Fight
Aku penasaran kenapa mereka berantem seolah-olah ingin membunuh satu sama lain. Sebenarnya apa yang membuat mereka saling membenci?
Pagi ini menjadi pagi yang sangat cerah di kelas 11 ipa 2 karena guru matematika, Bu Padmi mengajak belajar di luar kelas untuk diskusi kelompok. Tapi dengan perjanjian tidak ada yang jajan. Audrey, Geran, Arya, dan Gita berada di kelompok yang sama untuk diskusi, tapi mereka memutuskan mengerjakan di dalam kelas karena Arya malas keluar kelas.
Audrey memperhatikan setiap orang di kelompoknya. Geran yang ada di sebelahnya, ketua kelas bejat yang selalu mau di ajak curang apalagi urusan nyontek pas ulangan. Untung pinter. Gita yang di depan Geran, salah satu bagian dari geng besar cewek di sekolah yang kayaknya baru saja di depak. Arya yang ada tepat di depannya, Arya? Dia gak usah di jelasin lagi.
“Lo bisa ngerjain yang mana, Dy?” tanya Geran ketika selesai membulak balik halaman kertas yang di berikan Bu Padmi.
Audrey juga baru saja selesai membulak balik kertas itu, begitu ingin menjawab, matanya terlanjur fokus pada senior cogan alias cowok ganteng sejuta umat di sekolah, Kak Adi. Adi adalah kapten tim basket sekolah juga rangking satu di sekolah. Kesempurnaan cowok itu selalu berhasil membuat cewek di sekitarnya salah fokus, salah satunya Audrey.
Adi tiba-tiba saja muncul di koridor depan kelasnya bersama temannya yang entah siapa. Dy memandanginya dari balik kaca jendela kelasnya yang cukup besar. Audrey tidak tahu bagaimana cowok itu tiba-tiba muncul dan tidak ingin tahu. Dy melihat ke sekelilingnya, kemudian dia bersyukur hanya ada kelompok di sana. Gita? Gita punya pacara jadi tidak mungkin masih ingin lebih, kan? Artinya hanya Dia yang melihat Kak Adi sendirian.
“Dy! Woy!” ketika sadar, wajah Arya sudah ada di hadapan Audrey. Spontan gadis itu menarik tubuhnya ke belakang dan membekap hampir setengah wajahnya dengan kedua tangan. Melihat kebodohan gadis itu lagi-lagi Arya menatapnya iba, kemudian menjentikkan jari di keningnya dan membuat Audrey hampir terjatuh.
“Ngeliatain siapa, lo?” tanya Geran lagi.
“Itu, lo liat deh, Kak Adi. Ganteng banget ya?” Audrey masih memandangi Adi yang sepertinya sedang berbicara dengan temannya, dengan tangan yang menumpu dagunya. Entah bagaimana menjelaskannya, gadis itu bersikap malu-malu bahkan wajahnya pun memerah.
“Ah, Adi. Haha, iya” Geran mengatakan dengan setengah hati. Dengan gesit Dy memutar kepalanya menghadap Geran dengan senyuman excited dan mengangguk-anggukan kepala sangat yakin kalau cowok itu memang tampan.
Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang melemparkan bukunya, tidak lain adalah Arya. Audrey menoleh menghadap Arya yang berada di depannya dengan polos, memperhatikan Arya yang bersiap untuk memejamkan mata sambil selonjoran dengan earphone di telinganya.
Setelah itu Audrey juga mendengar seseorang melemparkan buku dari sebelahnya yang ternyata adalah Geran. Audrey melihat Geran yang sepertinya akan melakukan suatu hal kepada Arya, tapi gerakan Geran terlalu cepat untuk di hentikan Audrey. Geran berdiri dan langsung menghampiri Arya, dia menarik earphone yang sedang di pakai Arya.
Arya membuka matanya dan melihat Geran berdiri di hadapannya, di bawah sinar matahari yang terik. Cowok itu langsung berdiri dan saling berhadapan dengan Geran dengan wajah kesal, yang amat sangat. Begitu juga dengan Geran.
Audrey dan Gita berdiri untuk menghindar dari pertengkaran itu. Geran menarik kerah baju Arya dengan kedua tangannya dan Arya menggenggam tangan kedua tangan Geran. Audrey menyaksikan itu dan dadanya terasa sesak, dengan tatapan iba Dy berusaha menghampiri mereka.
“Lo jangan ikut campur” baru saja gadis itu melangkahkan kaki, Arya menunjuk ke arahnya dengan api di matanya membuat Audrey mengurungkan niat.
“Lo berdua keluar!” Geran berteriak dan membuat Gita ketakutan dan akhirnya juga membawa Audrey keluar dari kelas. Walaupun Gita sudah membawanya keluar dan jarak dari kelas dan tempatnya berada sekarang sudah jauh, tapi Audrey tidak bisa berhenti mengkhawatirkan kedua cowok itu, Dy ingin ke sana dan menghentikan mereka.
***
“Maksud lo apaan nih?” Arya menarik lengan Geran dan melepaskannya dari kerah baju miliknya, membuat Geran melayangkan tinju di wajahnya dan Arya jatuh ke lantai. Karena tidak terima dengan itu Arya segera berdiri, menghampiri Geran dan menarik kerah kemeja Geran dengan satu tangan, tangan yang satunya lagi meninju mata dan bibir Geran.
“Gak usah berlaga jadi Dio, lo!” kata Arya sambil menyeringai. Geran mendorong Arya dan membalas dengan meninju hidung dan mata Arya, tetapi Arya mendorong Geran menjauh darinya.
