Loading...
Logo TinLit
Read Story - LARA
MENU
About Us  

Dalam diam, aku masih tenggelam dalam lautan kesepian tak bertepi yang membawa jiwa ku yang berperan sebagai kapal tak bernakhoda terombang-ambing diatas nya. Aku masih berada ditempat ku yang semalam, didepan meja kayu yang diatasnya ada setumpuk novel yang menunggu untuk ku baca, dan beberapa menit yang lalu, aku baru saja terbangun dari tidur yang ku anggap singkat ini.

Aku mendongakkan kepala, dan mendapati jika cahaya mentari sudah menyeruak masuk sedari tadi, membuat suhu ruangan disini naik beberapa derajat dibandingkan semalam. Sepanjang ini, aku masih melamun, masih memikirkan apa cerita yang baru ku alami dalam mimpiku. Mimpi yang selalu datang dalam setiap malam ku, mimpi yang secara garis besar hampir selalu memiliki cerita yang sama. Tentang seseorang, orang yang sama. Tentang dia, yang kini telah pergi meninggalkan ku di dunia nyata, namun selalu mendatangi ku di alam mimpi.

Apa perlu ku ceritakan pada kalian tentang siapa 'dia' yang ku maksud? Jika kalian berkenan, baca saja sampai habis halaman-halaman ini, akan ku ceritakan segala nya, semua nya, tentang dia yang membuat ku harus terkurung didalam ruang kesendirian ku, ruang kesedihan ku. Dia adalah sebabnya, walaupun bukan satu-satu nya.

Akan ku bagi lara ini pada kalian, kalian yang membaca nya. Bukan bermaksud untuk berbagi nestapa, tidak. Aku hanya bermaksud untuk berbagi pengalaman, murni hanya karena itu.

Akan ku awali dengan pertemuan awal ku dengannya yang terkesan seperti disengaja oleh Sang Maha Kuasa. Takdir ku dan takdirnya, entah bagaimana bisa bersinggungan satu sama lain, membentuk satu cerita indah, dan satu cerita pahit yang sempurna.

Hari itu, langit seakan tahu bagaimana rasa yang sedang ku alami. Ia mewakili perasaan ku, dengan memunculkan sekelompok gumpalan awan hitam yang disertai petir, aku yang saat itu masih berada dalam perjalanan pulang sekolah, terpaksa harus mencari tempat untuk melindungi diri dari terpaan hujan yang mengguyur permukaan bumi.

Namun, alih-alih mendapatkan tempat untuk berteduh, aku justru mendapatkan tumpangan gratis dari salah seorang--yang saat itu masih ku anggap menjadi--sahabat ku, Satya.

Ia menawari ku tumpangan, dan dengan ringan hati aku langsung menerima tawarannya itu.

Perlu kau ketahui, Satya membawa kendaraan beroda empat, yang otomatis jika keadaan sedang hujan seperti waktu itu, ia aman, tak terkena hujan, berbeda dengan ku yang saat itu masih mengendarai kendaaran roda dua.

Ia menyuruh ku untuk duduk dibelakang, karena kursi disampingnya telah diisi oleh seseorang, kalau tidak salah kekasih nya. Aku yang waktu itu telah diberi tumpangan gratis, langsung saja meng-iya-kan tawarannya, dan berkat tawaran Satya itu, aku bisa berkenalan dengan orang yang membuat ku mendapatkan sebuah luka, gadis itu, Amara, sahabat kekasih Satya.

Aku duduk bersampingan didalam mobil, awalnya canggung, tapi seiring berjalannya waktu, dan karena kondisi dan suasana yang mendukung, aku jadi berbincang dengannya, dengan Amara. Berawal dari pembahasan asal, tentang film yang baru saja diputar di bioskop, tentang keadaan, tentang hujan, tentang hobi ku, hobinya, dan yang terakhir tentang masalah hati.

