Malam yang begitu dingin hingga menembus ke bagian dalam kulit. Hari yang cukup melelahkan. Rahman tertidur dalam keheningan malam yang panjang saat ini. Suara mendengkur terdengar begitu keras hingga ke kamar ujung Nathan.
“Ya, ampun kebiasaan si Rahman ini. Apa suara dengkurannya tidak bisa apa dikecilkan?” Keluh Nathan seraya menutup telinganya dengan kapas.
Rafael pun tidak bisa tidur juga karena suara dengkuran Rahman. Suaranya boleh dibilang seperti kerbau. Rafael cukup jengkel dengan suara dengkuran Rahman.
Vanno sepertinya dia kebal dengan suara dengkuran Rahman. Pada dasarnya Vanno adalah tukang molor alias si pelor. Bagi dia bodoh amat mau ada gempa sekali pun dia tidak akan terasa. Kalau sudah tidur ya tidur, apalagi kalau memimpikan gadis idamannya itu malahan dia bisa sampai telat bangun. Dan, akibatnya dia bolos kuliah dech. Meskipun ketiga temannya sudah melakukan berbagai cara untuk membangunkannya. Ya, dasar si Vanno.
***&&&***
Rahman terbangun di waktu subuh. Ia segera mengambil air wudhu. Dan, bersiaplah pergi ke masjid depan kost-an.
Di masjid sebelum mulai sholat subuh. Rahman selalu menyempatkan diri untuk membaca Al-Qur’an. Setelah itu dia akan melakukan dzikir.
Nathan terbangun di waktu subuh juga. Namun, dia memilih untuk sholat di kamar kost nya. Karena sholat jamaah subuh telah usai.
Sedangkan Rafael masih belum sadar juga hingga mataharinya mulai muncul. Ia memang suka meninggalkan sholatnya. Bagi dia bodoh amat.
Pukul 08.00 mereka bertiga sudah siap berangkat ke kampus. Namun, Vanno sudah diketuk berulang kali belum juga sadar. Ya, kebiasaan Vanno suka pelor.
Mereka bertiga menyerah untuk membangunkan Vanno. Mereka langsung saja pergi ke kampus, meski tanpa Vanno. Karena hari ini mata kuliah dari Pak Wibowo yang cukup killer.
Vanno terlihat begitu panik saat melhat jam di dinding menunjukkan pukul 12.00 siang, “ Oh My God!”
Vanno berteriak sambil menepuk keningnya. Dia tidak menyangka kalau bisa bangun setelat itu. Vanno menyesal karena dia tidak bisa mengikuti mata kuliah si killer itu. Dia pun pasrah karena sering kali tidak mengikuti mata kuliah dosen itu.
Seharian ini Vanno di dalam kamar kostnya. Ia terus mengganti chanel televisinya berulang kali. Dia merasa bosan dan kesal.
Tiba-tiba ponselnya berdering. Vanno sangat berharap kalau itu dari Nesya. Namun, kenyataannya dari Gendis. Dia adalah pacar Vanno di Bali. Tapi, Vanno merasa kalau cintanya ke Gendis sudah mulai pudar karena ada Nesya.
Vanno pun berusaha membohongi Gendis. Dia pura-pura sibuk karena dia malas menerima panggilan, pesan atau semacam lainnya.
Gendis adalah seorang gadis yang akan dijodohkan dengan Vanno oleh orang tuanya. Keluarga Gendis dan Vanno memiliki hubungan bisnis. Gendis sangat mencintai Vanno. Namun, kenyataannya Vanno tidak pernah sama sekali mencintai Gendis. Betapa malangnya nasib Gendis.
Gendis terus berusaha untuk memasuki kehidupan Vanno. Vanno pun hanya menganggap Gendis sebagai adiknya. Tapi, Gendis merasa kalau Vanno juga mencintainya.
Vanno pun melakukan pertunangan dengan Gendis sebelum kepergiannya ke Surabaya untuk melanjutkan pendidikannya. Dia pun menerima pertunangan itu karena dia tidak ingin melihat ayahnya mengalami serangan jantung. Vanno merahasiakan hubungannya dengan Gendis terhadap ketiga sahabatnya.
