Loading...
Logo TinLit
Read Story - Reach Our Time
MENU
About Us  

Lembayung senja berkata, bahwa pertemuan itu menyembunyikan maksud. Akan maksudnya, hanya suratan takdir yang tahu. Sebagai insan, kita anya bisa mengikuti alur. Dan berusaha sebaik-baiknya ada tiap detik pertemuan itu. Mengapa senja berpesan demikian? Karena senja paham betul. Dialah alasan pertemuan matahari dan bulan di langit. 

 

Sudah hampir lima tahun sekarang, sejak kata perpisahan itu diucapkan. Kata-kata perpisahan Adiyasa masih teringat jelas dalam ingatan Raisha. Bagaimana tidak? Adiyasa adalah lelaki pertama yang menorehkan sekelumit kisah di kehidupannya. Dia, orang yang tiba-tiba bergerak cepat ke arahnya. Dan juga, orang yang berlari jauh dari kehidupannya.

Lelaki yang memiliki benang merah searah dengan kisah sedihnya. Entah kenapa, takdir begitu aneh mempertemukan dua insan yang tak tahu menahu akan rahasia langit itu. Akan berterima kasih ataupun tidak, sudah seharusnya mereka jalani dengan ikhlas. Tak ada yang bisa menyangkal atau membalikkan keadaan. Bagaimana jua.

Lima tahun berlalu, Saat ini, hujan mengguyur ibukota. Dan itu adalah hujan pertama di pertengahan tahun ini. Sejak beberapa bulan ini, tanah ibukota memang belum menerima pasokan air dari langit. Syukurlah Tuhan masih berbaik hati pada warga di bumi Jakarta.

Senandung musik menemani Raisha kala itu, dengan setumpuk file tugasnya di laptop. Bukan tugas perkuliahan lagi. Kini, ia tengah disibukkan dengan tugas project dari mentornya. Setelah lulus kuliah, ia memilih untuk mengikuti coding bootcamp terlebih dahulu sebagai persyaratan masuk ke perusahaan swasta incarannya.

Armandio, lelaki yang kini statusnya sudah jadi kekasih itu, juga bersamanya. Iya, mereka sudah menjalin hubungan hampir dua tahun lebih tiga bulan. Mereka memang sama-sama sepakat untuk meningkatkan hubungan dari kata sahabat menjadi lebih dari itu. Dan mungkin, akan berubah ke jenjang yang lebih serius sekarang.

"Cha, mau nitip sesuatu gak?" tanya Dio beranjak dari tempat duduknya.

"Hmm, nitip ice cappucino deh!" jawab Raisha sambil merentangkan tangannya keatas, dan menyunggingkan senyuman manis pada Dio yang berdiri di depannya.

"Tuh kan, es lagi. Udah tahu musim hujan, masih aja mau minum es. Teh anget aja yah!"

"Ck, yaudah gak jadi!" ujar Raisha ketus. Ia pun memalingkan pandangannya ke monitor laptop lagi.

"Icha nih yah, ngeyel banget dibilanginnya!" ucap Dio sambil mengacak kasar rambut Raisha gemas.

"Ish! Apa sih yo! Lagi serius nih!" ujar Raisha menata rambutnya kembali dengan asal.

"Yaudah, air mineral dingin aja." tambah Raisha sedikit cemberut.

Mata Dio menatap tajam ke arahnya. Merasa diperhatikan, Raisha pun menatap balik ke arahnya sambil memasang wajah cemberut gemas.

"Yaudah, iya nurut deh!" ujar Raisha malas. Dio pun kini tersenyum atas keputusan Raisha.

Sebelum ia pergi ke kantin yang memang menjadi salah satu fasilitas di bootcamp, dengan gemas ia mencubit pipi Raisha.

"Awww!! DIOO!!!"

Dio berlari menjauhi teriakan Raisha. Setelah kejadian itu, teman-teman satu bootcamp tertawa lepas melihat aksi mereka. Setidaknya, itu salah satu peregang urat dari barisan script di layar laptop mereka. Begitu pula para mentor yang kini makin menggoda Raisha.

"Makanya, nurut sama papa Dio. Jadinya dicubit kan tuh!"

"Iya mas, iya. Sebut aja kita papa-mama terus!" ujar Raisha yang juga sedikit menahan malu.

*******

 

Hujan kala itu masih menemani. Dari matahari oranye hingga kelam malam bulan. Awan menumpahkan segala beban dalam dirinya. Maklum saja sejak siang, awan mendung bagaikan kerumunan gumpalan kapas abu-abu gelap sudah menyelimuti langit. Karena itu pula, langit terus terlihat sendu.

