Aku segera pamit pulang setelah membantu Sia. Tidak sampai lima menit, aku sudah sampai di rumah. Ayah sedang menonton televisi, sedangkan ibu menjahit di samping ayah. Aku menghampiri mereka, lalu menyalami tangan mereka.
" Tumben lama nak."
" Tadi ke rumah Sia dulu." Jawabku singkat.
Ibu mengangguk, lalu kembali fokus pada jahitannya. Sementara ayah tetap melihat televisi. Aku juga sibuk dengan pikiranku sendiri. Sibuk memikirkan bagaimana cara memulai percakapan dengan mereka. Biasanya mudah saja melakukan itu. Tapi, kali ini rasanya sulit.
Setelah merasa ini bukan saat yang tepat untuk membicarakannya, aku memilih menundanya. Mungkin lain kali.
Saat aku baru saja hendak melangkah pergi, ibu tiba - tiba berkata, " Kamu mau bicara apa nak?"
Langkahku terhenti, menoleh menatap ibu. Bagaimana ibu bisa tahu? Gerakan tangan ibu juga terhenti, ia menatapku dalam, " Kamu mau bicara apa? Ibu udah nunggu dari tadi."
Aku menelan ludah, ibu jelas tahu gerak - gerikku kerika ingin mengatakan sesuatu. Ibu mengenalku lebih dari siapapun.
Aku kembali duduk. Bahkan perhatian ayah kini juga tertuju kepadaku.
" Tadi, " Aku kembali terdiam. Ibu masih menungguku melbahan. " Tadi Aresh diminta sama pelatih, untuk ikut pelatihan di Eropa." Akhirnya kalimat itu keluar, aku merasa lega telah mengatakannya. Tapi, aku juga harap - harap cemas dengan reaksi ibu. Ibu sejak tadi hanya terdiam.
Aku juga terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Melihat reaksi ibu seperti ini, membuatku semakin ingin menolak mengikuti pelatihan itu.
" Kapan ?" Kali ini ayah yang menanggapi.
" Akan ada seleksi sebelum dipilih. Kalau Aresh berminat, Aresh harus ikut seleksi itu. Belum pasti kapan." Ayah hanya mengangguk - angguk mendengar jawabanku.
" Jauh sekali." Ucap ibu lirih. Aku tersenyum tipis. Ibu kemvali menatapku, " Kamu mau ikut nak? Kamu bahagia?"
" Aresh mau denger dulu pendapat ibu."
Ibu menunduk, " Ibu belum tahu, nanti kalau sudah dapat informasi kapan kamu akan berangkat, kasih tahu ibu ya? Akan ibu pikirkan dulu." Ibu kini tersenyum menatapku. Aku balas tersenyum, " Aresh disana nanti selama dua bulan. Cukup lama memang tapi ibu pikirin dulu aja, Atesh tunggu."
ibu mengangguk apapun keputusan ibu nanti, akan kulakukan yang ibu inginkan.