Sedangkan Gilang yang mendengar perkataan Kelvin tadi hanya menggeram marah, ia bahkan sudah melupakan tujuannya untuk meminta maaf kepada kedua orang tersebut. Bagaimana bisa calon tunangannya digoda oleh laki laki lain tepat dihadapan matanya sendiri? Yah... meskipun Krystal tak menganggap itu, tapi setidaknya itu sangat membuat Gilang hampir naik darah sebelum ia mendapatkan tatapan tajam dari Krystal.
*******
"maksud lo apa ngomong kaya gitu ke Krystal?" tanya Gilang masih dengan nada tenangnya.
"huh? Maksud lo?" kata Kelvin acuh.
"gue tanya maksud lo apa ngomong kaya gitu ke Krystal!!" kali ini Gilang menekan setiap katanya, sebagai ganti melampiaskan kekesalannya.
"cih, penting buat gue ngejawab pertanyaan lo?" kata Kelvin meremehkan sebelum memutar tubuhnya untuk masuk ke kamarnya.
"keparat!!" umpat Gilang dengan seluruh nada kesal bercampur marahnya. Untung ia masih ingat dengan tatapan tajam dari Krystal yang bertanda Gilang tak boleh berbuat ulah selama di dekatnya, jika tidak mungkin sudut bibir Kelvin sudah bengkak akibat bogeman dari Gilang.
****
Kini waktunya bagi semua murid menuju ke lantai enam, terlihat jelas banyak murid yang sudah berdiri dengan acak-acakan di depan lift lantai mereka masing masing.
Jika kalian bertanya, sampai lantai berapa bangunan yang menjadi asrama tersebut, jawabannya adalah sampai lantai delapan. Dan untuk apa semua itu? Jawabannya masih dalam proses.
Begitupula dengan Kelvin dan Krystal, mereka berdua sudah stay di depan lift sejak tiga menit yang lalu, dan apa yang terjadi ketika lift terbuka? Semua murid berburu masuk kedalamnya. Untung di lantai itu hanya ada sepuluh murit, jadi masih bisa lah...
Gilang yang tertinggal segera berjalan cepat mendekati lift, dan tepat di depan pintu lift tanpa sengaja tatapannya bertemu dengan Kelvin dan juga Krystal. Ia hanya memasang wajah datarnya, tanpa senyum atau bahkan dengan wajah cerianya. Dan sialnya itu malah menjadi daya tarik tersendiri bagi siswi siswi yang berada tepat di depan Gilang.
"Gi... ayo cepetan masuk, sini samping gue aja" kata salah satu siswi yang terkenal dengan kegenitannya yang melebihi kecentilan Lascrea. Gilang yang mendengar itu langsung menujukan pandangannya ke arah siswi itu dengan senyum tampannya.
"aaahh... lain kali ya, kayanya gue mau lewat tangga aja deh, sekalian olahraga" jawabnya yang masih setia dengan senyuman ramah dan juga tampannya itu.
"kenapa? Padahal sepuluh menit lagi jam setengah sembilan loh, yakin mau naik tangga? ini lantai dua loohh.. Gi"
"iya. Yakin kok. Kenapa emang? Lo mau nemenin gue? Kalau mau sih ayok ayok aja gue" Jawab Gilang dengan nada menggodanya, yang langsung membuat pipi gadis itu merah merona.
"kalau mau mesra mesraan di kamar aja sana!" kata Kelvin yang sudah jengkel mendegar perkataan kedua insan tersebut.
"udah telat lagi" tambahnya bergumam sembari melihat jam tangan hitam mengkilap yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Dan jangan tanya tentang harganya.
"sewot aja lo! Gue racunin juga lo!" sewot gadis yang ngobrol bersama Gilang tadi.
"ya udah gue pergi dulu, dari pada ntar lo dimarahin gara gara gue" kata Gilang yang sudah mulai beranjak dari tempatnya berdiri.
"eh tunggu!"
Gilang yang merasa ada yang mecekal tangannya segera memutar kepalanya menghadap ke orang yang mencegahnya itu.
"kenalin gue Dina. Dina Marcantya, di olimpiade Kimia" kata gadis itu dengan mengulurkan tangannya.
"aahhtt... oke. Sampai jumpa lagi kalau gitu" kata Gilang sembari berusaha melepaskan genggaman tangan Dina dari pergelangannya secara halus.