Beberapa orang mulai mengeluarkan pelindung hujan dari dalam tasnya masing-masing. Alat yang wajib dibawa, bagi mereka yang beraktivitas di luar rumah. Begitu pun dengan Dio dan Raisha, yang tengah sibuk mengenakan jas hujannya masing-masing.

"Gak sekalian aja aku anter sampai rumah. Hujan begini?" ujar Dio sedikit berteriak, demi mengalahkan derasnya suara hujan. 

"Udah gak apa-apa. Lagian kan juga udah biasa."

"Tapi ini hujan, Cha!"

"Nanti, kamu kecapekan. Udah tau dari Jakarta ke Bekasi makan waktu satu jam lebih. Justru kalau kamu anter sampai rumah, aku yang lebih khawatir tau!"

Akhirnya seperti biasa, Dio hanya mengantarkan Raisha hingga stasiun pasar minggu. Sebenarnya, Dio juga ingin mengantarkan sang kekasih hingga sampai ke tempat mukimnya. Apalagi Raisha itu perempuan. Namun dengan berbagai alasan kecemasan Raisha yang berlebih, akhirnya Dio menurut.

Semenjak bapaknya yang kecelakaan karena kelelahan. Ditambah cerita rekan-rekannya yang mengalami hal serupa. Raisha memang jadi waspada dengan kendaraan bermotor. Apalagi kekhawatirannya bakal meningkat pada sang kekasih.

Sering kali pula, mereka berdebat bahkan bertengkar karena masalah ini. Saling melempar kekhawatirannya masing-masing. Namun, Dio lambat laun mulai mengerti arti kecemasan Raisha yang sedikit berlebih. 

Setidaknya ia harus bisa bersyukur, memiliki gadis yang perhatian dan tak terlalu manja. Tak seperti teman-temannya yang sering mengeluh.

"Kayanya gua bukan pacar lagi deh, tapi udah kayak supir ojol (ojek online) pribadinya dia!"

Sesampainya di stasiun, mereka akhirnya berpisah. Untunglah, hujan agak reda. Raisha sedikit berlari menuju pintu masuk. Sedang, Dio seperti biasa akan melihatnya sampai tubuh sang kekasih hilang dari pandangannya. Barulah, ia pulang dengan tenang.

*******

Dengan tekun, ia bersusah payah mengibas jas hujannya. Takut, airnya merembes keluar dari dalam kantung penyimpanan. Sedikit-sedikit ia waspada dengan orang-orang yang berlalu lalang di depannya. Agar tidak terciprat air darinya.

Ternyata, menggunakan jas hujan sedikit melelahkan bagi Raisha. Mulai dari mengibaskan satu persatu, lalu melipatnya dengan rapi agar muat kedalam kantung penyimpanan. Maklum, tipe tubuh programmer yang jarang melakukan aktivitas gerak tubuh. Apalagi, begadang adalah salah satu kegiatan yang sering dilakukan. 

Begitupun, ia juga harus berlari masuk ke dalam kereta. Agar bisa mendapatkan kursi kosong. Namun, sayang. Lagi-lagi, ia harus berdiri berdesakkan dengan penumpang lainnya. Rasanya, tenaga benar-benar terkuras habis.

Akhirnya, ia mendapatkan kursi di kereta selanjutnya. Dan tak lama kemudian ia sudah terlelap, beberapa detik setelah memejamkan mata. Saat itu, adalah tidur lelap pertamanya dalam perjalanan. Jarang-jarang, Raisha seperti ini. Biasanya ia akan selalu terjaga, dalam perjalanan. Mungkin, kereta sudah menjadi kendaraan yang aman untuk memulaskan diri ke kayangan mimpi bagi Raisha.

"Stasiun berikutnya stasiun terakhir dari rute pemberhentian Jakarta Kota - Bekasi. Harap mempersiapkan diri, jangan sampai ada barang yang tertinggal di dalam rangkaian. Terimakasih telah menggunakan jasa kereta api komuter jabodetabek."

Satu per satu penumpang pun turun. Rangkaian kereta akhirnya benar-benar sepi dari kerumunan orang. Salah satu petugas kemudian memeriksa kembali rangkaian gerbong kereta. Ternyata, Raisha belum terbangun dari posisinya.

"Mba, bangun!" suruh salah satu petugas kereta, sambil menggoyangkan tubuh Raisha. Tak beberapa lama kemudian, usaha si petugas pun berhasil. Raisha akhirnya terbangun. Kepalanya sedikit pusing dan kram di leher sebelah kanan. Matanya berusaha fokus ke sekelilingnya.

