"Yeeeee..... selamat dataaaaang!!!!!!" kata Krystal, Lascrea,Kelvin, dan Gilang bersamaan setelah mendapati pintu utama terbuka dan langsung menekan confetti di tangan masing-masing.
Kharis yang sedang berjalan dan becanda dengan Seira lagsung memegang dadanya saking terkejutnya.
Sedangkan para orang tua hanya bisa tersenyum menyaksikan kelakuan anak-anaknya. Yaa... ini sudah mencapai hari kelima dimana Kharis bangun dari tidurnya, sehingga ia bisa kembali ke sini, di rumahnya.
"kalian ngapain pake acara beginian sih... tuh kan lantainya jadi kotor" mereka berempat membulatkan mulutnya, atas apa yang dikatakan Kharis.
"kok ngomel sih, dimana-mana kalau orang baru pulang dari rumah sakit, trus disambut itu mereka seneng, loncat-loncat bahkan. Kenapa kakak malah ngomel?" kata Gilang tak percaya..
"lo kayanya seneng banget ya sama orang dimana-mana? Dari kemarin itu aja omongan lo, inget ya... gue itu nggak sama kaya yang dimana-mana" Gilang menghembuskan nafas kesalnya terhadap calon kakak iparnya itu.
Nggak adik, nggak kakaknya sama aja ternyata batin Gilang kesal. Bagaimana tak kesal coba? Kemarin juga Krystal menjawab seperti itu, tak bisakah mereka pura-pura senang sedikitpun untuk usahanya? Huuufftt...
"iya iya... terserah kakak lah, ya udah ayo masuk" jawab Gilang akhirnya.
"kenapa jadi kamu yang nyuruh masuk? Ini kan mansion keluarga aku" kata Kharis menimpali dengan melangkahkan kakinya menuju sofa yang sudah banyak makanan di mejanya.
"kalian ini tak ribut sehari bisa tidak? Kamu juga Kharis, baru sembuh aja udah bikin orang kesel. Setidaknya hargai usaha mereka" sahut Dela yan sudah duduk di sofa depan Kharis. Yang dinasehati hanya memamerkan cengirannya, menampilkan gigi putihnya.
"iya-iya mom, Kharis juga bercanda doang tadi, nggak serius kok"
"kalian ngapain berdiri di sana? Nggak mau duduk?" lanjutnya menatap keempat adik-adiknya.
Mereka sontak tersenyum senang, mengingat usaha mereka yang tak sedikit untuk membuat tempat ini layaknya tempat pesta. Karna semua kue-kue yang sedang di makan Kharis itu asli buatan Krystal dan Lascrea. Dari mereka yang tak pernah mengenal yang namanya kompor, hingga mereka rela-relakan untuk memasak dan mengenal kompor maupun penggorengan.
Sedangkan Gilang dan Kelvin mendekorasi ruangan ini, yang ternyata tak semudah yang mereka pikirkan, butuh waktu tiga jam hanya untuk mendekorasi tempat ini. Belum lagi dengan balon-balon yang dengan rela mereka tiup satu persatu. Sungguh mengesalkan bukan jika usaha kalian yang sudah sampai seperti itu diabaikan begitu saja.
"Gilang, kamu mau pulang kapan? Papi mau balik duluan nih, ada urusan di kantor"
"ntar aja lah, Gilang pengen di sini dulu, mami juga di sini kan?"
"nggak, mami ikut sama papi kamu, mami pengen tidur" jawab Sonya enteng.
"ya udah kalau gitu Gilang tetep di sini. Tenang aja, Gilang tau jalan pulang kok" jawab Gilang akhirnya dengan cengirannya.
"ya udah kita pulang dulu ya Del, Rom" kata Jimi mengakhiri pembicaraan mereka.
Sonya dan Romy segera berdiri dari duduknya dan menuju ke depan untuk mengantar sahabat lama mereka pulang.
"Krys, kita ke atas dulu ya, kalian ngobrol-ngobrol aja dulu" Krystal hanya mengangguk menjawab perkataan mommynya itu.
Tak lama setelah kepergian mommy dan dadynya itu, mereka serentak terdiam, tak tau harus membicarakan apa. Lascrea yang biasanya selalu tak kehabisan topik kini hanya diam di tempat sembari memakan makanan ringan yang ia buat tadi.
Kelvin apa lagi. Dia hanya diam sesekali menyuapi Lascrea dengan makanan yang berbeda dari yang Lascrea pegang. Jika ia menjadi pembuka topik, maka dipastikan dirinya sendiri yang akan beralih menjadi topik itu sendiri karena bullyan dari Kharis maupun Gilang. Jadi tak ada masalah kan jika cari aman?
