There is only one happiness in life to love and be loved
(George Sand)
Hari ini, di bandara yang sama, mengingatkan Karina akan dua tahun yang lalu, saat pertama kali dirinya akan pergi menginjakkan kaki ke negeri Bollywood. Karina merasakan hal yang sama seperti yang ia rasakan dua tahun yang lalu, hanya saja pada kali ini, ia merasakannya lebih dari itu.
Karina akan terbang untuk yang kedua kalinya ke India bukan dengan tujuan yang sama. Tujuan pertamanya adalah untuk bertemu dengan sang idolanya, dan kali ini, ia berangkat dengan tujuan untuk hidup dan masa depannya. Karina masih tidak menyangka bahwa nantinya ia akan menghabiskan separuh hidupnya di negeri Bollywood bersama dengan pujaan hatinya.
Sudah keputusan Karina untuk menerima lamaran Arshad. Itu artinya bahwa ia juga sudah siap menerima Arshad untuk menjadi suaminya. Dan tentunya ia juga sudah siap untuk apapun yang akan ia lalui bersama Arshad ke depannya. Termasuk untuk tinggal di India bersama Arshad yang akan menjadi pendamping hidupnya.
Karena seorang istri harus ikut dimana pun suaminya berada. Itulah kewajiban seorang istri yang harus menemani suaminya. Sebenarnya, tak perlu memikirkan dimana kita akan tinggal, yang terpenting adalah dengan siapa kita akan tinggal. Jika kita bersama orang yang kita cintai, dimanapun kita berada, kenyamanan senantiasa akan tercipta dan membuat kebahagian tercipta pula. Intinya, kebersamaan itulah yang terpenting.
Make it simple. Live together with someone you love and love you, then happiness always there in your life.
* * *
Karina, Arshad, Malik dan juga Maya beserta keluarga Karina kini semuanya sudah berada dalam pesawat. Karina masih diam. Pada saat pesawat akan landing sampai kini pesawat sudah berada di atas awan pun Karina masih diam. Entah mengapa di relung hati kecil Karina masih ada sedikit kegelisahan yang menyelimuti.
Hal itu tentu saja membuat Arshad berpikir bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikiran Karina. Dirinya merasa ada sesuatu yang masih mengganjal di hati Karina dan ia tidak bisa diam saja melihat sikap diam Karina yang membuatnya bingung.
“Karin, boleh aku bertanya sesuatu padamu?” Arshad bertanya dengan nada lembut.
Hal itu tentu saja membuat Karina tersadar dari lamunannya yang sedari tadi menatap awan dari balik jendela. Karina pun menoleh ke arah Arshad dan mengangguk pelan.
“Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?” Arshad bertanya dengan lembut.
“Kuch nahin (Tidak ada).”
“Tetapi aku merasa ada sesuatu yang menggangu pikiranmu dan membuatmu terlihat gelisah. Katakanlah jika ada sesuatu yang ingin kamu katakan padaku.”
“Tidak ada yang menggangu pikiranku. Aku memang sedikit gelisah, tapi nanti pasti akan hilang kalau kita sudah mendarat. Mungkin karena aku sedikit jet lag,” ucap Karina. Ia tidak berbohong, karena sebenarnya ia juga tidak tahu pasti apa yang membuat dirinya merasa gelisah.
“Baiklah, kalau memang begitu,” ucap Arshad. “Boleh aku tanyakan sesuatu lagi padamu?” tanya Arshad sambil tersenyum. Sepertinya ia tidak ingin menyerah untuk mengetahui pasti dibalik kegelisahan Karina.
Karina pun tidak bisa untuk tidak ikut tersenyum, karena memang terbukti bahwa senyuman itu bisa menular, apalagi kalau senyuman itu berasal dari seseorang yang dicintai. “Jika sudah melihat senyummu seperti itu, aku tidak bisa menolak apapun yang ingin kamu tanyakan.”
