Read More >>"> Forgetting You (Replace) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Forgetting You
MENU
About Us  

Replace

Sekarang gue yang akan gantiin lo buat jagain dia, jadi lo gak usah khawatir.

 

 

 

Setelah kembali dari ruang konseling, Audrey, Arya, dan Geran harus kembali mengikuti pelajaran dan menerima hukuman saat pulang sekolah.

“Dy, nanti kalau sudah selesai tolong taruh di meja ibu ya” pinta Bu Padmi saat pelajarannya berakhir.

            “Iya, bu” kata Audrey.

            Ketika dia sibuk menata kertas dan menyusun dari nomor absen, tiba-tiba segerombolan cewek-cewek masuk ke kalasnya tanpa ijin dan bahkan membanting pintu. Dy menatap kedatangan mereka yang ternyata geng Rachel.

            “Gita!” Rachel meneriaki Gita dan menghampirinya dengan antek-antek di belakangnya. Bita, Sesil, dan Tania. Cewek itu menarik lengan Gita seperti ingin membawanya pergi, tetapi Gita menghempaskan tangannya.

            “Lo berani sama gue?” Rachel menyeringai sambil bertolak pinggang.

            “Lo mau apa dari gue?” tanya Gita dengan suara yang nyaris tidak terdengar tetapi wajahnya terlihat tegas tanpa rasa takut. Bita dan Sesil memegang bahu kanan dan kiri Gita dan memaksanya berlutut.

            “Berlutut. Gue mau denger kata maaf dari lo” kata Rachel. Tetapi Gita masih mempertahankan dirinya untuk tetap berdiri.

            “Berlutut!” kata Sesil. Kedua orang itu semakin keras memaksa dan akhirnya berhasil membuat Gita berlutut.

            “Gue gak salah apa-apa” tegas Gita kemudian berdiri sambil merapikan bajunya. “Bukan gue yang ngaduin lo, tapi gue seneng” Gita menyeringai. “Guys, lo semua harus tau. Dia sama antek-anteknya ngorok di belakang gedung sekolah!” Gita berteriak seolah-olah melepas semua bebannya.

            “Tapi kalian tauu? Dia gak dapet hukuman apa-apa karena orang tuanya” lanjut Gita.

            “Lo bener. Orang tua gue juga bisa keluarin lo dari sekolah ini” jawab Rachel sambil menyeringai.

            Mendengar itu membuat telinga sakit dan seluruh tubuhnya memanas. Memanfaatkan derajat keluarga hanya untuk hal sepela yang bisa saja di selesaikan dengan hukuman kecil. Dy melihat ke sekeliling dan ternyata tidak ada orang lain di arena itu karena semuanya pindah ke depan kelas yang hanya menyaksikan, kecuali Rachel berserta antek-anteknya, dan Arya. Arya? Audrey beralih menatap Arya.

Dan ketika pandangannya kembali menatap cewek-cewek itu, Rachel kembali menggunakan kekerasan lagi. Menjatuhkan, menjambak, dan menampar Gita. Tanpa sadar Audrey sudah ada di hadapan Rachel dan memegang bahu gadis itu untuk menghentikannya. Tangan kanannya menahan bahu Rachel agar tidak lagi menyakiti Gita.

Ketika itu Arya melihat luka di sikut Audrey ketika menghadang tubuh Rachel. Dari kerumunan orang-orang, Arya mendapatkan seorang guru yang seperti sedang berusaha masuk ke dalam sana dan menghentikan kerusuhan itu. Arya segera berdiri dan membawa Audrey pergi dari tempat itu.

***

“Apaan sih lo!” ketika Arya sudah membawa Audrey jauh dari kelas, dia baru melepaskan lengan Audrey. Arya kembali meraih tangan Audrey yang terluka agar dapat melihat lebih jelas, kemudian menatap gadis itu dengan tatapan kesal. Melihat reaksi Arya, Audrey ikut melihat apa yang di lihat Arya.

“Luka?” kata Audrey dengan wajah bingung.

“Kenapa sih lo suka banget ikut campur urusan orang?” Arya meninggikan suaranya di hadapan Audrey. Untuk pertama kalinya Audrey mendengar suara cowok itu yang di tujukan kepadanya, tatapan itu juga sebelumnya tidak pernah di tujukan kepada Audrey.

“Ikut campur lo bilang?” sekali lagi Audrey menghempaskan tangannya. “Gita di tampar, di jambak” belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Arya langsung memotongnya.

