Siapa bilang aku tidak tertarik padanya? Aku bahkan telah mengawasinya saat kita masih masa pengenalan kampus. Hanya saja dia terlihat berkilau daripada yang lain. Semua tampak jelas dimata dan senyumannya yang begitu cerah. Entah apakah itu yang dikatakan takdir. Setelah aku mengetahui namanya dari teman pertamaku sebagai mahasiswa aku terus saja berkaitan dengannya.
Hari pertamaku mengikuti kelas, aku dan dia dipertemukan didepan kelas untuk memperkenalkan diri kepada teman seangkatan kami.
“Namaku Yasser Andre Irawan. Asal dari SMA 2. Aku tinggal di dekat sini. Terima kasih”
“Ow,,, hai. Ya ampun singkat padat ya kenalannya. Manis banget”
‘Iya dia benar-benar manis’ ucapku dalam diam sembari memandangi wajahnya yang memerah karena tersipu malu. Caranya menyebut namanya dengan ramah dan bangga kepada nama pemberian kedua orang tuanya. Ay, andai saja waktu itu aku memiliki keberanian seperti sekarang saat kutuliskan disini mengenai perasaanku. Andai saja sesederhana itu.
Namaku Yasser Andre Irawan. Seperti yang telah kusebutkan saat perkenalan didepan kelas, aku tinggal di wilayah dekat kampus. Aku terlahir tiga bersaudara dengan seorang adik perumpuan dan kakak laki-laki. Kedua orang tuaku bekerja dirumah. Mereka menghabiskan waktu bersama dan menghasilkan uang bersama. Itulah usaha rumah makan kami. Pada bagian ini, aku hanya akan memperkenalkan diriku sekilas dan mengungkapkan beberapa hal yang harus kalian tahu, bukan hanya apa yang diberitahukan Ayu kepada kalian. Kalian tahu, tidak semua pemahan Ayu tentangku adalah benar. Karena itu adalah menurutnya bukan menurutku atau sebenarnya aku. Perasaanku.
Jika ayu pertama kali mengetahui wajahku saat kelas pertama. Aku lebih mengenalnya dahulu saat pengenalan kampus. Saat terik matahari terpancar panas yang menembus sampai kedalam pakaian, aku menatap Ayu dari kejauhan. Tampak lelah namun tetap ceria. Sampai sekarangpun dia tetap sama. Cerah.
“Cantik ya dia?”
“Eh, Adi”
“Ayu namanya. Aku menyukainya, hehe. Kamu jangan menyukainya juga ya. Sudah terlalu banyak yang harus kuhadapi” katanya.
‘Andai aku bisa’, ucapku dalam pikiran. Tapi aku hanya mengangguk mengamini perkataannya. Setelah itu aku berusaha meracuni hatiku dengan pemikiranku untuk tetap menyukai orang lain.
Saat pulang kuliah pertama aku menemukannya sedang berjalan kaki di tepi jalan. Dia sedang bermain dengan boneka beruang. Kekanakan sekali bukan? Saat aku hampir mendahuluinya bonekanya terlempar tepat didepan jalanku. Kuraih dengan cepat tuas rem dikedua sisi kemudiku. Untung saja aku tidak menabraknya, hanya saja aku yang terjatuh karena berhenti mendadak dan berusaha menghindarinya yang sedang akan mengambil boneka beruangnya.
“Aaaaaa”
Tidak lama setelah dia teriak, banyak orang mendatanginya. Suasana akan terasa canggung jika aku masih berdiam diri disana, pikirku. Akhirnya kuputuskan untuk bangkit dan pergi meninggalkan Ayu bersama orang-orang yang aku yakin pasti menolongnya. Paling tidak dia tidak akan pulang dengan berjalan kaki siang itu.
Sesampainya dirumah kukeluarkan semua barang-barang yang ada didalam tasku. Karena esoknya adalah hari pertamaku praktikum kurasa aku harus menyiapkannya lebih dahulu sebelum pergi bermain. Tapi aku tidak bisa menemukannya, barangku ada yang hilang. Kuperiksa ulang tasku dan seluruh saku yang kumiliki, termasuk saku jaket yang kukenakan. Tetap tidak ada. Kurasa saat itu aku dalam masalah besar.
Kuputuskan untuk kembali ke kampus dan mencarinya disetiap tempat yang kulewati, tetap tidak ada. Kuingat-ingat kembali apa saja yang telah kulakukan hari itu dari berangkat kuliah hingga pulang. Dan akupun teringat kejadian dimana aku hampir menghabisi nyawa boneka konyol yang dibawa oleh perempuan manis itu. Tanpa menunggu lama aku mendatangi tempat kejadian dan mencarinya sampai pada semak-semak dekat trotoar tempatku terjatuh. Tetap saja tidak mendapatkan hasil.
Aku berpikir untuk menghubungi perempuan itu namun masih kuurungkan niatku. Kenapa aku harus menghubunginya? Apa benar mungkin dia tahu? Jika dia benar tahu dia pasti membuat pengumuman menemukan barang di grup obrolan kelas seperti sebelumnya, dia menemukan jam tangan di kamar mandi. Padahal jelas-jelas itu adalah jam tangan miliknya sendiri. Bagaimana dia bisa lupa mengira itu milik orang lain? Karena baru memakainya katanya, haha. Untung saja teman-temannya mengetahui sejak awal dia telah memakainya sehingga tidak ada yang berpura-pura mengakuinya, terlihat jelas harga jam tangan itu tidak murah.
