Loading...
Logo TinLit
Read Story - Puggy Humphry and the Mind Box
MENU
About Us  

                   Château d’Laurel, Belley.

                    Pukul 22:12 malam.

 

                    Jika rencana ini meleset, kami akan mampus! Itu dikajinya sekali lagi. Rencana Anak Stalin memang berani dan memerlukan perhitungan cermat. Jika berhasil, semua beres. Dan Soldat yang hebat itu mendapat kebanggaan. Jika gagal ....

                    Sudahlah, waktu bercemas-cemas sudah lewat. Sekarang waktunya berbuat!

                  *****

                    Dengan bersitumpu pada tumit dan tangan, Leon Aruoet Sagrat membeku di sudut kamarnya. Sebuah siluet bergerak ke arah pintu. Sangat lebar dan tinggi. Nyaris seketika pintu terbuka. Perlahan, dengan takut-takut, Leon berpaling ke arah pintu. Beberapa yard darinya, seorang lelaki tinggi-besar bergerak mendekat. Mata birunya yang berkilau-kilau tajam, tampak seperti mata hantu dalam kegelapan. Leon meringkuk semakin dalam. Seluruh tubuhnya bergetar ketakutan. Mata lelaki itu menembus ke dalam mata Leon. Ada kilatan liar yang berbahaya membara di sana. Dia mencabut pistol berperedam dari saku mantelnya, dan memakukan tembakan ke kepala Leon.

                    “Katakan, di mana benda itu. Kau mengetahuinya, bukan?” aksen lelaki itu sulit ditentukan asalnya.

                    Secara refleks Leon memegangi kepala, mencoba melindungi diri dengan sia-sia. “Sudah kukatakan, benda itu tak ada padaku. Aku tidak tahu.”

                    “Kau bohong! Kau pikir aku tidak tahu kau yang menyimpan benda itu, Flag?” tatapan tajam lelaki itu memancarkan niat siap membunuh.

                    Leon merasakan desiran adrenalin. Bagaimana mungkin dia tahu hal ini?

                    “Sebaiknya kau katakan di mana, dan kau akan hidup.” Dia berancang-ancang meletupkan tembakan mematikan.“Apakah benda itu sebuah rahasia yang harus kau jaga sampai mati?”

                    “Aku tidak tahu—tak akan kuberitahu!”

                    “Bangsat, enyah kau ke neraka!”

                    Pistol menyalak, dan Leon merasakan panas yang menyengat, ketika sebutir peluru membenam ke dalam kepalanya. Cairan merah lengket menyembur di atas pelipis kanannya, mengalir turun ke pipi dan leher. Leon tersengal-sengal, berjuang mengangkat dagu untuk dapat menatap penyerangnya. “Dasar tolol!” seru Leon. Suaranya melengking aneh. “Kalau aku mati, kalian semua mampus! Camkanlah, benda itu akan menghancurkan kalian.”

                    “Ah, itulah yang dikatakan si tua Georges sebelum mati. Harusnya kau lihat bagaimana orang tua itu merengek seperti bayi.”

                    Leon tak dapat bernapas.

                    “Aku sudah selesai,” sambungnya. Lelaki itu berbalik dan pergi.