“Tapi lo baru aja dapet masalah!” kata Arya dengan suara itu lagi. Melihat tatapan matanya membuat detak jantung gadis itu tak karuan. Beberapa kali Audrey meyakinkan dirinya kalau itu hanya perasaan takut. Tidak masalah karena sebentar lagi akan menghilang. Batinnya.

“Lo siapa ngelarang gue? Pacar bukan, teman bukan. Teman gue aja gak pernah ngelarang gue” Audrey melipat tangannya di atas perut dan menatap dari ujung kaki sampai ujung kepala kemudian berniat untuk pergi tetapi Arya menahannya.

“Kalo gitu jadi pacar gue, biar gue bisa larang lo” kata Arya. Kali ini detak jantungnya semakin tak karuan, seluruh tubuhnya memanas dan mungkin tanpa sadar pipinya sudah memerah.

------------------------------

            Satu hari ketika Dio tidak masuk sekolah karena sakit, dia meminta tolong kepada kedua temannya untuk menjaga Audrey apa pun yang terjadi. Tapi Geran tidak melakukan ‘apa pun yang terjadi’ nya karena ada yang harus di lakukan sebagai seorang siswa teladan. Piket kelas.

            Dio meminta Arya mengantarkan Audrey pulang bagaimana pun caranya. Padahal Dio sendiri tidak pernah mengantar Audrey pulang.

            “Ah, gila ya lo? Gue aja gak kenal dia” kata Arya berbicara dengan Dio dari seberang ponselnya.

            “Bilang saja di suruh Dio” balas Dio.

“Emang dia kenal lo?” kemudian di ikuti cekikikan mereka berdua,

“Yaudah pokonya gimana kek caranya, anterin dia pulang” setelah bicara Dio langsung memutuskan teleponnya. Sementara hal pertama yang di lakukan Arya adalah mencari keberadaan Audrey.

Arya mengelilingi seisi sekolah dan mendatangi semua kelas dan ruangan yang ada di sekolah. Sampai di tempat terakhir, ruang kesenian. Jendela kaca yang besar dan panjang di tutupi gorden putih sehingga menghalangi pandangannya. Dia berjalan sampai di depan pintu yang ternyata tidak tertutup.

Dari balik pintu Arya melihat gadis bernama Audrey itu membungkuk ke arah meja besar yang penuh dengan kain, sepertinya sedang mengerjakan sesuatu. Dari samping Arya melihat rambut gadis itu terurai dan beterbangan karena kipas di sisi kanannya, membuat Arya berpikir gadis itu mungkin tidak memiliki sesuatu untuk mengikat rambutnya. Ketika beberapa perempuan yang tidak di kenalnya kebetulan lewat.

“Stop. Stop. Ada yang punya karet gak?” tanya Arya kepada ketiga cewek itu.

“Karet buat apa?” tanya salah satu dari mereka.

“Buat iket rambut” kata Arya. Kemudian salah satu dari ketiga cewek itu memberikan satu kepada Arya.

Arya kembali melihat gadis yang sedang sibuk mengerjakan sesuatu itu dan melemparkan karet kunciran yang di berikan cewek tadi. Tepat sasaran, Arya karet yang di lemparkan mendarat di atas meja tempat gadis itu menyibukkan dirinya.

Ketika Audrey menoleh dan mencari siapa pelakunya, Arya cepat-cepat bersembunyi di balik pintu dan menunggu hingga beberapa saat, kemudian memeriksa lagi apa yang terjadi di dalam sana. Audrey masih sibuk dengan kain-kain di meja besar itu, tetapi kali ini rambutnya tidak mengganggu karena dia menggunakan karet yang di lemparkan Arya.

Arya menunggu Audrey di gerbang sekolah dengan sengaja meninggalkan motornya. Setelah beberapa jam berlalu, Audrey keluar dari gedung sekolah pukul 17.00 dan langsung berjalan ke halte bus tanpa sadar Arya mengikutinya.

Arya ikut menunggu bus di halte bersama Audrey bahkan menaiki bus yang sama dengan gadis itu, ketika Audrey turun Arya juga ikut turun. Terus mengikuti Audrey sampai di depan pintu gerbang rumahnya, sampai gadis itu masuk ke dalam rumahnya baru Arya pergi. Kemudian mengirim pesan teks kepada Dio.

“Mission clear”

  ------------------------------         

             Yo, sekarang gue yang akan gantiin lo buat jagain dia, jadi lo gak usah khawatir. Batin Arya. Arya menatap Audrey dengan penuh rasa tanggung jawab tanpa tahu apa yang di rasakan Audrey. Tanpa berpikir apa yang di pikirkan gadis itu.