Suatu ketika Gendis pernah datang ke Surabaya. Namun, Vanno pun melarang Gendis untuk tinggal di Surabaya. Dia pun langsung memesankan tiket pulang ke Bali untuk Gendis. Meskipun saat itu Gendis begitu kecewa dengan sikap Vanno, ia tetap berharap Vanno bisa berubah pikiran untuk bisa mencintai dia.
Gendis pun berusaha menutupi sikap Vanno yang sungguh keterlaluan saat ini. Dia merasa kalau Vanno pasti akan berubah seiring dengan waktu. Gendis tetap bersabar menunggu Vanno agar bisa menerima dia.
***&&&***
Gendis duduk terdiam menatap bingkai foto pertunangannya dengan Vanno. Dia merasa sudah lelah untuk berjuang sendiri untuk cintanya. Dia merasa akan melepaskan Vanno karena dia tidak ingin menjadi beban bagi Vanno lagi. Dia sadar kalau Vanno tidak akan pernah mencintainya dari dulu hingga sekarang.
Gendis meneteskan air matanya. Dia akan berusaha untuk menengelamkan perasaannya itu. Dia tahu kalau usaha dan perjuangannya itu sia-sia. Dia pun mengambil keputusan untuk memutuskan hubungan pertunangannya dengan Vanno.
Gendis menemui orang tuannya. Ia mengatakan kalau tidak ingin mempertahankan hubungannya dengan Vanno. Dia berusaha berbohong dan mengatakan kalau dia telah mencintai pria lain. Awalnya orang tua Gendis cukup shok dengan keputusan Gendis.
Gendis membawa Bagus menemui orang tuanya keesokan harinya. Ia mengatakan kalau dia mencintai Bagus dan mempunyai hubungan. Ia ingin segera menikah dengan Bagus.
Bagus teman kuliah Gendis. Dia mencintai Gendis. Dan, Gendis pun berusaha melupakan Vanno dengan cara menerima Bagus.
Keluarga Vanno cukup kecewa dengan sikap Gendis. Dia merasa Gendis sudah mempermainkan keadaan itu. Dan, keluarga Vanno pun memutuskan dari semua hubungan dengan keluarga Gendis.
Gendis merasa sedih dengan sikapnya. Tapi, apa daya melanjutkan hubungan tanpa cinta. Keluarga Gendis cukup menyadari kalau cinta tidak boleh dipaksakan.
Vanno dikala itu berpura-pura sedih mendengar berita itu. Namun, hati Vanno bahagia karena terbebas dengan hubungan tanpa cinta. Vanno pun lega akhirnya dia tidak perlu repot memikirkan cara untuk memutuskan hubungan itu.
Sebulan kemudian Gendis menikah dengan Bagus. Vanno merasa bahagia karena hatinya sudah tidak tersiksa lagi. Dia bisa melanjutkan kisah cintanya bersama dengan Nesya.
***&&&***
Vanno hari ini akan bertemu dengan Nesya di Café biasa. Ia berusaha menyiapkan diri untuk mengatakan cintanya ke Nesya malam ini. Dia berlatih di depan kaca dan menyiapkan beberapa kata-kata indah untuk menembak Nesya menjadi kekasihnya.
Waktu bergulir cukup cepat. Vanno memakai kemeja berwarna biru dongker dan celana jins biru. Dia memakai sepatu kets hitam putih. Dia mengoleskan gel di rambutnya, lalu menyemprotkan parfum yang ia pinjam dari Nathan tadi sore.
Penampilan Vanno malam ini cukup sempurna. Dia merasa kalau hari ini adalah hari yang tepat. Vanno berangkat menuju ke Café dengan motor Vespa kesayangannya. Dia langsung mengas pool vespanya.
Lima belas menit kemudian dia sampai di Café. Dia membuka pintu Café dan berjalan masuk ke dalamnya. Dia melangkahkan kaki dan duduk di meja nomer 5 tepatnya dekat pinggir kolam renang Café tersebut.