                    Kesadaran yang mendadak menghantam Leon bagai gelombang kejut. Kejelasan pikiran yang aneh, yang tidak menyerupai sesuatupun yang pernah dialaminya muncul dari dasar ingatannya. Mereka semua dalam bahaya! Rencana kami telah diketahui musuh. Dada Leon terasa sesak membayangkan bagaimana semua itu dapat terjadi. Dan kesadaran itu kini menjadi ironi tertinggi dalam hidupnya. Sekarang, rasa takut yang mencengkeram dirinya jauh lebih besar daripada ketakutan akan kematiannya. Sambil mengerang kesakitan, Leon menyadari kengerian akibat kesalahan yang dibuatnya. Leon menutup mata. Pikirannya adalah pusaran beliung rasa ngeri dan sesal. Aku harus melakukan sesuatu, tapi dia tidak berdaya. Di luar sayup-sayup terdengar langkah kaki mendekat dari arah lorong. Leon membuka matanya. Beberapa saat kemudian, yang terjadi adalah sebuah kekaburan. Keributan yang tidak terdengar seperti suara manusia, jeritan panjang penuh kengerian layaknya binatang tersiksa yang akan mati, dan wajah-wajah para pelayannya yang melayang di atas kepala Leon. Mereka mencoba menolong. Tetapi Leon tidak menginginkan pertolongan—sudah terlambat. Dengan mengumpulkan segenap daya yang dimiliki, Leon menyeka mata birunya, dan menjulurkan tangannya yang gemetar dengan susah payah. Lihatlah tanganku! Wajah-wajah di sekitarnya menatap dirinya, tetapi dia tahu mereka tidak mengerti. Pada jari Leon terdapat sebuah cincin emas berukir. Untuk sejenak, ukiran di cincin itu berkilau tertimpa cahaya lampu. Walaupun gagal menemukan pemecahan, prospek kematian tampaknya memotivasi setiap sel dalam tubuh Leon untuk mencari jalan lain. Berpikirlah! Dengan setiap detik yang berlalu, Leon mulai merasa tubuhnya dikuasai perasaan mati-rasa yang mengerikan. Seakan dagingnya sendiri siap melindungi pikiran dari sakitnya kematian. Darahnya menjadi sedingin es. Ketika dingin itu naik ke seluruh tubuhnya, dia merasakan ketakutan yang tak dimengertinya. Aku harus melakukan sesuatu. Harus! Tiba-tiba, seolah mendapat kekuatan dari Tuhan, Leon menegakan badan dan berkata, “Yonathan pernah melakukannya, David.” Tetapi kekuatan yang diberikan Tuhan tidak cukup membuat suara Leon terdengar jelas.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

16 4 49 27 0 0
Submit A Comment
Comments (183)
  • SusanSwansh

    @kania_young terima kasih, Sob. Hehe

    Comment on chapter Prolog
  • kania_young

    dari bahasa dan ceritanya yg greget hihi...

    Comment on chapter Prolog
  • SusanSwansh

    @raditiya Terimakasih, Kak. Saya akan belajar lebih giat lagi. Dan barusaha tetap konsisten.

    Comment on chapter Prolog
  • raditiya

    Openingnya bikin penasaran. EBI lumayan rapi. Penguasaan KBBI juga lumayan. Tapi saya suka gaya bercerita sama pemilihan diksinya. Unik dan pas.

    Comment on chapter Prolog
  • SusanSwansh

    @raduash terimakasih, Sob. Tetap semangat. Meskipun sinyalnya lesu. Heheeee

    Comment on chapter Prolog
  • jackalf

    Bagus ceritanya rapi banget kak! Kayaknya udah pro ini penulisnya. Semangat kak!

    Comment on chapter Prolog
  • SusanSwansh

    @dirmanrohani insyaallah selesai Sob. Aamiin. Hehehe. Omong-omong naskahnya mana nih? Jadi ikutan kan?

    Comment on chapter Prolog
  • dirmanrohani

    Semoga bisa finish sebelum deadline. Semangat menulis.

    Comment on chapter Prolog
  • SusanSwansh

    @Wian makasih Sob.

    Comment on chapter Bab 7
  • Wian

    Deskripsinya keren. Bikin penasaran. Ceritanya juga bagus. Mencuri perhatian di start.

