Setelah pembicaraan tadi malam, Zahra tak pernah berhenti untuk tidak terus tersenyum. Di setiap pandangannya yang menerawang, Ia selalu mengucapkan eh maksudnya terkadang mengucapkan satu nama. Yaitu "Alif".
Yah, semenjak Fia memberikan informasi tentang guru baru tersebut sekarang Ia mulai tau sebagian kecil tentang Pak Alif. Nama lengkapnya, dari keluarga mana Ia berasal dan keluarga seperti apa Ia berasal.
"Alif.?"
"Alif.?"
"Alif.?" Gumam Zahra. Nama itu terus saja melayang layang dalam pikiran nya.
"Apakah mungkin kita berjodoh?apakah Tuhan sengaja mengirim Kamu ke kehidupan Ku?apakah..."
"Ahhh...
Yang benar saja, kenapa Aku jadi seperti ini yah?"
"Ck, ini gara gara Kamu Lif!,yah ini semua gara gara Kamu!. Jika saja Aku tak bertemu Kamu pasti semua ini tidak akan terjadi!so, Kamu harus tanggung jawab Lif. Karena Kamu adalah orang yang pertama membuat Ku merasakan cinta! Kamu harus tanggung jawab! Kamu harus jadi milik Ku, Lif." Ucap Zahra gemas.
Zahra memejam kan matanya dan menghirup udara segar di sekitar taman ini.
"Love you Lif."
"Zahra..." Teriak Dewi mengejutkan Zahra.
"Shit! apaan sih Kamu, nagetin aja tau gak sih!" Ucap Zahra kesal seraya memegang dadanya.
"Hahaha..
Sorry..Sorry...Gue sengaja kok..." Timpal Dewi meledek.
"Njirrr...udah sengaja, ngeledek lagi..please deh gak lucu tau." Ucap Zahra semakin kesal.
"Lagian Loe sih, pagi pagi udah ngelamun aja! gak asik tau gak!" Ucap Dewi berkata jujur.
"Serah Gue dong mau ngapain aja. Kan ini hidup Gue, so Loe.."
"Iya deh serah Loe" Potong Dewi cepat.
"Hhhmmm."
"Eh, btw kok tumben Loe pakek bahasa 'Kamu'? bukan Zahra banget deh."
"Itu...Hhmm..
Iyah, Gue khilaf...Iyah Gue khilaf...
Ya kale seorang Zahra Affianisha ngomong gitu? impossible kelless.." Ucap Zahra beralasan.
"Oh, khilaf.
Iya juga sih, itu kan bukan sifatnya Loe banget yah.."
"Udah, ah. Kelas yok..udah mau bel nih.." Ajak Zahra seraya berjalan meninggalkan Dewi.
"Yah..yah..gak asik Loe, Ra! main pergi pergi aja."
"Woiiii...tungguin Gue.." Teriak Dewi sambil berlari.
"Eh...eh..kalian udah pada denger berita hangat, gak?" Tanya seorang gadis kepada teman duduknya.
"Berita hangat? tentang Kak Revan, Cha?" Tanya gadis itu balik kepada gadis yang bernama Cacha.
"Jiah, Kak Revan mah udah basi kali Rin.." Jawab Cacha menampilkan figur bosan.
"Kak Angga?" Tanyanya lagi.
"Kak Angga, Kak Alfi, Kak Yola, Zahra,...pokoknya ini bukan tentang Mereka semua! tapi ini tentang yang lain.." Jawab Cacha gemas.
"Lha, terus? ini tentang siapa?" Sekali lagi Ia bertanya.
"Ini tentang.."
"Iya ini tentang apa?" Sambar Ririn tak sabaran.
"Ini tentang Pak Alif, Rin!" Jawab Cacha cepat.
"Hahhhhhh? Pak Alif?" Teriak Ririn histeris, yang langsung membuat semua penghuni kelas melongo.
"Ini sih bukan cuma berita hangat Cha! tapi juga berita heboh! panas..panas..." Ucap Ririn bersemangat.
"Huh, dasar alay! gitu aja di teriak teriakin! alay Loe.." Ucap Rendy sang ketua kelas jengkel.
"Ye..serah Aku dong mau teriak apa gak! ini kan mulut Aku, bukan mulut Kamu..lagian yah, bilang aja Kamu iri! dasar perusak mood!" Timpal Ririn sengit.
