapkan diri, jangan sampai ada yang tertinggal di dalam rangkaian. Terimakasih telah menggunakan jasa kereta api komuter jabodetabek."

Adiyasa menghela nafas, sesaat setelah keluar dari gerbong. Lalu, ia sengaja meregangkan otot tubuhnya yang terasa kaku. Air hujan yang menempel pada payungnya, kini sudah tak menetes lagi. Ia pun mengibas payungnya sebentar. Memastikan tak ada air yang tersisa. Kemudian, ia melipatnya dengan asal. Lalu, memasukkan secara paksa kedalam ranselnya.

Tiba-tiba pada langkahnya, ia merasakan sesuatu yang mengacaukan pikiran kosongnya. Indra penciumannya tergoda dengan wangi roti dari salah satu kedai. Tak salah lagi, roti itu sudah tak asing lagi baginya. Akhirnya, tiga buah roti sudah ada di tangannya.

Entah, kenapa harus tiga buah. Seperti mesin otomatis, yang mengontrol pikirannya. Ia hanya menurut perintah di otak. Yang malah, mengantarkan ia pada deja vu. Bukan, sepertinya ia memang benar pernah merasakannya.

Memori lima tahun lalu, akhirnya terputar pada otak. Saat, pertemuan yang tak disengaja itu datang. Ketika kedua mata itu saling menatap canggung. Menatap ke arah gadis yang dianggapnya misterius. Akhirnya memori itu malah mengantarkan rindu pada gadis misterius pertamanya. 

Tanpa sadar, kini dirinya sudah masuk ke dalam rangkaian kereta. Untungnya, kereta terasa lengang dari penumpang. Ia pun merebahkan dirinya pada tempat duduk yang kosong tak jauh dari pintu masuk.

Memori itu masih berjalan manis dalam otaknya. Tiap sesi kejadian dengan si gadis, bagai terputar di hadapannya. Saat si gadis menarik ranselnya kala itu. Saat mereka saling melempar pendapat di tepian kursi kosong. Hingga, saat dirinya berusaha melindungi sang gadis dari dorongan kerumunan orang dalam kereta yang penuh sesak.

Hatinya pun mulai berharap akan kehadiran sang gadis. Jika benar dipertemukan, ia hanya ingin sekedar menyapa. Atau setidaknya, sekedar melihat. Ingin tahu kondisinya saat ini. 

Apakah gadis itu dalam keadaan sehat? Apakah masalah yang pernah menghampirinya, kini sudah menghilang? Apakah hatinya kini merasa senang? 

Saat hati mengeluarkan berbagai pertanyaan berisi kekhawatiran. Saat itu pula, ia dipertemukan sang gadis. Mungkin, Tuhan sedang berbaik hati. Karena, ia sudah bersabar menghadapi kesialannya. Atau, itu malah menjadi bumerang bagi hatinya.

Gadis itu melangkah gontai, mendekati dirinya yang masih tercengang dengan kehadirannya. Dengan lemas, akhirnya ia terduduk tepat di sampingnya. Tak beberapa lama kemudian, si gadis sudah terlelap begitu saja.

Adiyasa hanya bisa tersenyum melihat si gadis, benar ada di sebelahnya. Dengan lembut dan perlahan, ia pun menarik kepala si gadis. Hendak meletakkan di bahu kanannya. Agar, sang gadis tidur dengan posisi nyaman.

Senyuman Adiyasa masih saja merekah. Benar-benar suatu kebetulan yang diharapkan. Lalu, ia melirik ke arah gadis yang masih terlelap di pundaknya. Menatapnya dengan tanda tanya kembali.

Apa yang membuatnya kelelahan? Hingga tak sadar akan keberadaannya. Sudahkah ia mengisi perutnya dengan baik? Apakah pundakku nyaman untuknya tidur?

"Stasiun berikutnya stasiun terakhir dari rute pemberhentian Jakarta Kota - Bekasi. Harap mempersiapkan diri, jangan sampai ada yang tertinggal di dalam rangkaian. Terimakasih telah menggunakan jasa kereta api komuter jabodetabek."