“Aku ingin tahu alasan kamu menerima lamaranku. Bolehkan? Aku penasaran ingin tahu,” kata Arshad dengan ekspresi yang polos penuh harap sembari masih mengembangkan senyumannya.
“Kamu mau tahu alasanku? Tapi untuk apa?”
“Kamu tahu tidak, saat kamu mengatakan tidak bisa, nafasku benar-benar terasa seperti mau berhenti. Aku tidak tahu akan apa jadinya diriku ini seandainya kamu memang benar-benar menolak lamaranku. Aku pikir pasti ada satu alasan yang meyakinkan kamu, bukan?”
“Sebenarnya tidak ada alasan khusus untuk aku menerima lamaran kamu. Hanya saja aku tahu kalau kamu juga punya perasaan yang sama seperti yang kurasakan, walaupun aku tidak tahu pasti kapan aku menyadari hal itu. Aku juga percaya kalau kamu akan menepati janji kamu untuk menonton konser idola kita bersama. Jangan tanya kenapa aku bisa percaya akan hal itu.”
Arshad menganggukkan kepalanya mengisyaratkan bahwa dia mengerti. Merasa masih belum puas dengan yang dikatakan Karina, Arshad pun bertanya lagi, “Aur (Dan)?”
Karina mengernyitkan dahinya.
“Aku yakin dengan garis hidup yang ditakdirkan oleh Allah. Jika Allah menganugerahkan cinta ini dihatiku, aku yakin Ia punya rencana yang baik dibalik anugerah-Nya. Karena hal itulah, aku membiarkan rasa cinta ini bersemi dihatiku meski aku tidak tahu sampai berapa lama akan bertahan.” Karina mengungkapkan apa yang ada dipikirannya tanpa menoleh ke arah Arshad. Jujur, ia masih belum bisa menatap mata pria yang dicintainya itu sebelum ia halal untuknya.
“Aur (Dan)?”
“Aku sudah memasrahkan apapun yang akan terjadi dalam hidupku pada Allah. Apapun yang ditakdirkan-Nya untukku dan hidupku, insya allah aku siap menerimanya dan menghadapinya dengan ikhlas. Terutama dalam takdir cintaku yang telah digariskan oleh-Nya. Aku sudah berkomitmen bila ada seorang pria yang baik dan seiman yang bisa menjadi imam untukku dan dia datang padaku dan menyatakan niatnya untuk melamarku, insya allah aku akan menerimanya.”
“Aur (Dan)?”
“Dan aku menerima kamu karena aku percaya hal itu ada dalam dirimu.”
“Aur (Dan)?” Arshad lagi-lagi menanyakan hal yang sama berulang kali.
Karina bingung dengan Arshad. Ia sudah mengungkapkan semuanya, tapi Arshad masih tetap menanyakan hal yang sama.
“Aur kya hai (Dan apa lagi)?” Karina pun balik bertanya dan memberanikan diri menatap Arshad.
Pandangan keduanya pun bertemu. Seperti ada magnet dari sorot mata Arshad yang membuat Karina tidak bisa melepaskan pandangannya.
“I love you. Main tumse bohat pyar karti hoon. Aur… Insya allah, I’ll keep your faith and your love in my heart and I’ll keep my love only for you. Jab tak hai jaan (Aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu. Dan… Atas izin Allah, akan kujaga kepercayaanmu, cintamu dalam hatiku dana kan kujaga cintaku hanya untukmu. Selama aku masih hidup.).” Arshad mengucapkannya tanpa ada keraguan sedikitpun.
Dan seketika itu juga, Karina merasa kegelisahan yang dirasakannya hilang tak berbekas. Sudah tak ada lagi keraguaan yang menyelimuti pikiran dan hatinya setelah melihat kesungguhan dikedua mata teduh Arshad. Sebersit keyakinan akan kesungguhan dan ketulusan dalam ucapan Arshad perlahan mulai menyelimuti hatinya.