"Ini sudah stasiun terakhir mba!" jelas petugas. Raisha mengangguk, tanda terima kasih. Dengan segera ia beranjak dari posisi duduknya. Melangkah meninggalkan gerbong kereta.

"Mba, mba!" panggil petugas kembali. Raisha segera menoleh le arahnya.

"Ini, barangnya ketinggalan tadi,"

"Maaf pak, kayaknya itu bukan barang saya deh."

"Tapi, tadi barang ini ada di deket mba. Coba mba periksa dulu. Barangkali, emang ini barang mba. Kali, mba lupa."

Mana mungkin dirinya lupa telah membawa sesuatu bersamanya. Namun, ia tetap menurut dengan perintah si petugas.

Didapatinya dalam kantung plastik putih, bingkisan kertas coklat berisi tiga buah roti sesuai selera Raisha yang kini sudah agak dingin. Mungkinkah, itu pemberian dari lelaki aneh yang sempat singgah di kehidupannya. Raisha, menoleh ke arah belakang. Mencari lelaki yang sedang ada di pikirannya.

"Mba, bener kan itu punya mba?" tanya si petugas, menyadarkan Raisha dari lamunannya.

"Eh, hmm... tadi di kereta, bapak lihat ada laki-laki yang deketin saya nggak?" tanya Raisha penuh harap.

"Waduuh! Banyak kali mba, laki-laki yang naik tadi. Lagian saya juga gak sempet lihat mba-nya tuh pas di perjalanan."

Akhirnya, si petugas terpaksa meninggalkan Raisha dengan tanda tanya besar dalam benaknya. Lantaran, harus segera bertugas kembali. Sedang Raisha masih menelisik kantung plastik putih berisi bingkisan roti tersebut. Mungkin, ada kertas yang terselip atau pesan tertentu di baliknya.

Tak sesuai ekspektasinya, Raisha benar-benar tak berhasil menemukannya. Ia melangkah gontai, menlanjutkan perjalanan pulangnya. Pikirannya masih terpaku pada sosok lelaki tersebut. Ia benar yakin, bahwa itu pemberian darinya. Atau, ia hanya berspekulasi tinggi?

Tak seperti di Jakarta yang diguyur hujan deras, langit malam berhiaskan bulan malah nampak cerah di Bekasi. Namun sayang, pemandangan lalu lintas sedikit kurang bersahabat. Lalu lalang kendaraan disana-sini, makin menambah ruwet jalan raya. Penampakan yang hampir mirip di daerah ibukota negara. Yah, namanya juga daerah pinggiran Jakarta. Jadi, sedikit banyak hampir mirip.

Gara-gara kemacetan itu pula, sudah tiga kali ia ditolak para supir ojek online. Banyak yang mengeluh untuk putar arah, yang jaraknya makin jauh dari lokasi rumah Raisha. Apalagi tarif yang diterima nanti akan sama saja.

Kekesalan Raisha sedikit memuncak. Namun, ia hanya pasrah menunggu beberapa menit lagi. Berharap nanti bisa memesan kembali.

Kini, ia terduduk di pinggiran tangga lobby stasiun. Lalu, ia mulai melahap sedikit demi sedikit pemberian roti yang masih belum diketahui pengirimnya itu. Aroma kopi yang begitu khas keluar dari remahan roti. Di dalamnya, krim mocca terasa begitu lembut dan manis. Rasa garing, lembut dan perpaduan manis yang tak terlalu menyengat menyatu di tiap kunyahannya. 

Rasa roti tersebut mulai mengantarkan pikiran Raisha untuk memutar kembali memori lima tahun lalu. Memori akan pertemuan pertamanya dengan Adiyasa. Saat ia menolong lelaki bertubuh tinggi itu, dari aksi pencopetan. Ketika, perbincangan pertamanya dengan orang asing dimulai setelah merasakan roti yang sama. Saat itu, rotinya masih terasa hangat.

Wajah Raisha mulai mengulas senyuman. Ia kini mulai menyadari, sudah banyak hal yang terjadi setelah pertemuan singkat itu. Kini, satu potong roti sudah habis dimakannya. Lamunannya kini terhenti setelah gigitan roti dalam mulutnya habis. Ia kembali mencoba untuk memesan ojek online. Syukurlah, akhirnya ia berhasil. 

Tak disangka, lelaki yang beberapa menit lalu berada di pikirannya. Kini, sedang berdiri di hadapannya sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Mungkin, menahan kedinginan.