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Ia masih belum ingin membangunkannya. Rasanya kelut ketika ingin menyapa. Ia pun menyerah.

Kembali, ia meletakkan kepala si gadis perlahan ke sandaran kursi kereta. Sebelum ia benar pergi, sengaja ia meninggalkan bingkisan roti itu di dekatnya. Berharap, si gadis dapat mengetahui kehadirannya.

Saat ini, ia masih menyalahkan diri. Menyesal pada ketakutan cupunya. Tiada henti ia menggaruk kepalanya. Padahal tak terasa gatal. Sebentar-sebentar menghela nafas kesal. Lalu, berbalik arah. Dan pada akhirnya, ia tak berani untuk kembali menemui si gadis yang tengah dirindukan itu. Bukankah itu kesempatan langka?

Agak gengsi untuk menghampirinya kembali. Jadi, ia memutuskan untuk bertamu ke rumahnya. Semoga, si gadis belum pindah. Tekadnya kini kuat. Tak loyo seperti beberapa waktu lalu.

*******

Sesampainya, ternyata sang gadis belum tiba. Ia bersenda gurau, terlebih dahulu dengan pemilik sah si gadis. Siapa lagi, kalau bukan ayahnya. Namun, setelah sapaan formal sesuai norma adab. Ia memilih untuk menunggunya di depan rumah. Hendak memberi kejutan pada si gadis.

Berhasil. Si gadis tiba dengan wajah tercengang. Setelah itu, mereka pun saling meempar senyuman.

"Hai" sapanya agak canggung. Si gadis makin merekahkan senyumannya.

Mereka pun akhirnya, saling bersenda gurau akan kehidupannya masing-masing. Perbincangan yang biasa dilakukan orang-orang yang lama tak jumpa. Sekedar, ingin memuaskan hasrat informasi dari keduanya.

"Sekarang, lagi kuliah lanjutan di coding bootcamp gitu. Untungnya bareng pacar, jadi nggak terlalu bosen,"

Tanpa sadar, Adi mengigit bibir bawahnya. Lalu tersenyum memaksa, setelah mendengar penjelasannya.

"Pacar? Sama siapa tuh?" ledek Adi, menyembunyikan kecemburuannya.

"Dulu sih temen deket, trus lama kelamaan kita sepakat buat jalin hubungan lebih. Namanya Armandio,"

"Kok lo kasih tahu namanya? Lagian juga gue nggak kenal juga, he...he..he,"

"Kali aja lo mau tau namanya,"
Waktu tak bisa untuk diputar ulang. Sejujurnya, ia ingin kembali ke lima tahun lalu. Saat keduanya berpisah. Lebih tepatnya, Adi yang pertama mengucapkan salam perpisahan padanya. 

Andai, ketika si gadis menyatakan perasaan cinta padanya kala itu tak dianggap remeh olehnya. Andai ia dengan berani juga mengatakan sebaliknya. Bahwa, ia pun menyukainya saat itu.

Sayang, kisahnya tak terjalin seperti pengandaian yang kini menjadi sesal. Ia harus menghargai perasaan si gadis. Karena, lima tahun itu bukan waktu yang lama. Sang gadis pun tak bisa terus berharap pada lelaki yang tak memberi kepastian.

Setidaknya, kini ia tahu bahwa si gadis sudah mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Apalagi, sudah ada penjaga yang setia untuk selalu berada di sisinya. Walau, agak sulit untuk melepaskan perasaan itu.

Namun, ia harus segera menepisnya. Lagipula, hubungan diantara keduanya terjerat benang merah. Bukankah, lebih baik menjaga dan merekatkan kembali tali hubungan itu. 

Biarlah takdir dan waktu yang menjawab. Bukankah perihal jodoh sudah tergaris sejak lama, sebelum dalam buaian. Jika memang jodoh, pasti tak ada yang bisa menepis.