Jangan tanyakan Krystal. Karna dirinya selalu sibuk dengan benda persegi panjang di tangannya itu. Hanya Gilang yang dapat mengalihkan benda persegi panjang itu dengan mengodanya. Itu saja masih butuh perjuangan extra. Bahkan kini Gilang tak menampakkan dirinya ingin menggoda Krystal. ia lebih terlihat gelisah dibanding tersenyum. Sejak kepergian kedua orang tuanya tadi, ia tampak memikirkan sesuatu.
Kharis tak memperdlikan kediaman mereka, ia lebih memilih untuk saling melempar senyum kepada wanita di sampingnya dengan sesekali saling menyuap makanan yang telah dibuat oleh adiknya itu. Apa pedulinya jika mereka ingin diam, yang terpenting dia bisa bersama Seira sepanjang waktu ini.
"ekhem" hingga deheman Gilang mengalihkan semua perhatian mereka dari aktivitas mereka. Memfokuskan pandangan mereka ke arah Gilang.
"kalian bahagia bukan?" Kharis hanya menaikkan sebelah alisnya, tak mengerti ucapan Gilang akan mengarah kemana.
"semua masalah sekarang sudah berakhir. Apa kalian tak senang?" lanjutnya lagi dengan tenang. Mungkin ini waktunya.
"kita tak tau kedepannya bagaimana, bisa jadi masalah yang akan terjadi ke depan akan sangat menyulitkan ku. Jadi tak ada alasan buat aku bahagia sekarang. Bukankah bersedih dahulu lebih baik kemudian esok bahagia? Dan kurasa ini terlalu awal untuk menyebut kata bahagia" jawab Krystal enteng yang sudah meletakkan handphonenya di atas meja dan memfokuskan semua perhatiannya ke arah Gilang ketika mendengar apa yang ia katakan selanjutnya.
"ya aku tau itu. Dan mungkin kita. Aku dan kamu. Yang akan sangat kesulitan"
"maksudmu?" tanya Krystal tak mengerti. Bahkan Kelvinpun ikut memusatkan perhatiannya. Menantikan apa yang akan diucapkan Gilang selanjutnya. Setahunya, Gilang tak pernah terlihat seserius ini dalam membicarakan suatu hal.
"Krys, apa kamu bahagia bersamaku?" kata Gilang dengan menatap manik mata Krystal serius.
"kenapa bertanya seperti itu?" Gilang memejamkan matanya sebentar sembari menghela nafas kesal.
Selalu saja seperti ini, tak bisakah kau menjawab pertanyaanku dengan jawaban Krys? Sekali saja katanya dalam hati.
"huuufftt... baiklah. Apa kamu masih mau melanjutkan pertunangan ini? Makasudku kamu bisa menolaknya jika ingin. Aku tak akan memaksamu lagi" katanya setelah membuka mata.
"Lang kamu kenapa sih, bukannya tadi pagi kita baik-baik aja ya? Kenapa kamu jadi aneh bagini? Aku nggak ngerti maksud pembicaraan ini" kata Krystal tak percaya.
Lascrea sendiripun tak percaya dengan apa yang ia dengar. Pasalnya tadi pagi mereka masih sempat bercanda dan juga tersenyum bersama saat mendekorasi tempat ini. Tak mungkin bukan jika seseorang bisa berubah secepat itu? Kecuali jika ada maksud lain dibalik senyum tadi. Tapi setaunya Gilang bukan tipe yang seperti itu.
Sedangkan Kelvin terlihat biasa saja setelah mendengar perkataan Gilang itu. Seolah tak ada yang istimewa di sana.
"sebenarnya kamu itu mau bilang apa sih Lang?" kali ini Kharis yang menimpali. Melihat interaksi Gilang yang lemot sangat membuatnya gemas.
"ntah lah... aku masih bingung. Lebih baik aku pulang dulu" kata Gilang akhirnya dengan beranjak dari duduknya dan pergi setelah ia menghubungi sopir keluarganya.
Krystal hanya bisa mengerutkan dahinya bingung. Tak mengerti akan perubahan sikap Gilang yang bisa dibilang mendadak itu.
"dia kenapa sih kak?" Kharis hanya mengendikkan bahunya.
"aneh banget, nggak biasanya dia begitu. Lo ada salah apa sih sama dia?" kata Lascrea yang lebih ditujukan ke Krystal.
"perasaan nggak ada"
"mungkin aja dia lelah" kata-kata Kelvin itu sukses membuat pasang mata yang ada di sana mengarah padanya. Kata-katanya itu sunguh ambigu.
"apa" katanya datar saat merasa tatapan tajam meraka.
"maksud lo apa?" kata Krystal tajam.
"apa? Maksud apa?"