"kasih nomor WA atau pin BB lo dulu baru gue lepasin" kata Dina yang masih setia dengan genggamannya.
"sumpah ni cewek agresif banget, seumur umur baru kali ini gue di cegat cewek sampe segininya. Sumpah gue emang tampan banget berarti" kata Gilang dalam hati.
"woooooo... cari kesempatan aja lo Din!" sahut Syila yang berada di samping Kelvin. Dan entah kenapa Kelvin dan Syila selalu saja sepikiran.
"ya elah, Sianida pake ikut ikutan segala. Lo juga senengkan gue bilang gitu supaya lo juga tau kontaknya Gilang. Tuh lihat sekeliling lo! Semuanya udah nyiapin hp mereka buat nyatet juga. Nggak usah sok jual mahal deh!"
Sontak Syila maupun Gilang langsung mengedarkan pandangan mereka ke seluruh penjuru lift, dan benar saja, semua cewek yang ada di situ sudah nyiapin hp mereka buat nyatet kontaknya Gilang. Sedangkan mereka yang di tatap hanya menunjukan deheman canggung karena sudah ketahuan dan juga cengengesan nggak jelas. Tentu minus Krystal. Dan jangan mengharapkan Krystal berlaku seperti itu, apa lagi di depan Gilang.
"tuh liat kan? Jadi sebutin aja Gi, biar kita mudah komunikasinya, ntar kalau ada kumpul kumpul biar lansung kita kabarin, ya nggak guys?"
Yang ditanya langsung menganggukkan kepala mereka cepat. Yaaahh... tentu saja kecuali Krystal Di Rayzel.
Sedangkan kaum adam yang berada di situ hanya mampu menggelengkan kepala tak habis pikir.
"lama banget sih!!" kata Krystal dengan suaranya yang keras dengan nada dingin plus jengkelnya.
"tinggal lima menit lagi" tambahnya bergumam yang masih bisa didengar oleh penduduk lift, juga Gilang.
"tuh kan Gi! Udah sebutin aja pinnya, dari pada bikin si ratu marah" kata Dina menengahi.
Setelah menghembuskan nafas jegah plus lelahnya, akhirnya Gilang memutuskan untuk memberitahu kontak BBMnya. Toh ia juga hanya punya waktu lima menit untuk sampai di latai enam dengan tangga darurat. Haaaaahhh... ini semua gara gara emosinya yang tak stabil itu.
"huuuuuffffttt... gue Cuma ngucapinnya sekali aja oke? 91L4NGVK. Udah kan? Jadi tolong lepasin tangan gue, gue buru buru soalnya" kata Gilang yang masih dengan nada lembutnya.
Setelah mendapatkan yang diinginkan Dina segera melepaskan tangan Gilang dari genggamannya.
"hati hati Gi!!! Jangan lupa ntar Bm gue di ACC!!" kata Dina agak keras karena Gilang sudah duluan pergi dari lift menuju tangga darurat yang tak jauh dari lift tersebut. Gilang yang mendengar itu hanya mengacungkan jempolnya sebagai jawaban.
Setelah menghilangnya Gilang dan lift melaju menuju lantai enam, seluruh isi lift langsung heboh akibat terlaluu bahagia karna sudah mendapat rejeki nomplok yang sangat jarang ini.
"heh, kalian harus berterimakasih sama gue! Berkat gue kalian punya kontaknya si cogan max" kata Dina membanggakan diri, dengan mengambil handphonenya dan menginvite pin yang diberikan Gilang tadi.
"brisik banget" kata Krystal yang sudah teramat jegkel dengan suasana saat ini. Bagaimana tidak, ia sudah lama menunggu lift, sudah berbaik hati pada mereka yang sedangg heboh dengan tidak meninggalkan mereka untuk mengantri lift berikutnya, karna memang baru kali ini Krystal mau berame rame ria di dalam lift, dan yang terakhir, waktu yang semula sepuluh menit menjadi lima meit gara gara adegan konyol nggak penting banget. Ia paling benci jika waktunya dikurangi karena hal tak berguna baginya.
"brisik dikit nggak pa pa kali Krys" jawab Dina dengan santainya.
Ini nih yang menjadi kelakuan lepas kendali dari Dina. Ia begitu saja mengatakan apa yang ia rasa pada Krystal saat Krystal bergumam mengenai tingkahnya atau apalah tu. Padahal maaah... aslinya Dina juga ngeri ngeihat wajah Krystal yang udah mulai kaya es batu.