Beberapa saat kemudian Nesya pun datang. Dia langsung menuju ke meja Vanno. Dia langsung duduk di hadapannya.
Vanno merasa gugup. Dia telah menghafal untaian kata untuk Nesya. Namun, seketika pikirannya menjadi blank alias hilang begitu saja.
Tiba-tiba seorang lelaki menghampiri meja mereka. Ternyata Nesya ingin mengenalkan lelaki itu sebagai calon tunangannya. Betapa hancurnya hati Vanno dikala itu. Vanno hanya menanggis dalam relung hatinya begitu dalam. Mungkin itu sebuah karma yang dialami, karena dia telah menyakiti hati seorang gadis yang telah mencintai dia dengan begitu tulus.
Vanno memberikan selamat kepada mereka berdua, meskipun hatinya telah benar-benar remuk. Dan, telah tercerai berai. Rasanya langsung begitu menusuk ke hatinya. Terluka itu pasti. Menahan sakit itu juga pasti. Berusaha tegar itu pasti. Tersenyum dalam kepalsuan itu pasti. Berpura-pura ikhlas itu pasti. Begitulah apa yang telah dialami Vanno.
***&&&***
“Vanno!”
Nathan terus memanggil Vanno berulang kali. Namun, Vanno hanya melengos begitu saja seperti mendadak tuli. Vanno masih merasakan rasa patah hati akibat cinta yang ternyata bertepuk sebelah tangan dan itu menyakitkan.
“Duh, dia itu kenapa?” Nathan menatap perubahan sikap Vanno. Sikap Vanno seperti orang yang kehilangan gairah hidup. Seakan mati tak segan, hidup juga tak segan.
Vanno membuka daur pintu dengan tak bertenaga. Dia merasa hari ini begitu buruk. Hari ini lebih dari sekedar badai topan.
Vanno menghela napas dan merilekskan dirinya. Dia membuka laci mejanya dan mengambil beberapa coklat batang. Dan, seakan coklat mampu untuk mengobati kesedihan dan patah hati itu.
“Mengapa harus ada perasaan jatuh cinta. Dan, mengapa cinta harus bertepuk sebelah tangan? Tuhan mengapa kisah cintaku begitu menyedihkan seakan cintaku terkena karma. Apa salah aku ingin bahagia bersama wanita yang aku suka?” Vanno menatap foto Nesya saat bersama. Dia akan segera menghapus foto-foto itu dari galeri ponselnya.
“Mungkin ini karma seperti yang aku lakukan kepada Gendis. Mungkin apa yang dirasakan Gendis itu sama seperti yang saat ini aku rasakan? Aku memang jahat kepada Gendis bahkan menyia-nyiakannya. Tapi, Gendis terlalu baik dan aku tidak pantas untuk dia.” Lirih Vanno.
Vanno pun mulai memetik nada-nada dalam gitar dan mencoba menciptakan sebuah nada untuk lirik-lirik yang mulai dia tulis. Ia merasakan begitu hancur dikala itu. Cinta berhasil mematahkan hati Vanno.
Senjaku….
Dalam hatiku terasa kau miliku
Senyummu membuat terasa terhanyut dalam sebuah anganku
Telah ku coba untuk menahan rasaku
Reff:Tiba-tiba kau datang membawanya
Terasa hancur dan lebur
Mungkin ini cinta yang terpatahkan
Belajar untuk tersenyum dalam kepalsuan
Kau seperti pelangi
Membuatku jatuh cinta
Tuhan mengapa harus bertemu
Jika hanya luka yang tertinggal…..
Reff: Tiba-tiba kau datang membawanya
Terasa hancur dan lebur
Mungkin ini cinta yang terpatahkan
Belajar untuk tersenyum dalam kepalsuan
Tegar dan tegakkan hati
Sanggup namun tak sanggup
Inilah nyanyian hati sang kekasih
Cinta hanya sebelah hati.
***&&&***