Raisha terkejut dengan penampakan sosok tersebut. Gemuruh sekelumit perasaan mulai menjalar dalam tubuhnya. Tak tahu reaksi seperti apa yang harus dikeluarkan.

"Hai!" sapa Adiyasa sedikit canggung. Raisha membalas dengan senyuman. Matanya kini sedikit berkaca-kaca.

"Kok, lo kelihatan mau nangis gitu sih?" tanya Adiyasa heran bercampur khawatir. Raisha hanya bisa tersenyum. Begitu pun Adiyasa yang juga membalas dengan senyuman.

*********

"Wah, udah lama yah nak Adi nggak main kesini!" ujar bapak Raisha yang kini sudah terlihat bugar kembali.

"Iya pak. Anak bapak nggak ngundang saya berkunjung sih, he..he..he," canda Adiyasa mencairkan suasana. Raisha kembali, dengan sajian teh hangat di tangannya. Mereka pun mulai berbincang santai terkait kehidupan masing-masing. 

Kini, Adiyasa bekerja menjadi karyawan salah satu media televisi swasta. Ia bergerak di bidang produksi dan editing penyiaran salah satu acara ragam musik. Sudah dua tahun lamanya ia bekerja disana. Dan, ia sangat menikmati pekerjaannya saat ini. Sedangkan adiknya, tengah disibukkan dengan KKN (Kuliah Kerja Nyata). 

Catering ibunya pun kini sudah berkembang. Tak lama lagi mereka akan buka cabang baru di kawasan bogor. Jejaring pergaulan sang ibu makin meluas sejak bergabung dengan salah satu komunitas wanita mandiri. Adiyasa yang mengenalkannya pada sang ibu. Yah, keluarga Adi terlihat sukses memang. Tapi, walau begitu banyak hal dan usaha keras dalam menggapai itu semua.

Akhirnya, Wahyu meninggalkan mereka berdua. Kebetulan, ia harus menyiapkan dagangannya seperti biasa. Kini, ia bukan lagi menjadi pedangang eceran. Kini pangkatnya sudah naik, menjadi kepala penyortir dan distribusi.

"Tadi lo tidurnya pules banget yah!" ejek Adiyasa.

"Loh, jadi roti itu dari lo kan?"

Adiyasa hanya tersenyum, sambil meneguk secangkir teh miliknya.

"Tadinya, gue mau bangunin. Tapi nanti gak jadi kejutan lagi."

"Jadi, lo mau bikin surprise nih ceritanya?"

Akhirnya, kecanggungan diantara mereka makin surut. Mereka makin larut dalam perbincangan kehidupan sehari-hari. Kini, giliran kehidupan Raisha yang mulai dikuliti Adiyasa. Mulai dari cerita kelulusannya. Yang ternyata mereka satu universitas. Hingga cerita kekasih Raisha saat ini, Armandio Prayoga.

Walau dulu, Adiyasa tak pernah membahas bagaimana perasaannya terhadap Raisha. Karena, Raisha pun juga tak pernah menuntut jawaban darinya. Saat ini, perasaannya sudah berlabuh pada lelaki lain. Yang terpenting, lima tahun lalu ia sudah mengutarakan perasaannya secara jujur pada Adiyasa. 

Sedang Adiyasa pun dari dulu, menganggap Raisha sebagai gadis istimewa dalam kehidupannya. Gadis yang ingin ia lindungi dan tak ingin ia sakiti perasaannya. Bukan dianggap sebagai kekasih, namun lebih dari kata kekasih. Ia pun turut senang, dengan kabar kisah romansanya dengan Dio.

Tak terasa waktu pun kian berlalu. Memaksa keduanya menyudahi pertemuan. Di akhir perbincangan, Adiyasa mengutarakan niatnya. Ia mengajak Raisha dan bapaknya untuk berziarah ke makam bersama. Tak ada maksud lain. Hanya ingin mempererat tali persaudaraan. Agar tak ada dendam dan penyesalan dibaliknya.

**********

Waktu yang disepakati akhirnya tiba. Mobil Adiyasa sudah terparkir di depan rumah Raisha. Akhirnya, saat itu kedua orang tua mereka dipertemukan kembali setelah insiden kecelakaan tragis berpuluh tahun lalu yang merenggut masing-masing pasangannya. 

Segala permintaan maaf dan penyesalan kembali diutarakan. Masing-masing saling mengenang peristiwa tak mengenakkan hati tersebut. Walau, sempat terbesit air mata kesedihan dalam diri. Setidaknya, mereka sudah mengikhlaskan dengan lepas kepergian masing-masing anggota keluarga.