“Cih!” Geran meludahkan darah yang keluar dari sekitar bibirnya yang terluka “Kasian Dio di bunuh sama orang kayak lo” kata Geran sambil menyeringai.
“Lo lupa? Siapa pembunuh yang sebenarnya” kata Arya sambil menyeringai. “Gue abisin lo sekarang juga” lanjutnya.
“Bagus, karena gue juga berniat begitu” Geran menatap penuh amarah dan perasaan jijik.
Setelah semua hal yang terjadi selama kelas 10, semua perasaan yang di miliki Dio untuk Audrey, kini sudah saatnya Dio ingin mengakui perasaannya. Satu minggu waktu yang tersisa untuk mengungkapkannya saat tahun ajaran baru ketika masuk kelas 11. Dio mengajak kedua sahabatnya Arya dan Geran untuk membantu menyiapkan segala sesuatunya.
Di sebuah toko, Arya dan Geran banyak menyarankan barang apa yang akan di berikan untuk Audrey.
“Kalung aja, Yo” usul Arya, dia meraih kalung perak dengan liontin bentuk ikan dan ekor yang seperti melambangkan bentuk hati.
“Jangan, cincin aja, Yo. Biar kayak orang-orang” usul Geran di ikuti tawa ketiganya.
“Lo kira gue mau ngelamar” sahut Dio yang kemudian matanya tertuju pada jepitan bentuk pita berwarna biru muda. Akhirnya Dio memutuskan membeli itu untuk di berikan pada Audrey.
“Beli juga nih” Arya menunjukkan jarinya pada kotak kecil berwarna biru muda polos. kemudian Dio setuju untuk membelinya.
Ketika di kasir, Dio baru saja ke pikiran untuk menulis sesuatu yang romantis dan terlihat keren di mata Audrey.
“Mba, ada kertas kecil biru muda gak?” tanya Dio
“Adanya ini mas, tapi ini harus di beli” kata mba mba kasir itu.
“Iya gapapa deh mba” kata Dio. Kemudian dia menulis beberapa kata di sana tetapi selalu saja tidak sesuai harapan. Akhirnya Arya yang menyarankan tulisan tersebut dan Dio setuju memakai kata-kata itu. Ketika mereka pulang dan bersiap di motor masing-masing, Geran menyarankan sesuatu.
“Balapan yuk? Kalo Dio menang, dia boleh nembak Audrey. Kalo kalah, jangan nembak sampe lulus, bagaimana?”
Arya menghampiri Geran, tetapi di saat Arya sudah menarik kerah kemeja Geran dan ingin memukulnya, Audrey datang sambil membanting pintu karena merasa harus cepat menghentikan mereka. Audrey berlari ke arah mereka dan berdiri di antara kedua cowok itu sambil menghadap Arya untuk menghalangi Geran.
“Lo gila?” tapi karena kedua cowok itu sudah di luput dengan emosi, tidak lagi peduli siapa orang yang ada di sana dan Geran langsung mendorong Audrey yang membuat gadis itu terlempar dan menghantam meja sangat keras.
Audrey mengangkat tubuhnya dan ketika itu dia melihat Geran mengangkat kursi yang mungkin akan di jadikan sebagai senjata, sedangkan Arya berdiri di depannya dengan jarak tapi Arya tidak memiliki apa pun untuk di jadikan senjata.
Audrey menghampiri Geran dengan cepat dan memeluk cowok itu dari belakang dengan mata tertutup.
“Geran stop” kata gadis itu dengan suara lirih. Membayangkan Arya yang mungkin akan terluka parah kalau saja Geran menghantamnya dengan kursi langsung di hadapan Audrey, membuat gadis itu ngeri dan harus menghentikannya.
Saat itu juga seorang guru masuk dan Geran menjatuhkan kursinya setelah Audrey melepaskan pelukannya.
***
Bruk!
Pak Eko memukul meja panjang yang berada di hadapannya sangat keras, menatap ketiga muridnya yang duduk tegap dengan kepala di tundukkan kecuali Arya. Beberapa kali Audrey menyikut Arya yang ada di sebelahnya menandakan agar duduk dengan sopan tetapi cowok itu seolah-olah sengaja tidak menyadarinya.
“Jadi kalian berantem cuma karena ngerebutin Audrey?” guru itu menatap tajam ke arah Arya dan Geran bergantian. Mendengar pertanyaan itu, Audrey yang tadinya berencana hanya duduk diam di antara cowok ini, mau tidak mau juga ikut berbicara karena sekarang namanya juga ikut terlibat.
“Enggak pak, saya cuma mau misahin mereka aja. Sumpah” Audrey menatap gurunya dengan wajah memelas.
“Iya pak, Audrey gak ada sangkut pautnya” Geran ikut membela Audrey setelah melihat gadis itu berniat membersihkan namanya. Mendengar itu Audrey langsung menoleh ke arah Geran yang ada di sebelahnya, kemudian menoleh ke arah Arya, berharap cowok itu juga membantah tuduhan guru tersebut. Tetapi yang Audrey lihat hanya seringaian cowok itu.
“Jadi kalian mau selesaikan masalah ini di sini atau menerima hukuman secara tidak resmi selama dua minggu berturut-turut?” rupanya Pak Eko membuat kesepakatan yang bisa saja menguntungkan, tetapi setelah menunggu beberapa saat tidak ada respons dari Arya dan Geran yang artinya mereka tidak ingin menyelesaikan masalah ini di ruang konseling ini.
Kapan update lagi kaa??
Comment on chapter Rest In Peace; Dio