            “Audrey!” Geran memanggilnya dari jauh yang kemudian menjadi alasan Audrey keluar dari suasana canggung di sana.

***

            Karena tidak ingin menyelesaikan masalah, Pak Eko terpaksa harus menghukum mereka secara tidak resmi selama dua minggu sesuai perjanjian. Pak Eko membawa ketiga muridnya itu ke dalam gedung aula lama dan harus membersihkan aula yang akan di gunakan untuk perayaan ulang tahun sekolah karena aula ini lebih besar dari yang baru.

            Audrey, Arya, dan Geran berdiri menghadap Pak Eko menggunakan seragam olah raga sambil memegang alat pembersih masing-masing.

            “Pak.. tapi kan saya gak salah apa-apa” Audrey merengek dengan wajah memelas, berharap sang wakil kepala sekolah berbaik hati melepaskannya dari hukuman.

            “Tapi sampeyan sing nggarai arek-arek iki gelut, ngerti?” tanpa sadar Pak Eko berbicara dengan suara medok. Tapi ketika menyadari logat Jawanya keluar, sang guru berdeham dan segera memperbaikinya.

            “Terserah kamu, tapi bapak gak akan kasih surat ijin ikut perlombaan itu” akhirnya Pak Eko mengeluarkan senjata yang tepat untuk Audrey. Perlombaan yang menentukan Audrey masuk atau tidaknya di Korea University. Kenapa Audrey beralih dari jurusan Ipa ke desain? Karena mereka tertekan dengan pelajarannya terutama pelajaran Biologi yang gurunya kiler abis. Kenapa Audrey masuk jurusan Ipa? Karena.. entahlah, ketika kenaikan kelas 11 wali kelasnya menyarankan mengambil jurusan Ipa karena nilainya yang lumayan. Sebenarnya Audrey hanya ingin terlihat keren, itu saja.

            Setelah selesai berbicara dengan ketiga muridnya, Pak Eko meninggalkan ketiga muridnya itu untuk membersihkan dan kalau belum selesai mereka tidak di ijin kan pulang.

            “Ah! Semua gara-gara lo berdua tau gak?” ketika Pak Eko keluar, Audrey merengek kepada Geran dan Arya dan menjatuhkan sapu yang ada di tangannya.

            “Salah lo kenapa ikut campur” sahut Arya sinis.

            “Sorry, Dy. Tadi juga gue udah berusaha bilang, tapi Pak Eko lo tau sendirilah kayak gimana” jawab Geran sambil memegang bahu Audrey untuk menenangkannya.

            Akhirnya gadis itu juga melakukan tugasnya dan mulai membersihkan dari menyapu lantai yang penuh debu, sedangkan kedua cowok itu sebuk mengangkat barang-barang yang tidak di letakkan teratur. Sudah setengah ruang di sapu oleh gadis itu, Audrey duduk di lantai yang sudah sebagian di bersihkan olehnya.

Meluruskan kaki dan menahan badannya dengan kedua tangannya. Dari sana Audrey dapat melihat Arya dan Geran bekerja sangat keras seolah-olah menghukum diri mereka sendiri. Kemudian mata Audrey beralih ke wajah mereka yang penuh bekas luka tonjokkan. Di dalam benaknya Audrey memikirkan apa yang sebenarnya membuat mereka berkelahi sampai seperti itu. Audrey memang belum lama mengenal mereka tetapi ketika melihat kedua cowok itu berkelahi seperti ingin saling membunuh membuat Audrey merasa iba. Seberapa besar rasa benci di antara mereka? Pasti itu sangat menyakitkan bagi mereka.  Kalau saja ada yang dapat Audrey lakukan untuk mereka, dia ingin mencobanya.

***

“Pak.. Plis.. perlombaannya tinggal dua minggu..”

            Satu minggu berlalu sejak masa hukumannya, tetapi Pak Eko belum juga memanggilnya untuk memberikan surat rekomendasi ikut perlombaan desain yang di nanti-nantinya sejak kelas sepuluh. Akhirnya Audrey harus masuk ke ruang guru yang sangat tidak di sukainya itu dan bertemu Pak Eko.

            “Bapak akan kasih kalau kamu sudah selesaikan masa hukuman” katanya Tegas. Katika Pak Eko ingin bangkit dari kursinya, seorang guru perempuan datang yang merupakan guru kesenian yang membimbing Audrey sejak kelas sepuluh.

            “Pak, anak kelas 12 yang bertugas melukis panggung sepertinya tidak bisa berpartisipasi karena sakit” kata Bu Ana sambil melirik ke arah Audrey yang sedang menunduk kecewa. Ketika sadar Bu Ana sedang melihat ke arahnya, muncul ide di benak Audrey.

