"Eh, kamu tahu nggak sich, Nat?!" Celetuk Cimol yang sedikit mengosip.
"Soal apa sich? Aduh kalau gosip itu aku nggak tahu ya, Mol. Karena aku bukan cowok yang suka banget rumpi kayak kamu. Kalau soal pelajaran insyaallah aku bisa." Kataku.
"Ya, ampun pelajaran lagi. Apa kamu nggak bosen sama pelajaran-pelajaran yang bikin kram otak kamu." Cimol menepuk jidatnya. " Ok kamu selalu nomer satu dalam soal pelajaran sekolah, tapi kamu selalu nol dalam pelajaran tentang cinta."
"Haisst kamu Cimol. Pakai soal cinta segala lihat tuch nilai pelajaran kamu yang selalu di bawah rata-rata. Dan, kamu selalu bikin bu Mutia naik darah."Ceplosku.
"Aduh, Nat. Untuk dia baru naik darah bukan naik gunung rinjani. Bisa-bisa kalau dia naik gunung Rinjani bukan jadi kisah cinta Romeo dan Rinjani tapi Romeo dan Mutia." Balas Cimol. " Eh salah maksudnya Marsono dan Mutia."
"Aduh susah ya kalau ngomong sama playboy stress. Yang otaknya nol dan pikirannya cuma koleksi wanita lama – lama kamu kayak butik wanita loh."Kataku.
Lalu aku dan cimol tertawa bersama.
***&&&***
Terlihat kerumunan banyak siswa laki-laki. Aku juga merasa penasaran sebenarnya ada apa? Tiba-tiba semilir angin datang. Aku begitu terkejut melihat keajaiban dunia yang muncul kembali. Oh rasanya ini seperti terkena virus jatuh cinta. Jantung berdetak terasa cepat. Bahkan tatapanku terasa focus ke dia. 'Apa ini yang namanya jatuh cinta pertama kali?'
"Nathan!"
Suara lembut itu memanggil namaku. Ini seperti mimpi. Namun, seperti biasa Cimol selalu maju duluan menghalangiku. Ya, sudahlah pasrah aja. Tapi, sayangnya ketika Cimol mendekat gadis itu malah mlengos begitu saja.
Deg, hatiku merasa tak karuan. Aku merasa begitu grogi saat senyumannya begitu melelehkan hati ini. Oh, aku sudah tidak peduli dengan yang ada disekitar.
Jleb, dia berdiri dihadapanku. Lalu dia memelukku, seakan hanya bisa terpaku. Aku merasa benar-benar terkejut dengan munculnya Maura gadis impian setiap pria.
Maura gadis bermata sipit dan memiliki bola mata berwarna coklat. Rambut sebahu berwarna hitam berkilau. Pipinya memiliki dua lesung pipit. Hidungnya begitu mancung. Senyumannya membuat hati abang Nathan meleleh.
Bel pun berbunyi. Semua itu mulai pudar. Bel memisahkan aroma tubuh gadis itu. Dan, meninggalkan harapan semoga sekelas.
***&&&***
Tik Tok Tik Tok, arloji ku terus berdetak dan berharap ada keajaiban. Suara langkah kaki pun terdengar begitu kas siapa lagi kalau bu Fatmawati. Ya memang sich namanya seperti nama penjahit bendera kebangsaan kita yaitu merah dan putih. Dan, seperti nama istri presiden kita yang pertama kali yaitu Bapak Ir. Soekarno.
Bu Fatmawati terkenal dengan seorang guru yang galaknya nak udzubillah. Ya, apalagi lirikan matanya buat semua mata tertunduk padanya. Oh, kalau marah seperti serigala yang siap menerkam mangsanya. Tapi, itu memang sadis sekali.
Aku juga masih ingat kejadian waktu Si Cimol lagi asyik chat dengan ponselnya. Tiba-tiba 'PRAK' sebuah penghapus papan tulis melayang ke wajahnya. Cimol hanya terdiam dan tidak berkutik. Biasanya Cimol berani merangkai kata-kata cinta untuk menjaring beberapa wanitanya. Tapi, saat berhadapan dengan wanita paruh baya yang berprofesi sebagai guru bahasa inggris ini. Dia benar-benar mati kutu.