Dan seakan telah direncanakan, saat aku dan Amara sedang asik berbincang mengenai masalah hati kami, Satya justru telah membawa mobilnya masuk ke pekarangan rumah Amara, jadinya pembahasan kami terputus. Aku yang jeli, melihat ada kesempatan. Sebelum Amara benar-benar turun, aku meminta kontaknya yang bisa aku hubungi, sekedar untuk melanjutkan pembahasan kami yang tak usai itu, dan dari situ modus-modus ku keluar, semuanya tanpa ada rasa segan.

Akhirnya, setelah kurang lebih dua pekan, aku mencoba mengutarakan apa yang selama ini ku rasa padanya. Tidak melalui telfon, atau perbincangan daring. Aku mengungkapkan rasa ku secara langsung, dan saat mendengar pengakuan ku, ia hanya tertawa. Pikir ku, ia akan menolak dengan dalih enggan untuk berpacaran, dan ternyata aku salah. Ia membalas rasa ku, dan sejak saat itu kami resmi menjalin sebuah hubungan.

Seperti pasangan remaja yang sedang di mabuk asmara, aku dan Amara sering kali menghabiskan waktu berdua. Telfonan sampai lupa untuk tidur, berkeliling kota hanya sekedar untuk mengusir kebosanan, menonton film, membantu mengerjakan tugas, dan yang lainnya. Kami sangat bahagia, setidaknya pada setengah tahun pertama. Sesaat setelah melewati peringatan setengah tahun hubungan ku dengan Amara, semuanya perlahan menjadi kusut.

Masalah mulai timbul, dari dalam maupun dari luar hubungan kami. Saat itu aku sedang mengalami masalah keluarga, tentang perselingkuhan ayah ku. Karena hal itu, aku menjadi pribadi yang emosian, dan seringkali Amara menjadi pelampiasan kekesalan ku.
Ku akui, itu salah, dan Amara memaafkan ku. Lanjut lagi, kali ini dari luar hubungan kami. Aku menemukan sebuah bukti, perselingkuhan Amara.

Aku merasa masalah ini terlalu berlebihan jika disebut sebagai perselingkuhan, tapi kenyataan nya memang seperti itu, tak peduli seperti apa bentuknya, mendua tetap mendua, tak ada nama nya mendua karena khilaf, kalaupun ada, kau tetap mendua.

Waktu itu aku tak sengaja menemukan riwayat obrolan Amara dengan seorang laki-laki lain, aku tak curiga, karena ku pikir itu temannya. Tapi sikap Amara justru mengungkap bangkai yang ia sembunyikan, ia merasa panik, takut kebohongan yang ia sembunyikan akan ketahuan, dan pada akhirnya, aku tahu hal itu.

Aku marah, sedikit kecewa, namun pada akhirnya memilih untuk berbaikan. Lanjut ke masalah lain, kali ini tentang aku. Masih berhubungan dengan masalah keluarga, tapi kali ini tentang ibu ku yang semakin lama kondisinya semakin drop. Ia di diagnosa mengalami gagal ginjal, dan kerusakan hati. Tak sampai dua bulan setelah diagnosa itu keluar, ibuku berpulang. Ayah ku tak datang, dan aku semakin membenci nya.

Sebab dari itu semua, aku jarang berkabar dengan Amara. Dan akibatnya, masalah Amara kembali terulang. Aku mengetahui jika ia kembali mendua, kali ini dengan sahabat ku, Satya. Saat mengetahui itu, aku sedang berduka, dan parahnya sahabat ku justru menusuk jiwa ku dengan tindakannya, sedangkan kekasih ku menampar raga ku dengan perlakuannya. Aku hancur karena mereka.

Langit seakan runtuh, menimpa ku, dan tak memberi ku ampun. Dunia ku terbelah, dan akhirnya hancur. Pikiran ku mulai keruh, hati ku mulai gelap, untungnya pandangan ku masih cukup jernih.