            “Saya bisa gantiin pak!” dengan lantang Audrey mengangkat tangannya dan membuat seisi kantor menatapnya. “Tapi bapak harus kasih saya surat rekomendasinya. Bagaimana pak?” akhirnya Audrey membuat kesepakatan. Benar-benar kebetulan yang menguntungkan.

            “Cari yang lain” perintah Pak Eko kepada Bu Ana.

            “Tapi tidak ada yang bisa menggantikan karena Adi ketua koordinasinya, pak. Audrey juga murid terbaik saya kok pak, bapak bisa percaya pada saya” Bu Ana mencoba meyakinkan Pak Eko yang kekeh itu.

            “Ya sudah, saya akan kasih surat rekomendasi nanti siang tapi dengan perjanjian Audrey harus melukis sebagus mungkin” kata Pak Eko tegas.

            “Siap, Pak!” kata Audrey dengan suara lantang sambil memberikan hormat dan segera keluar dari kantor guru.

***

Sruk.. Sruk..

         Suasana hening di ruang lab biologi membuat ruangan itu terasa levih dingin dari biasanya, hanya ada suara gesekkan sapu dengan lantai dan suara kursi-kursi yang tidak sengaja bergeser karena sapu yang sedang bekerja dengan giat. Audrey melihat keseliling, mencari setitik debu di setiap sudut ruangan dan siap untuk membasminya. Sedangkan Arya dan Geran masih bekerja keras bersama sapu di tangannya masing-masing. Keduanya begitu bersemangat ketika tangannya mengayuh sapu. Entah semangat yang membara atau kemarah yang membara, tidak terlihat jelas di wajahnya.

Prang..

         Telinga Audrey menangkap suara sesuatu yang jatuh, dengan sergap matanya menyorot benda yang jatuh itu, ternyata Arya membanting sapunya. Audrey menghembuskan nafasnya pelan dengan perasaan yang sedikit lega, takut kalau alat-alat praktik yang terjatuh.

         “Arya!” Audrey meneriaki cowok itu dengan suara yang sedikit bergetar, tetapi Audrey sudah sedikit lupa tentang rasa takutnya dia terhadap Arya. Arya melihat gadis itu dari balik bahunya dengan mata menyeramkan yang seolah-olah akan menelannya saat itu juga. Arya berbalik membuat Audrey melangkah mundur secara tidak sadar, walaupun gadis itu masih menatap Arya sambil berusaha mempertahankan wajah galaknya tetapi tangannya bergetar di dalam kepalan telapak tangannya sendiri.

             “Gue udah selesai, gue mau balik” kata Arya dengan suara berat. Dengan berat hati Audrey membiarkan dirinya hanya menatap punggung cowok itu yang dalam sekejap mata sudah tidak terlihat. Audrey melihat Geran yang sedang melanjutkan bersih-bersih, setiap geraknya sangat tenang tetapi terlihat jelas di wajahnya kalau dia tidak sedang dalam keadaan setenang itu.

“Ger, ini udah mau selesai kok, lo balik duluan aja” melihat Geran berusaha tetap tenang di hadapannya, membuat Audrey ingin membiarkannya pergi. Karena gadis itu tahu bagaimana tersiksanya menahan amarah. Audrey dapat melihat Geran menghentikan geraknya, bukan karena waktu berhenti mungkin karena Geran benar-benar ingin menghentikannya. Pikir Audrey.

Tanpa sadar Audrey ikut mematung, entah bagaimana tiba-tiba saja Audrey dapat melihat Geran dengan sangat jelas, benar-benar seperti waktu sedang berhenti, bahkan gadis itu dapat menerawang kedalamnya. Audrey tidak tahu apa yang terjadi tetapi hanya dengan menatap punggungnya gadis itu menitikkan air matanya. Ketika tangannya menyeka air mata di pipinya, saat itu waktu berjalan kembali.

“Gue duluan ya” dengan suara yang tenang, cowok itu pergi tanpa melihat Audrey bahkan dari ujung matanya.

 

 

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • Nindya225

    Kapan update lagi kaa??