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
IMAGINATIVE GIRL
2765      1370     2     
Romance
Rose Sri Ningsih, perempuan keturunan Indonesia Jerman ini merupakan perempuan yang memiliki kebiasaan ber-imajinasi setiap saat. Ia selalu ber-imajinasi jika ia akan menikahi seorang pangeran tampan yang selalu ada di imajinasinya itu. Tapi apa mungkin ia akan menikah dengan pangeran imajinasinya itu? Atau dia akan menemukan pangeran di kehidupan nyatanya?
Kaichuudokei
8080      2048     5     
Fantasy
“Suatu hari nanti aku akan mengubahnya. Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk melakukannya. Bagaimanapun caranya. Jadi, saat waktu itu tiba, jangan menghalangiku!” (Nakano Aika) “Aku hanya ingin mengubahnya.. aku tidak ingin itu terjadi, aku mohon.. jika setelah itu kalian akan menghapus semua ingatanku, tidak masalah. Aku hanya tidak ingin menyesali sesuatu selama hidupku.. biarka...
ketika hati menentukan pilihan
392      295     0     
Romance
Adinda wanita tomboy,sombong, angkuh cuek dia menerima cinta seorang lelaki yang bernama dion ahmad.entah mengapa dinda menerima cinta dion ,satu tahun yang lalu saat dia putus dari aldo tidak pernah serius lagi menjalani cintanya bertemu lelaki yang bernama dion ahmad bisa mengubah segalanya. Setelah beberapa bulan menjalani hubungan bersama dion tantangan dalam hubungan mereka pun terjadi mula...
LELAKI DI UJUNG JOGJAKARTA
3622      1114     0     
Romance
Novel yang mengisahkan tentang seorang gadis belia bernama Ningsih. Gadis asli Jogja, wajahnya sayu, kulitnya kuning langsat. Hatinya masih perawan belum pernah mengenal cinta sampai saatnya dia jatuh hati pada sosok lelaki yang saat itu sedang training kerja pada salah satu perusahaan besar di Jogjakarta. Kali ini Ningsih merasakan rasa yang tidak biasa, sayang, rindu, kangen, cemburu pada le...
Begitulah Cinta?
17875      2699     5     
Romance
Majid Syahputra adalah seorang pelajar SMA yang baru berkenalan dengan sebuah kata, yakni CINTA. Dia baru akan menjabat betapa hangatnya, betapa merdu suaranya dan betapa panasnya api cemburu. Namun, waktu yang singkat itu mengenalkan pula betapa rapuhnya CINTA ketika PATAH HATI menderu. Seakan-akan dunia hanya tanah gersang tanpa ada pohon yang meneduhkan. Bagaimana dia menempuh hari-harinya dar...
AILEEN
6080      1303     4     
Romance
Tentang Fredella Aileen Calya Tentang Yizreel Navvaro Tentang kisah mereka di masa SMA
Forestee
491      346     4     
Fantasy
Ini adalah pertemuan tentang kupu-kupu tersesat dan serigala yang mencari ketenangan. Keduanya menemukan kekuatan terpendam yang sama berbahaya bagi kaum mereka.
Your Secret Admirer
2297      796     2     
Romance
Pertemuan tak sengaja itu membuat hari-hari Sheilin berubah. Berubah menjadi sesosok pengagum rahasia yang hanya bisa mengagumi seseorang tanpa mampu mengungkapkannya. Adyestha, the most wanted Angkasa Raya itulah yang Sheilin kagumi. Sosok dingin yang tidak pernah membuka hatinya untuk gadis manapun, kecuali satu gadis yang dikaguminya sejak empat tahun lalu. Dan, ada juga Fredrick, laki-l...
Nothing Like Us
36470      4574     51     
Romance
Siapa yang akan mengira jika ada seorang gadis polos dengan lantangnya menyatakan perasaan cinta kepada sang Guru? Hal yang wajar, mungkin. Namun, bagi lelaki yang berstatus sebagai pengajar itu, semuanya sangat tidak wajar. Alih-alih mempertahankan perasaan terhadap guru tersebut, ada seseorang yang berniat merebut hatinya. Sampai pada akhirnya, terdapat dua orang sedang merencanakan s...
Phased
6290      1838     8     
Romance
Belva adalah gadis lugu yang mudah jatuh cinta, bukan, bukan karena ia gadis yang bodoh dan baperan. Dia adalah gadis yang menyimpan banyak luka, rahasia, dan tangisan. Dia jatuh cinta bukan juga karena perasaan, tetapi karena ia rindu terhadap sosok Arga, abangnya yang sudah meninggal, hingga berusaha mencari-cari sosok Arga pada laki-laki lain. Obsesi dan trauma telah menutup hatinya, dan mengu...