Dulu, aku pernah berkata pada Amara, menggombal. Ku katakan padanya; Aku tak perlu memiliki seisi dunia untuk merasakan bahagia, cukup memiliki dirimu saja, maka duniaku akan ikut bahagia.

Dan sekarang, gombalan itu masih berlaku, tetapi dengam versi yang lain; Tak perlu susah payah menghancur kan dunia ku, kau cukup berkhianat, melukai ku, sampai aku terluka, maka dunia ku, akan hancur tak bersisa.

Aku hancur sehancur-hancur nya saat Amara meminta ku untuk mengakhiri semua nya. Mengakhiri hubungan yang sudah ada sejak setahun yang lalu. Aku tahu, ini bukan segalanya, dan bukan akhir. Tapi, ku pikir kau juga tahu, bagaimana rasanya jika kau berada di posisi ku.

Kau mendapati orang yang kau sayang mengkhianati mu, dan dalam hati mu, kau ingin memaafkannya. Tapi pada kenyataan nya, orang itu justru meminta mu untuk tidak memaafkan kesalahannya, semata-mata hanya untuk menjadikan kesalahannya sebagai sesuatu yang benar.

Amara mengatakan pada ku, melalui lisannya, secara sadar. "Aku sudah keterlaluan, kau harus memutuskan ku." Akupun membalas pernyataannya dengan hati yang tak tenang. "Kita masih bisa membicarakan ini." Tapi balasannya, justru membuat ku mati akal. Lidah ku menjadi kelu. Ludah tersangkut di tenggorokan ku. Jantungku berdegup kencang. Nafas ku memburu tak karuan. "Tidak, putuskan aku. Aku lebih memilih Satya, daripada kau."

Aku hanya terdiam saat mendengar penjelasan gadis yang dulu ku sayangi itu. Aku mencerna perkataanya, dan berharap jika ia hanya sedang bergurau. "Ulangi sekali lagi," kataku karena belum bisa menerima kenyataan. "Satya, lebih baik dari kau, jadi sebaiknya kau pergi." Dan setelah itu, aku terdiam.

Demi apapun, aku sudah mengutuk Amara dan Satya. Dua mantan ku, pacar dan sahabat, yang memilih untuk bersatu dan menjadikan status mereka berubah menjadi pengkhianat ku.

Aku sangat membenci Satya, tak peduli sebaik apa dia. Tak peduli sebanyak apa utang budi yang harus ku bayar padanya. Satya mengambil dunia ku, Amara, ia mencuri Amara dari ku. Aku sangat marah pada nya.

Begitu juga dengan Amara, aku sangat kecewa pada gadis pujaan ku itu. Gadis yang ku sayangi, gadis yang menjadi dunia ku, yang menjadi sistem dukungan ku, hormon endorphine ku.

Aku sangat kecewa padanya. Dan setiap ada yang bertanya, bagaimana pendapat ku tentang Amara. Aku selalu mengutarakan pendapat ku yang paling menjijikan, paling kotor, paling hina, paling sadis untuk menggambarkan kekecewaan ku.

Tapi, diam-diam, aku justru sedang memainkan sandiwara. Jauh didalam hati ku, Amara masih menjadi satu-satunya entitas yang ku sayangi. Satu-satunya jiwa yang membuat ku tenang. Satu-satunya hati yang bisa membuat ku bahagia. Aku masih sangat menyanyangi Amara. Dan berat hati, aku harus mengatakan jika aku bersandiwara, bermain peran, seolah-olah membenci Amara, namun pada kenyataannya masih sangat menyayangi gadis itu.

Sudah cukup membuat ku kembali mengenang, sekarang mata ku sudah panas. Aku tak mau kelepasan, meneteskan air mata. Walaupun itu manusiawi, tapi itu tetap hina. Karena kau meneteskan air mata untuk pengkhianat.

Aku beranjak pergi dari kursi dan meja kayu, mengambil handuk di gantungan, lalu berjalan kearah kamar mandi untuk membasuh badan.