"Njirrr, Loe yah dibilangin bukannya nurut eh malah ngelawan! dasar durhaka Loe!"
"Suka Aku dong."
"Shit, seandainya saja Allah ngasih ketua kelas kewenangan untuk ngutuk anak buahnya yang gak mau di atur jadi batu, pasti udah Gue kutuk Loe dari kemaren." Ucap Rendy kesal.
"Sayangnya Allah gak sejahat itu." Timpal Ririn tak mau kalah.
"Loe yah jadi orang kok ngeselin banget!!!!"
"Idih kamu kali yang lebih ngeselin!" Geram Ririn.
"Loe!"
"Kamu!"
"Loe!"
"Kamu!"
"Loe!"
"Kamu!"
"Hoam...Kalian ini pada kenapa sih? pagi pagi udah bikin rame kelas..?" Tanya seorang cowok yang tiba tiba muncul dan memecah ketegangan di antara Mereka berdua.
"Lho, kok gak ada yang pada jawab sih?"
"Ririn?"
"Tau ah, gelap! yuk Cha Kita pergi, kalo di sini terus yang ada makin gelap ni kelas!" Ucap Ririn cepat seraya menarik tangan Cacha dan membawanya keluar kelas.
"Rendy?"
"Mendung! tu cewek asli bikin Gue kesel abis, udah ah Gue cabut dulu mau ke ruang TU. Yogi, Loe mau ikut?" Ucap Rendy.
"Hah?"
"Kita ke ruang TU." Ucap Rendy memperjelas lagi.
"Hah?"
"Hah..heh..hah..heh...
Loe mau ikut apa gak?" Kesal Rendy.
"Oh..ok. Gue ikut." Jawab Yogi cepat.
"Gitu kek dari tadi." Mereka pun pergi menuju ruang TU.
sementara di lain tempat, Ririn dan Cacha melanjutkan obrolan Mereka yang sempat tertunda.
"Terus, Cha soal Pak Alif kenapa?" Tanya Ririn antusias.
"Kamu tau gak, Rin? hari ini Pak Alif yang ngajar Kita agama..." Ucap Cacha senang.
"Serius?"
"Iyah, Aku serius Rin." Jawab Cacha meyakinkan.
"Yes.."
Sementara itu, Zahra sudah berdiri di belakang Mereka. Menguping pembicaraan Mereka. Zahra pun turut bahagia dan berlari sekencang kencangnya. Ia berlari lari menyusuri koridor sekolah untuk mencari sahabat sahabatnya.
"Alif? serius?"
"Ternyata apa yang Aku harapkan tercapai juga..
Thanks god, ternyata engkau benar benar ada." Ucap Zahra bahagia.
"Eh..eh..eh...ni anak kok datang datang bukannya nyapa teman, eh malah senyum senyum gak jelas."
"Zahra? ini Loe kan?" Tanya Andrini khawatir.
"Yah Iyalah, ini Gue. Zahra Affianisha. Loe kira Gue Buk Dewi apa.? pada katarak yah?" Jawab Zahra jengkel.
"Duh, Zahra Zahra yang benar aja! siapa pun tau kale kalo ini Loe!" Jawab Andrini kesal.
"Lha terus, kenapa Loe bilang gitu ke Gue?" Zahra nyolot.
"Zahra zahra ternyata ini efek yang Loe dapatkan setelah nginep di rumah Fia tadi malam!otak Loe sema..."
"Stop! Loe tau darimana kalo tadi malam Gue nginep di rumah Fia?" Tanya Zahra cepat memotong ucapan Dewi dengan penuh selidik.
Sementara Latifa dan Andrini sudah kalang kabut memikirkan alasan apa yang akan Mereka jelaskan kepada Zahra.
"Shit!
Kenapa si Dewi pakek keceplosan segala lagi. Duh bisa berabe nih urusannya! alasan apa yah?oh, Tuhan apa yang harus Aku lakukan?" Ucap Andrini membatin cemas.
"Iya, Wi. Loe tau darimana kalo tadi malam Zahra nginep di rumah Gue? perasaan tadi malam Gue gak pernah kasih tau siapa siapa deh.." Fia ikut bersuara dan meminta penjelasan dari Dewi.
"Ee...Gue..Gue.."