"eeeehhh... sorry Krys. Maksudnya itu, ia gue bakal diem habis ini. Hehehe..." ralatnya yang di akhiri dengan cengirannya dan juga dengan mengacungkan jari telunjuk juga tengahnya membentuh huruf "V".
"punya mulut itu dijaga, bukan di pelihara doang" sahut Kelvin yang sedari tadi sibuk dengan game di handphonenya sejak Dina mulai bertingkah memosankan.
"hhaaaaahhhh... nyamber aja lo! Urusin tu si Sianida!" balas Dina tak mau kalah.
"heh, siapa yang Sianida hah?! Nama gue Syila bukan Sianida!"
"elah, beda dikit doang itu. Bahkan sebelas dua belas"
"dasar Dinasaurus!" balas Syila tak terima.
"apa?! Dinasaurus?! Heeeiii... kira kira dong kalau mau ngasih panggilan! Badan ramping kaya model gini disamaain kaya dinasaurus yang gede nggak berbody gitu"
"hahaha... iya kaya model kalau di lihat dari puncak menara Eifel"
"APA?! Dasar Sianida!"
"huuuufffttt... gue tanya ya, nama lo siapa sih?" kata Syila yang lebih memilih menjawab dengan nada lembut.
"dina. D I N A!!" jelas Dina denan memenggal setiap huruf nama panggilannya itu.
"iya Dina, kepanjangan dari DINASAURUS. D I N A S A U R U S! Ngerti lo!" jawab Syila yang meniru dengan memenggal huruf per huruf.
"heh-"
"lo berdua diam atau gue yang buat kalian diam!" kata Krystal dingin dan menusuk. Dina yang mendengar itu langsung berhenti berbicara. Sedangkan Syila langsung menundukkan kepalanya. Dalam sedetik mereka telah bungkam,menyimpan kembali umpatan umpatan yang akan mereka lontarkan. Bahkan seluruh lift mendadak menjadi sunyi dan sepi. Tak ada yang berani bertindak ataupun melontarkan satu patah kata saja.
"haaaaaahhh... akhirnya tenang juga" kata Kelvin dengan menyimpan ponselnya kembali ke dalam saku celananya.
"kalian tau nggak? Kalian itu brisik banget! Kuping gue sampai budhek dengar kerusuhan kalian yang nggak berkelas itu! Kalian lupa kalau di sini ada gue ama Krystal huh?" tambahnya dengan menyilangkan tangan di depan dada.
"dan siapa yang ngijinin lo buat bicara" Sahut Krystal dengan pandangan lurus kedepan tak menghiraukan apa reaksi yang ditunjukkan oleh penghuni lift terhadap dirinya.
"aku cuma nggak mau kamu yang membuat mereka bergetar Krys, biar aku aja yang kali ini gantiin kamu" jawab Kelvin yang menghiraukan ucapan dan tatapan Krystal.
"cih, nggak usah sok lindungin gue, hanya karna lo udah gue anggep"
"meskipun kamu nggak nganggep aku, aku bakalan tetep berusaha mengambil alih hal yang seperti ini Krys" jawab Kevin enteng.
"serah lo" jawab Krystal acuh.
"dan untuk kalian" sambungnya yang mendadak membuat mereka yang berada di lift tersebut seketika menahan nafas.
"bisa bisanya kalian nyita waktu lima menit gue yang sangat berharga itu hanya demi kontak seorang cowok pindahan kaya dia?" kata Krystal yang diakhiri dengan decihan tak pahamnya.
Mendengar apa yang dikatakan Krystal tadi, Dina rasanya ingin membantah dan menjawabnya. Tapi entah mengapa tiba tiba tenggorokannya kering sehingga suaranya tersangkut di tenggorokan. Sedangkan Syila hanya bisa diam mendengarkan sang ratu bicara, menurutnya, jika Krystal di tanggapin justru akan tambah menjadi. Karna ia tau yang bisa nandigin Krystal di sekolah ini sampai detik ini hanya satu orang yaitu Lascrea.
"lift udah kebuka, kalian nggak mau keluar? Kalian mau diem disini? Mau telat?" kata Kelvin mengintruksi sekaligus menyadarkan mereka dari keterbungkaman dan juga ketakutan mereka.
Di lain tempat...
Makasih ????
Comment on chapter Part 1