Akhirnya, mobil pun melaju ke daerah pemakaman. Dengan pakaian serba hitam, mereka berdiri di depan masing-masing makam anggota keluarganya yang sudah lama tiada.

Bersimpuh, menengadahkan tangan. Tak lupa memanjatkan doa. Agar segala amal yang dilakukan sang mayit semasa hidupnya diterima, sedang segala dosanya dihapuskan.

Taburan beragam bunga dan siraman air mawar di atas masing-masing makam, menjadi akhir dari pertemuan mereka dengan tubuh yang sudah lama terkubur dalam tanah. Mereka pun pamit pulang meninggalkan panggilan ayah, ibu, suami atau istri-nya sendiri lagi.

 

-----------SELESAI--------

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
My Sweety Girl
11721      2639     6     
Romance
Kenarya Alby Bimantara adalah sosok yang akan selalu ada untuk Maisha Biantari. Begitupun sebaliknya. Namun seiring berjalannya waktu salah satu dari keduanya perlahan terlepas. Cinta yang datang pada cowok berparas manis itu membuat Maisha ketakutan. Tentang sepi dan dingin yang sejak beberapa tahun pergi seolah kembali menghampiri. Jika ada jalan untuk mempertahankan Ken di sisinya, maka...
Guguran Daun di atas Pusara
516      355     1     
Short Story
Rain, Coffee, and You
548      387     3     
Short Story
“Kakak sih enak, sudah dewasa, bebas mau melakukan apa saja.” Benarkah? Alih-alih merasa bebas, Karina Juniar justru merasa dikenalkan pada tanggung jawab atas segala tindakannya. Ia juga mulai memikirkan masalah-masalah yang dulunya hanya diketahui para orangtua. Dan ketika semuanya terasa berat ia pikul sendiri, hal terkecil yang ia inginkan hanyalah seseorang yang hadir dan menanyaka...
The Black Hummingbird [PUBLISHING IN PROCESS]
22560      2535     10     
Mystery
Rhea tidal tahu siapa orang yang menerornya. Tapi semakin lama orang itu semakin berani. Satu persatu teman Rhea berjatuhan. Siapa dia sebenarnya? Apa yang mereka inginkan darinya?
Horses For Courses
12034      2401     18     
Romance
Temen-temen gue bilang gue songong, abang gue bahkan semakin ngatur-ngatur gue. Salahkah kalo gue nyari pelarian? Lalu kenapa gue yang dihukum? Nggak ada salahnya kan kalo gue teriak, "Horses For Courses"?.
Asrama dan Asmara
526      381     0     
Short Story
kau bahkan membuatku tak sanggup berkata disaat kau meninggalkanku.
Stars Apart
644      451     2     
Romance
James Helen, 23, struggling with student loans Dakota Grace, 22, struggling with living...forever As fates intertwine,drama ensues, heartbreak and chaos are bound to follow
déessertarian
6226      1919     4     
Romance
(SEDANG DIREVISI) Tidak semua kue itu rasanya manis. Ada beberapa yang memiliki rasa masam. Sama seperti kehidupan remaja. Tidak selamanya menjadi masa paling indah seperti yang disenandungkan banyak orang. Di mana masalah terbesar hanya berkisar antara ujian matematika atau jerawat besar yang muncul di dahi. Sama seperti kebanyakan orang dewasa, remaja juga mengalami dilema. Ada galau di ant...
Kama Labda
557      352     2     
Romance
Kirana tak pernah menyangka bahwa ia bisa berada di jaman dimana Majapahit masih menguasai Nusantara. Semua berawal saat gadis gothic di bsekolahnya yang mengatakan bahwa ia akan bertemu dengan seseorang dari masa lalu. Dan entah bagaimana, semua ramalan yang dikatakannya menjadi kenyataan! Kirana dipertemukan dengan seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah raja. Akankah Kirana kemba...
Kristalia
6804      1778     5     
Fantasy
Seorang dwarf bernama Melnar Blacksteel di kejar-kejar oleh beberapa pasukan kerajaan setelah ketahuan mencuri sebuah kristal dari bangsawan yang sedang mereka kawal. Melnar kemudian berlari ke dalam hutan Arcana, tempat dimana Rasiel Abraham sedang menikmati waktu luangnya. Di dalam hutan, mereka berdua saling bertemu. Melnar yang sedang dalam pelarian pun meminta bantuan Rasiel untuk menyembuny...