Karina tersipu malu dan tidak bisa berkata. Ia mengalihkan pandangannya kembali menatap awan dari balik kaca berusaha menyembunyikan wajahnya yang terasa memanas. Mungkin jika ia bisa melihat wajahnya di cermin ia bisa melihat warna kemerahan yang menyelimuti kedua pipinya.
Sementara itu, meski ucapan Karina pelan, namun masih bisa terdengar cukup jelas di telinga Arshad. Tentu saja hal itu membuat Arshad merasa sangat bahagia. Arshad pun merebahkan tubuhnya dan ia tersenyum ke arah Karina yang menatap ke arah awan dari balik kaca. Keduanya tersenyum dalam keheningan dan sibuk dengan pikirannya masing-masing.
‘Karin, aku berharap waktu akan berhenti agar aku bisa merasakan kebahagian ini lebih lama. Seperti ini. Kamu tersenyum, menatapku dengan malu dan mengalihkan pandanganmu dariku.’
* * *
Bandar Udara Internasional Chhatrapati Shivaji, Mumbai, India.
Atmosfer di bandara ini terasa berbeda dari sebelumnya. Itulah yang dirasakan oleh Karina begitu ia menginjakkan kakinya untuk yang kedua kalinya. Karina melihat punggung Arshad yang sudah berada di depannya bersama dengan Om Rudi dan Malik. Kelihatannya mereka berbincang santai seperti sudah akrab. Terlihat sesekali tawa dari mereka.
Sementara Maya sedang berbincang dengan Tante Ratih dan Kak Ratna. Karina tidak tertarik dan lebih memilih untuk memperhatikan sekelilingnya hingga ia pun memperlambat langkahnya. Waktu kali pertamanya sampai di bandara ini, ia tidak bisa menikmati pemandangan sekelilingnya karena pengaruh jet lag. Kali ini ia sudah mulai terbiasa.
Karina tidak bisa mengungkapkan betapa bahagianya dirinya saat ini. Ia pun membagikan statusnya di instagram.
Kedua kalinya mendarat di Mumbai. Tidak pernah terbayangkan momen paling bahagia ini. #mumbai #withmyfamily #happy #latepost.
Ponsel Karina kembali berdering saat ia hendak memasukkan ponselnya ke dalam tas. Icon instagram tertera di layar ponsel. Senyum terukir di wajah Karina begitu tahu ia mendapatkan kiriman foto posted by @iam_arshadkhan.
Alis Karina berkerut samar. Tidak butuh waktu lama baginya untuk memperhatikan foto yang di upload oleh Arshad. Dirinya ada di dalam foto itu saat sedang tersenyum menghadap kamera tanpa disengaja. Dan foto itu diambil saat Karina sedang membagikan statusnya melalui instagram beberapa menit yang lalu.
Karina menoleh ke depan. Ia cukup terkejut begitu melihat Arshad berdiri memandang ke arahnya tepat dihadapannya. Jarak keduanya hanya terpaut beberapa langkah saja. Hingga Karina bisa melihat dengan jelas senyum terukir manis di wajah tampan Arshad.
Arshad menyadari tatapan bingung Karina yang menginginkan penjelasan. Ia pun segera mengisyaratkan kepada Karina untuk kembali melihat layar ponselnya.
Karina mengangguk. Ia memang hanya melihat sekilas, ia belum tahu status yang di tulis oleh Arshad.
Her smile is a wonderful painting I’ve ever seen. Namaste Cinta. Welcome to India with your sweetheart @iam_arshadkhan. #smile #agreatday #mumbai #namasteaashiqui.
Karina kembali menoleh ke arah Arshad yang masih memandang dirinya dengan senyum yang terukir di wajahnya.
Keduanya saling memandang dan melempar senyum terindah. Tak ada satu patah katapun terucap. Hanya saling melempar pandangan yang mampu mengungkapkan semua perasaan bahagia dan cinta yang dirasakan satu sama lain.
- The End –