"maksud kamu kalau dia lelah"
"ya... mungkin dia lelah udah kerja seharian ini. Dia kan yang lebih banyak keluar tanaganya dalam semua hal? Mungkin karna itu dia lelah" jelas Kelvin enteng dengan maksud terselubung di dalamnya. Seolah itu kode jika orang yang menerima perkataannya peka.
Ia tak tega mengungkapkan maksudnya yang sebenarnya ke Krystal. Terlebih lagi Kharis sedang menatapnya tajam.
Karna menurutnya perubahan Gilang ini tak mendadak, sejak di temukannya Seira hari itu, Gilang sudah bercerita banyak ke Kelvin tanpa sepengetahuan Krystal. Dan Kelvin memahami dan memaklumi apa yang Gilang rasakan. Karna ia pernah berada di posisi Gilang. Yang bukan berarti menjadi kekasih atau orang terdekat Krystal.
"memangnya kalian mikir apa?" lanjutnya saat tak mendapat jawaban apapun dari mereka.
"nggak ada" jawab Krystal kembali ke gadgednya.
"kamu mau pulang kapan La?" kata Kelvin lembut.
"entahlah. Kamu mau pulang sekarang emang?" Kelvin tersenyum mendapat jawaban dari Lascrea. Setidaknya ia tak senasib dengan Gilang.
"boleh, lelah banget aku, emang kamu nggak lelah apa?"
"yahh... lumayan sih. Ya udah kita pulang sekarang"
Baru saja mereka ingin berpamitan kepada ketiga anak manusia yang masih tersisa di sana, Kharis sudah mendahuluinya dengan kata-kata yag sangat menyebalkan.
"pintu keluar ada di sana"
"isshh... belum juga pamit" kesal Kelvin.
"nggak perlu"
"ya udah. Ayo La, kita pergi!" kata Kelvin menyeret tangan Lascrea begitu saja.
"e-eh... Kak kita pulang dulu. Salam buat om sama tante!" seru Lascrea saat sudah mencapai pintu.
Sepeninggalan sahabatnya dan juga Gilang. Krystal mejadi tak bisa menikmati gadgednya karena perkataan Gilang tadi. Terlihat tak nyaman dengan semuanya.
"kamu kenapa lagi Krys?" kata Kharis
"jika memang kamu masih menginginkan pengikatan itu, bilang padanya. Jangan bersikap seolah tak perduli lagi padanya" jelas Seira dengan senyum menenangkannya.
"soal Gilang? Udah santai aja, tu anak emang gitu, bawaannya kaya power ranger's suka benget berubah-ubah" balas Kharis santai, masih dengan makanan ringan di tangannya.
"tapi.. seseorang berubah itu pasti ada sebabnya kak. Nggak mungkinkan orang berubah tanpa sebab?" sanggah Seira tak terima.
"itu basa terjadi jika orang tersebut sudah memendamnya terlalu lama sayaaaaang..."
"ya,.... mungkin saja ia telah memendamnya dan berusaha bertahan tanpa sepengetahuan pihak kedua"
"itu tak mungkin terjadi pada Gilang Sei"
"itu bisa terjadi di semua orang kakak"
"ya... itu mungkin bisa terjadi pada diriku atau Kelvin, tapi jika Gilang, aku meragukannya"
"sudahlah! Kenapa jadi kalian yang ribut sih! Biar aku sendiri yang menyelesaikannya. Kalian istirahatlah" kata Krystal menengahi perdebatan sepasang kekasih tak warah di hadapannya itu. Dan beranjak dari sana menuju istana kecilnya di lantai dua.
"cobalah berbicara padanya Krys!" teriak Seira saat Krystal mulai menaiki anak tangga"
"iya!"
Ya... mungkin dia harus mencoba berbicara terlebih dahulu kepada Gilang. Tak ada salahnya kan?
Krystal langsung merebahkan badannya di kasurnya. Melihat langit-langit kamarnya yang berwarna putih itu. Mencoba meresapi semua perlakuannya yang berpeluang membuat Gilang seakan jemu dengannya. Dan ia tak bisa menangkap satupun dari mereka. Karena, saat di rumah sakit kemarin. Ia dan Gilang memang sempat berdebat kecil, namun itu berakhir dengan pengakuan Krystal yang mendadak bukan?
Lalu kenapa lagi sekarang? Ia tak merasa ada yang salah dari tingkahnya. Semua biasa saja, tak ada yang berubah darinya. Semakin ia memikirkannya, semakin pusing juga kepalanya.
"entahlah, bingung aku" lirihnya dengan mata terpejam. Hingga tanpa sadar dirinya dijemput oleh alam bawah sadarnya.
*****
"pagi semua" sapa Krystal saat sampai di meja makan yang sudah dipenuhi dengan keluarganya dan juga sarapan pagi mereka.
"duduk sayang, kita sarapan sama-sama" kata Dela mempersilakan.