Akhirnya, ponsel keluaran yang barusan tiga hari cimol beli tersita selama tiga bulan penuh. Cimol hanya bisa melongo aja. Bahkan, dia harus menghadapi kesialan pertama kali diputusin oleh sepuluh koleksi ceweknya. Dan, sialnya lagi ya pedekate yang sudah mencapai ubun-ubun dengan si Siti berakhir sudah.
Cimol pun melihat si Siti bersama lelaki berkacamata tebal bernama Suparno dari kelas IPA 1. Ya, memang Suparno jago banget pelajaran Fisika. Bahkan pernah meraih juara di olimpiade tingkat internasional di Jepang. Meskipun hanya runner Up, tapi tetep aja juara. Tapi, Si Siti memang cerdas tidak seperti gadis lainnya. Prinsip Siti yaitu cowok cerdas itu ganteng. Tapi, cowok otak nol itu jelek.
"Oh, iya sampai lupa dech. Tentang Maura bagaimana? Dan dimana sekarang?" Batinku sungguh berteriak saat ini.
Beberapa menit kemudian, Ibu kepala sekolah pun memasuki kelas kami. Setelah menasehati dan memberi motivasi terhadap kamu semua yang akan menyelesaikan ujian akhir kelulusan . Dan, akhirnya harapanku benar-benar nyata. Ini seperti moodboster di masa sulit.
Langkah kaki itu pun mendekat. Tiba-tiba kelas ini berasa sangat sejuk sekali. Kehadiran Maura membuatku begitu bersemangat. Dia mulai memperkenalkan dirinya dan dia memberikan alasan mengapa dia pindah ke sekolah kami. Dia memberi tahu kalau kepindahannya karena kebetulan orang tuanya di mutasi di kota ini. Singkat cerita dan akhirnya bu Fatma menyuruh dia duduk tepat di sampingku.
"Yes." Teriakku dalam hati.
Cimol sahabat terbaikku akhirnya mengalah. Dia di tempatkan sebangku dengan Maimunah. Padahal dia paling ilfil berdekatan dengan Maimunah.
Maimunah seorang gadis yang berambut panjang namun kutunya itu paling nggak nahanin. Kutunya suka terbang-terbang bebas. Dia seperti punya kebun binatang buat kutu-kutunya di rambutnya. Terus dia itu suka ingusan. Mungkin ingusnya bisa dimanfaatin sebagai campuran lem. Cimol merasa perutnya terasa begitu mual-mual berdekatan dengan Maimunah. Tapi, mungkin sebenarnya Maimunah tidak seburuk itu kalau sedikit di rubah penampilannya.
Tiba-tiba muncul ide-ide berlian Cimol. Untuk bawa Maimunah ke salon supaya dia tidak tersiksa dech. Ya, meskipun pengorbanan dengan sedikit uang.
***&&&***
Cimol berusaha browsing lewat mbah google lebih tepatnya. Dia berasa sibuk mikirin Maimunah. Dan, ide konyolnya muncul. Dia membawa Maimunah di tempat orang pemelihara monyet.
"Ya Allah!"
Aku sangat terkejut dengan ide sahabatku yang otaknya sedikit geser entah ke kanan atau ke kiri. Masa dia punya ide untuk si monyet mengambilin kutu Maimunah sampah habis.
Maimunah akhirnya kabur melihat monyet itu. Cimol berusaha membujuk Maimunah yang ada dia malah kepleset kulit pisang. Dan, akhirnya Cimol mengalami keseleo di pinggangnya.
Saat Cimol mengalami cedera. Sepanjang hari dia terus mengomel kayak emak-emak di Pasar. Dia begitu amat kesal dengan Maimunah. Dan, aku hanya bisa tertawa melihat tingkah Cimol. Tapi, jelaslah masa harus dengan monyet.