Hari baru dimulai, dan aku sudah memulai nya dengan membuka luka. Tak apa, sore nanti aku akan bahagia, bagaimana caranya? Aku juga tak tahu, serahkan saja pada Tuhan, karena sebenarnya, Dia bisa dengan mudah membalikan keadaan, semudah membalikan telapak tangan bagi-Nya.

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinta dan Benci
4571      1386     2     
Romance
Benci dan cinta itu beda tipis. Bencilah sekedarnya dan cintailah seperlunya. Karena kita tidak akan pernah tau kapan benci itu jadi cinta atau sebaliknya kapan cinta itu jadi benci. "Bagaimana ini bisa terjadi padaku, apakah ini hanya mimpi? Apakah aku harus kabur? Atau aku pura-pura sakit? Semuanya terasa tidak masuk akal"
TAKSA
385      297     3     
Romance
[A] Mempunyai makna lebih dari satu;Kabur atau meragukan ; Ambigu. Kamu mau jadi pacarku? Dia menggeleng, Musuhan aja, Yok! Adelia Deolinda hanya Siswi perempuan gak bisa dikatakan good girl, gak bisa juga dikatakan bad girl. dia hanya tak tertebak, bahkan seorang Adnan Amzari pun tak bisa.
Past Infinity
218      184     0     
Romance
Ara membutuhkan uang, lebih tepatnya tiket ke Irak untuk menemui ibunya yang menjadi relawan di sana, maka ketika Om Muh berkata akan memenuhi semua logistik Ara untuk pergi ke Irak dengan syarat harus menjaga putra semata wayangnya Ara langsung menyetujui hal tersebut. Tanpa Ara ketahui putra om Muh, Dewa Syailendra, adalah lelaki dingin, pemarah, dan sinis yang sangat membenci keberadaan Ara. ...
Popo Radio
10684      2054     19     
Romance
POPO RADIO jadi salah satu program siaran BHINEKA FM yang wajib didengar. Setidaknya oleh warga SMA Bhineka yang berbeda-beda tetap satu jua. Penyiarnya Poni. Bukan kuda poni atau poni kuda, tapi Poni siswi SMA Bhineka yang pertama kali ngusulin ide eskul siaran radio di sekolahnya.
BELVANYA
325      222     1     
Romance
Vanya belum pernah merasakan jatuh cinta, semenjak ada Belva kehidupan Vanya berubah. Vanya sayang Belva, Belva sayang Vanya karna bisa membuatnya move on. Tapi terjadi suatu hal yang membuat Belva mengurungkan niatnya untuk menembak Vanya.
complicated revenge
20318      3117     1     
Fan Fiction
"jangan percayai siapapun! kebencianku tumbuh karena rasa kepercayaanku sendiri.."
Hei cowok...I like you
753      484     1     
Romance
Hei cowok...i like you, kalimat itulah yang keluar dari mulut cewek berwajah pas-pasan kepada cowok berparas tampan yang wajahnya gak kalah cakep dengan cowok-cowok korea.
TeKaWe
1089      594     2     
Humor
bagaimana sih kehidupan seorang yang bekerja di Luar Negeri sebagai asisten rumah tangga? apa benar gaji di Luar Negeri itu besar?
Surat Kaleng Thalea
4009      1134     2     
Romance
Manusia tidak dapat menuai Cinta sampai Dia merasakan perpisahan yang menyedihkan, dan yang mampu membuka pikirannya, merasakan kesabaran yang pahit dan kesulitan yang menyedihkan. -Kahlil Gibran-
Unknown
235      192     0     
Romance
Demi apapun, Zigga menyesal menceritakan itu. Sekarang jadinya harus ada manusia menyebalkan yang mengetahui rahasianya itu selain dia dan Tuhan. Bahkan Zigga malas sekali menyebutkan namanya. Dia, Maga!