Krystal hanya mengangguk sembari tersenyum, menarik kursi di sebelah Dela karena kursi yang biasa ia tempati, sebelah Kharis sudah ditempati oleh Seira.
Mereka langsung menyantap makanan mereka dengan tenang, tanpa ada obrolan-obrolan kecil. Hingga suara Kharis mengusir keheningan di antara mereka.
"Mom, dad, hari ini aku mau keluar sama Seira, mungkin pulang agak sorean"
"Tapikan kamu baru sembuh Kharis, apa tak apa kamu langsung aktivitas seperti itu?"
"Tak apa mom, justru kalau nggak Kharis paksa, justru bakalan tambah sakit"
"Baiklah. Tapi janji jangan pulang sebelum makan malam" Kharis hanya mengangguk menanggapi perkatan Romy.
"Sayang, dad hari ini ada meeting sama klien dad di singapor. Jadi kau di rumah sendiri tak apa kan? Kau boleh keluar tapi dengan temanmu ok? Dad nggak mau ada kabar kamu kenapa-kenapa"
"Baiklah, nanti akan ku hubungi Lascrea"
"Mom sama dad berangkatnya siang kok sayang, jadi kamu bisa sama mom dulu, kita ke butik sama resto buat ngecek sumuanya beres atau nggak"
"Baik mom"
"Dan kamu Kharis, jangan ngebut bawa mobilnya, kamu baru sembuh ingat itu. Dan jangan lupakan tugasmu yang sudah melebihi gunung agung yang akan meletus itu" ingat Romy yang sudah menyelesaikan makannya.
"iya dadyyyyy..." jawab Kharis gemas.
Mereka melanjutan obroln ringan mereka hingga tak sadar jam sudah menunjukkan angka sembilan.
"emmm... dad, mom kami berangkat dulu, udah jam sembilan ini"
"iya, hati-hati jangan sampai nikung apalagi nabrak. Bisa marah ntar" wejang Krystal santai.
"marah? Siapa yang marah?" tanya Kharis heran. Apa hubungannya gitu?
"pacar kakak sama pacar yang kakak tikung lah. Apa lagi nabrak, langsung di hajar di tempat ntar"
Kharis yang mendengar itu langsung menjiktak kepala adiknya itu dengan senang hati.
"ngomong apaan huh? Mau kakak aduin ke Gilang?"
"yeee... aduin aja, nggak takut tuh. Karna apa? Karna kami saling percaya wlee..." balas Krystal sembari mengejek Kharis.
"dasar! Sekolah dulu yang bener"
"kalau belum bener sekolahnya, nggak mungkin aku pulang karantina bawa medali emas" balas Krystal dengan senyum miringnya mengejek Kharis yang ia yakin sudah kalah telak.
"heleh... kita lihat di kelas tiga nanti adik kecil, sampai mana kemampuanmu menghadapi soal UN" tantang Kharis dengan senyum mengejeknya.
"gak pa-pa Krys, soal UN lebih gampang daripada soal olimpiade" sahut Krystal membela.
"emang kamu pernah UN?" tanya Kharis menatap kekasihnya heran.
"pernah kok, kan aku loncat kelas. Jadi ya... aku pernah UN"
"jadi kamu udah lulus SMA Ra?" tanya Dela tak percaya.
"hehehe... udah tan, baru kemarin juga sih, sebelum aku balik ke Indo. Sekalian ngurus ijasah sama yang lainnya"
"waaw... kenapa nggak nglanjutin kuliah di sana aja? Kenapa malah balik ke sini?" kali ini giliran Romy yang menyahuti.
"pengen aja om, lagian di sana bosen. Udah gitu vulgar semua perilakunya"
"tapi, bukannya orang tua kamu nglarang kamu ke sini ya?" Krystal hanya menganggukkan kepalanya menyetujui pertanyaan Kharis.
"awalnya sih iya, tapi akhirnya mereka ngebolehin juga. Lagian mereka juga akan tinggal di Indo beberapa bulan, buat nyelesein kerja di sini. Sekaligus kunjungan ke perusahaan"
"terus kamu udah dapat univ di sini?"
"belum sih om, baru mau cari-cari. Nggak tau juga aku info-info tentang univ di sini"
"kalau gitu di univ om aja. Tenang masalah kualitas terjamin kok. Kamu bisa cari di google ntar"
"mom... kita sudahi dulu ya intervewnya, kita udah telat banget ini"
"ya udah sana. Hati-hati"
Setelah kepergian Kharis dan juga Seira, Dela dan Krystal ikut undur diri ke butik dilanjutkan ke resto mereka.
Sedangkan Romy memilih untuk pergi ke kantornya. Menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda karena Kharis. Supaya tak lebih menggunung, lebih baik ia kerjakan sekarang bukan?
Makasih ????
Comment on chapter Part 1