Ok kali ini aku akan bantu Cimol untuk make over Maimunah. Ya, barang kali Maimunah bisa jadi seperti inces Maura. Ya, biar Cimol itu klepek-klepek terus tobat dech.
***&&&***
Rencana pertama. Aku mencoba mengajak Maimunah buat jalan-jalan tapi yang pasti ke salon. Dan, rencana ini berhasil.
Sepulang sekolah ini aku membawa Maimunah ke Salon langganan nyokap aku. Di sini aku pesan ke mbak salonnya agar merubah gadis dekil ini. Sejam kemudian, Maimunah muncul dengan penampilan baru. Ini baru bisa dikatakan dengan kata "WOW!"
Hari ini kebetulan ulang tahun Cimol. Ini rencana aku buat kasih surprise ke dia. Semoga aja berhasil.
Pukul 12.00 malam.....
Akhirnya, sampai juga di rumah Cimol. Aku mengirim Maimunah ke Rumah Cimol dengan kue yang sudah di pesan tadi pagi. Maimunah masuk lebih utama.
Maimunah mengetuk pintu rumah Cimol. Perlahan pintu itu terbuka. Cimol yang berdiri di depan pintu itu yang semula kesal dengan adanya tamu malam yang menganggu isthirahatnya. Dan, dia juga mengomel-omel seperti emak-emak. So, really. Mata Cimol terbuka. Dia melongo karena kaget malem-malem ada gadis cantik berdiri di hadapannya dengan membawa kue. Gadis itu tersenyum menatap Cimol yang begitu terkejut.
"Cimol, ini aku Maimunah!"
Cimol pun merasa percaya dan tidak percaya kalau itu benar-benar Maimunah yang sering ia caci maki. Tapi, malam ini benar-benar seperti Princess. Cimol hanya terpaku dengan paras cantik gadis itu.
Maimunah merubah penampilan rambutnya menjadi potong ala korea sebahu dan berponi. Ingus yang tadinya bikin orang mual mendadak tidak ada. Dan, aroma tubuhnya begitu wangi tidak seperti biasanya bau busuk.
Tangan Cimol gemetar. Dia merasa seperti terpesona dengan Maimunah. Dan, mendadak rasa patah hatinya kepada Siti Surinem hilang begitu saja.
Dan, malam ini terasa begitu hangat. Bahkan sahabatnya Si Nathan juga datang. Dan, itu namanya cocok.
Mereka menghabiskan malam ulang tahun Cimol dengan bahagia. Seperti biasa Nathan memberikan lagu special untuk sahabatnya yang ia buat sendiri. Dan, petikan gitar memberikan nada pengiring dari sebuah lirik lagu itu yang telah ia ciptakan ketika hujan turun.
***&&&***
"Seakan sial, namun ternyata berkah"
Aku terhenti di sebuah halte bus, karena paku yang nancap tanpa permisi. Seakan pasrah untuk benar-benar telat masuk ke sekolah. "Oh My God!" Teriakku seakan mengema. Namun, entah kenapa kekesalan itu tiba-tiba saja meredup mungkin saja ada bidadari dadakan yang duduk di penungguan ini. Tapi, bidadari itu tidak asing lagi bagiku karena dia yang kunanti saat ini.
Aku merasa ini waktu yang tepat untuk pedekate ala – ala anak smu. Dia benar-benar begitu membuatku mendadak terjatuh cinta. Yang semula aku sangat tidak peduli akan cinta, tapi dia benar-benar sungguh menghipnotis seakan aku tak berdaya untuk tidak mencintainya. Ini seperti virus yang merengut seluruh hati ini.
Kini aku merasa kalau dia itu seperti pelangi. Namun, aku tak ingin keindahannya hanya sekejap. Bahkan, ini pertama kalinya aku jatuh hati terhadap seorang wanita.
"Hai." Sapaku sedikit gagap kepada bidadari yang turun dari surga cinta itu hingga melelehkan hati ini sampai ke ubun2.