 

 

-----------TAMAT----------

 

AKHIR KATA DARI "REACH OUR TIME", 

 

Bekasi, 7 Desember 2018

Terima kasih,

penulis.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
Seseorang Bernama Bintang Itu
505      348     5     
Short Story
Ketika cinta tak melulu berbicara tentang sepasang manusia, akankah ada rasa yang disesalkan?
Echoes of Marie
30      30     3     
Mystery
Gadis misterius itu muncul di hadapan Eren pada hari hujan. Memberi kenangan, meninggalkan jejak yang mendalam dan dampak berkelanjutan. Namun, di balik pertemuan mereka, ternyata menyimpan kisah pilu yang ganjil dan mencekam.
Lady Cyber (Sang Pengintai)
2395      930     8     
Mystery
Setiap manusia, pasti memiliki masa lalu. Entah itu indah, atau pun suram. Seperti dalam kisah Lady Cyber ini. Mengisahkan tentang seorang wanita bernama Rere Sitagari, yang berjuang demi menghapus masa lalunya yang suram. Dibalut misteri, romansa, dan ketegangan dalam pencarian para pembantai keluarganya. Setingan hanya sekedar fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, peristiwa, karakter, atau s...
That Snow Angel
12900      2595     4     
Romance
Ashelyn Kay Reshton gadis yang memiliki kehidupan yang hebat. Dia memiliki segalanya, sampai semua itu diambil darinya, tepat di depan matanya. Itulah yang dia pikirkan. Banyak yang mencoba membantunya, tetapi apa gunanya jika dia sendiri tidak ingin dibantu. Sampai akhirnya dia bertemu dengannya lagi... Tapi bagaimana jika alasan dia kehilangan semuanya itu karena dia?
Petualang yang bukan petualang
1902      865     2     
Fantasy
Bercerita tentang seorang pemuda malas bernama Ryuunosuke kotaro yang hanya mau melakukan kegiatan sesuka kehendak nya sendiri, tetapi semua itu berubah ketika ada kejadian yang mencekam didesa nya dan mengharuskan dia menjadi seorang petualang walupun dia tak pernah bermimpi atau bercita cita menjadi seorang petualang. Dia tidaklah sendirian, dia memiliki sebuah party yang berisi petualang pemul...
Last Voice
1019      574     1     
Romance
Saat SD Aslan selalu membully temannya dan gadis bernama Hina yang turut menjadi korban bully aslan.akibat perbuatannya dia membully temannya diapun mulai dijauhi dan bahkan dibully oleh teman-temannya hingga SMP.dia tertekan dan menyesal apa yang telah dia perbuat. Di SMA dia berniat berubah untuk masa depannya menjadi penulis."aku akan berusaha untuk berubah untuk mengejar cita-citaku&quo...
Gilan(G)ia
482      258     3     
Romance
Membangun perubahan diri, agar menciptakan kenangan indah bersama teman sekelas mungkin bisa membuat Gia melupakan seseorang dari masa lalunya. Namun, ia harus menghadapi Gilang, teman sebangkunya yang terkesan dingin dan antisosial.
DELUSI
535      375     0     
Short Story
Seseorang yang dipertemukan karena sebuah kebetulan. Kebetulan yang tak masuk akal. Membiarkan perasaan itu tumbuh dan ternyata kenyataan sungguh pahit untuk dirasakan.
It Takes Two to Tango
450      328     1     
Romance
Bertahun-tahun Dalmar sama sekali tidak pernah menginjakkan kaki di kota kelahirannya. Kini, ia hanya punya waktu dua minggu untuk bebas sejenak dari tanggung jawab-khas-lelaki-yang-beranjak-dewasa di Balikpapan, dan kenangan masa kecilnya mengatakan bahwa ia harus mencari anak perempuan penyuka binatang yang dulu menyelamatkan kucing kakeknya dari gilasan roda sepeda. Zura tidak merasa sese...
Ignis Fatuus
1944      728     1     
Fantasy
Keenan and Lucille are different, at least from every other people within a million hectare. The kind of difference that, even though the opposite of each other, makes them inseparable... Or that's what Keenan thought, until middle school is over and all of the sudden, came Greyson--Lucille's umpteenth prince charming (from the same bloodline, to boot!). All of the sudden, Lucille is no longer t...