    Comment on chapter Rest In Peace; Dio
Similar Tags
When I Was Young
8239      1654     11     
Fantasy
Dua karakter yang terpisah tidak seharusnya bertemu dan bersatu. Ini seperti membuka kotak pandora. Semakin banyak yang kau tahu, rasa sakit akan menghujanimu. ***** April baru saja melupakan cinta pertamanya ketika seorang sahabat membimbingnya pada Dana, teman barunya. Entah mengapa, setelah itu ia merasa pernah sangat mengenal Dana. ...
CATCH MY HEART
2451      907     2     
Humor
Warning! Cerita ini bisa menyebabkan kalian mesem-mesem bahkan ngakak so hard. Genre romance komedi yang bakal bikin kalian susah move on. Nikmati kekonyolan dan over percaya dirinya Cemcem. Jadilah bagian dari anggota cemcemisme! :v Cemcemisme semakin berjaya di ranah nusantara. Efek samping nyengir-nyengir dan susah move on dari cemcem, tanggung sendiri :v ---------------------------------...
Run Away
6667      1493     4     
Romance
Berawal dari Tara yang tidak sengaja melukai tetangga baru yang tinggal di seberang rumahnya, tepat beberapa jam setelah kedatangannya ke Indonesia. Seorang anak remaja laki-laki seusia dengannya. Wajah blesteran campuran Indonesia-Inggris yang membuatnya kaget dan kesal secara bersamaan. Tara dengan sifatnya yang terkesan cuek, berusaha menepis jauh-jauh Dave, si tetangga, yang menurutnya pen...
Rinai Hati
488      258     1     
Romance
Patah hati bukanlah sebuah penyakit terburuk, akan tetapi patah hati adalah sebuah pil ajaib yang berfungsi untuk mendewasakan diri untuk menjadi lebih baik lagi, membuktikan kepada dunia bahwa kamu akan menjadi pribadi yang lebih hebat, tentunya jika kamu berhasil menelan pil pahit ini dengan perasaan ikhlas dan hati yang lapang. Melepaskan semua kesedihan dan beban.
I have a dream
270      221     1     
Inspirational
Semua orang pasti mempunyai impian. Entah itu hanya khayalan atau angan-angan belaka. Embun, mahasiswa akhir yang tak kunjung-kunjung menyelesaikan skripsinya mempunyai impian menjadi seorang penulis. Alih-alih seringkali dinasehati keluarganya untuk segera menyelesaikan kuliahnya, Embun malah menghabiskan hari-harinya dengan bermain bersama teman-temannya. Suatu hari, Embun bertemu dengan s...
injured
1218      657     1     
Fan Fiction
mungkin banyak sebagian orang memilih melupakan masa lalu. meninggalkannya tergeletak bersama dengan kenangan lainya. namun, bagaimana jika kenangan tak mau beranjak pergi? selalu membayang-bayangi, memberi pengaruh untuk kedepannya. mungkin inilah yang terjadi pada gadis belia bernama keira.
CAFE POJOK
3198      1077     1     
Mystery
Novel ini mengisahkan tentang seorang pembunuh yang tidak pernah ada yang mengira bahwa dialah sang pembunuh. Ketika di tanya oleh pihak berwajib, yang melatarbelakangi adalah ambisi mengejar dunia, sampai menghalalkan segala cara. Semua hanya untuk memenuhi nafsu belaka. Bagaimana kisahnya? Baca ya novelnya.
Hati Yang Terpatahkan
1839      833     2     
Romance
Aku pikir, aku akan hidup selamanya di masa lalu. Sampai dia datang mengubah duniaku yang abu-abu menjadi berwarna. Bersamanya, aku terlahir kembali. Namun, saat aku merasa benar-benar mencintainya, semakin lama kutemukan dia yang berbeda. Lagi-lagi, aku dihadapkan kembali antara dua pilihan : kembali terpuruk atau memilih tegar?
Move on
63      42     0     
Romance
Satu kelas dengan mantan. Bahkan tetanggan. Aku tak pernah membayangkan hal itu dan realistisnya aku mengalami semuanya sekarang. Apalagi Kenan mantan pertamaku. Yang kata orang susah dilupakan. Sering bertemu membuat benteng pertahananku goyang. Bahkan kurasa hatiku kembali mengukir namanya. Tapi aku tetap harus tahu diri karena aku hanya mantannya dan pacar Kenan sekarang adalah sahabatku. ...
Kisah yang Kita Tahu
5107      1446     2     
Romance
Dia selalu duduk di tempat yang sama, dengan posisi yang sama, begitu diam seperti patung, sampai-sampai awalnya kupikir dia cuma dekorasi kolam di pojok taman itu. Tapi hari itu angin kencang, rambutnya yang panjang berkibar-kibar ditiup angin, dan poninya yang selalu merumbai ke depan wajahnya, tersibak saat itu, sehingga aku bisa melihatnya dari samping. Sebuah senyuman. * Selama lima...