“Apa benar punyaku? Kurasa warnanya sedikit berbeda? Haha maaf teman-teman”
“Tentu saja berbeda, kau tidak sedang memakai kaca mata”
Ya begitulah perempuan manis itu kuingat. Walau sebenarnya aku sedang dekat dengan seseorang, namun disela-sela waktu aku masih sempat memikirkan perempuan manis itu. Licik. Bagaimana bisa dia membuatku bimbang.
Ah, aku sampai lupa harus mencari barangku yang hilang. Memang tidak begitu berharga namun sangat berarti bagiku. Jika memang perempuan itu yang menemukannya bisa saja dia mengambil dan menyimpannya. Karena itu yang seharusnya dia lakukan.
Kuputuskan untuk kembali pulang dan kurebahkan badanku diatas ranjang. Hari itu sangat melelahkan. Kupikirkan kembali untuk menghubungi perempuan itu atau tidak. Setelah berfikir cukup lama akhirnya aku memutuskan untuk menghubunginya. Kucari namanya digrup kelasku. Kutemukan begitu cepat namanya “Ayustika Rahman” dengan tambahan emoticon beruang diakhir namanya. Cantik. Dia memakai display fotonya mengenakan seragam SMA. Kupikirkan bagaimana caraku bertanya pada gadis itu. Berulang kali kuketik pesan untuknya namun kuganti lagi dengan pesan baru yang kupikirkan. Kenapa mengirim pesan padanya serumit ini?
‘Selamat sore, aku Yasser orang yang hampir menabrakmu tadi. Aku kehilangan sesuatu, apa mungkin kau melihatnya?’ Ah ini tidak benar.
‘Apa kau masih terkejut dengan kecelakaan tadi? Maaf tapi apakah kau menemukan sesuatu yang terjatuh?’ Ah kenapa harus meminta maaf. Seharusnya dia yang meminta maaf karena bertindak ceroboh dan hampir membuatku celaka.
Baiklah. Tidak perlu ada salam selamat sore, tidak perlu memperkenalkan diri ataupun meminta maaf. Aku rasa dia tidak senang berbasa-basi. Coba aku kirim pesan singkat sekarang.
Meskipun sedikit ragu akhirnya aku mengirimkan pesanku padanya. Beberapa menit kemudian ponselku berbunyi dan benar itu balasan pesan yang kukirim untuk parempuan manis itu.
“Maaf, ini siapa?”
Ya, melihat balasannya di notifikasi membuatku menghela nafas panjang. ‘Seharunya kusertakan namaku disana’ karena aku baru menyadari display yang ada pada akunku bukanlah fotoku dan juga nama penggunaku disembunyikan. Bagaimana mungkin dia mengenaliku? Kuurungkan niatku untuk membalas pesan darinya. Bahkan untuk membukanya saja aku tidak berselera. Mungkin aku tidak ada keberanian untuk membuat obrolan dengannya. Entah kenapa dia bisa membuatku berbeda.
Seperti yang kubilang sebelumnya, aku sedang dekat dengan seseorang. Dia juga merupakan anak dikelas yang sama denganku juga Ayu. Setiap hari aku menghabiskan waktu luangku untuk menghubunginya. Pesan singkat sekedar menanyakan keadaan dan berbagi cerita semasa SMA. Itu yang membuatku berpikir gadis itu lucu. Namun Ayu datang dan menggoyahkanku. Aku terus saja membuat sugesti bahwa rasaku terhadap Ayu hanya kagum yang akan pudar suatu ketika. Berbeda dengan gadis yang sedang kudekati. Dia menarik, penampilannya adalah apa yang selalu kubayangkan sebagai kekasihku kelak. Bukan Ayu.
Mungkin kalian akan berfikir aku ini pria yang tidak baik. Aku mendekati seorang gadis hanya berdasarkan penampilan luarnya saja. Terserah, itu hak kalian. Dalam cerita-cerita selanjutnya akan lebih baik Ayu yang menyelesaikan penulisan kisah ini. Yang jelas aku telah mengutarakan sedikit tentangku yang mungkin Ayu tidak akan tahu. Tentang cerita yang hanya kuceritakan padanya. Tentang air mata pertama yang kuperlihatkan padanya. Tentang tempat-tempat yang kami kunjungi bersama. Waktu yang kami lalui itu bukan hanya waktu berharga baginya namun juga bagiku. Sampai akhirnya aku menyadari perempuan yang kutunggu dan kuinginkan bukanlah gadis yang kudekati lebih awal. Tapi perempuan manis yang selalu mampu membuat bisuku menjadi riuh.
Ayu, kini kuselipkan sedikit pengakuan yang seharusnya kuungkapkan sejak dulu. Sejak pertama aku mengetahui namamu. Kau telah mencuri segalanya dalam hidupku. Pikiranku berantakan tapi aku berusaha tetap terlihat hebat dimatamu. Impianku yang sebelumnya kutulis untuknya demi kesenanganku sekarang beralih menjadi impianku untuk mewujudkan impian-impianmu.
Mulai dari pesan itu aku selalu berusaha menghindarimu. Aku canggung karena tahu banyak yang sedang berada disampingmu. Merelakan waktu mereka untuk menjagamu. Begitupun temanku. Teman pertamaku di kampus, dia menyukaimu. Ayu yang entah akan menjadi Ayuku atau tidak.
Aku belum pernah membayangkanmu sebelumnya
Sebelum menemuimu impianku tersusun sempurna
Setelah mengetahui sosokmu nyata
Impianku berantakan
Aku hanya ingin mewujudkannya bersamamu
Kutulis pesan untuknya setiap pagi
Panjang penuh semangat
Agar dia tenggelam didalamnya
Namun tak perna kutekan tombol “kirim”
Dan kuhapus semuanya dalam sekejap
nice story!! :)
Comment on chapter Kamu Siapa?