"Gimana nih, Gue harus bilang apa ke Mereka? Latifa, Andrini Tolongin Gue dong. Please Gue bingung nih harus bilang apa?" Teriak Dewi dalam hati.
"Sebenarnya, Ra. Tadi malam itu kita kerumah Loe, Kita mau ngajak Loe pergi jalan jalan. Kan Kita semua udah jarang jalan berlima. So tadi malam Gue, Dewi dan Andrini kerumah Loe..
Tapi bukannya ketemu sama Loe, eh Kita ketemu sama umi Loe. Jadi, Umi Loe bilang kalo Loe gak ada di rumah tapi lagi nginep di rumah Fia..
So, Kita maklumin kondisi Loe dan gak jadi pergi jalan jalan.." Ucap Latifa memberikan alasan kepada Fia dan Zahra.
"Semoga aja Mereka percaya, please.." Doa Latifa.
"Good, Latifa. Ide Loe bagus juga, moga aja sesuai ama kejadian tadi malam.." Batin Andrini berharap.
"Ohh, Loe kerumah Gue? Hhmm iya iya Gue percaya.." Jawab Zahra tenang.
"Ah,vudah yuk Kita ke kelas aja. Jam pertama kan pelajaran bahasa Arab, ini juga udah mau masuk.." Ajak Andrini
mengalihkan pembicaraan.
"Ih, Loe benar juga. Ni hari pelajaran nya gak enak semua, jam pertama bahasa Arab. Setelah itu Agama Islam, selanjutnya SBD nah yang terakhir Matematika minat.." Keluh Dewi.
"Loe curhat lihat tempat lihat situasi dong! main asal ceplos aja Loe.." Protes Fia.
"Lho, emang kenapa? ada masalah?" Tanya Dewi yang masih belum sadar.
"Ada! Loe mau tau?"
"Ya.."
"Waktu Loe ngomong tadi di belakang Loe ada Pak Hilman, Guru bahasa Arab Kita. Mati Loe! pasti Loe jadi incaran Pak Hilman habis ini. "
Mereka semua langsung tertawa terpingkal pingkal, kecuali Dewi yang sudah terlihat ingin menangis memikirkan apa yang akan terjadi saat pelajaran bahasa Arab nanti.
"Udah, ah. Kita masuk aja." Ajak Dewi yang sudah berlari memasuki kelas.
"Ya ya Dia malah kabur." Ejek Andrini.
"Ya udah Kita masuk yuk." Ajak Andrini.
"Kalian duluan aja, nanti Gue ama Zahra nyusul." Tolak Fia.
"Oh, ok. Tapi Kalian mau kemana?" Tanya Latifa.
"Zahra mau nemenin Gue ke toilet."
"Oh, ya udah..
Bye.."
"Yuk Ra..."
"Kita kenapa ke sini? ini kan bukan toilet tapi taman Fi!"
"Ya iya lah ini taman! siapa bilang ini toilet." Ucap Fia tenang.
"Dasar nyebelin! anak Tk pun tau ini taman bukan toilet!Tapi, maksud Aku kan kenapa gak jadi ke toilet.." Protes Zahra.
"Hhmm, ok, Kita jangan bahas masalah toilet atau taman. Aku cuma mau ngomongin ini ama Kamu.." Ucap Fia memilih mencari jalan keluar perdebatan Mereka.
"Ngomongin apa?"
"Kamu merasa aneh gak sama kelakuan Mereka bertiga?Mereka tau kalo Kamu nginep di rumah Aku? Okelah alasan Mereka hampir benar dengan membuat alasan ke rumah Loe..
Tapi kan di rumah Loe cuma ada Bik Imah dan gak ada siapa siapa lagi..Ra.."
"Iya sih, Kamu benar Fi. Pasti ada yang Mereka sembunyikan dari Kita.." Ucap Zahra curiga.
"Aku emang dari awal berteman ama Mereka udah mulai ngerasa gak enak gitu..."
"Ya udah,blebih baik Kita selidiki bersama. Kita harus bongkar siapa Mereka sebenarnya.."
"Ok."
"Ya udah, Kita ke kelas yuk..
Nanti Kita telat lagi.."
"Ya udah yuk.."
Bersambung...
Tetap lanjut kok, ditunggu aja yah
Comment on chapter Lembar baru, tinta hitam