Kini Sinb berada didalam sebuah kereta, menunggu sesosok iblis muncul. Iblis yang berusaha menyerap beberapa energi dari para manusia.
Sinb duduk sambil termenung di gerbong kosong, diotaknya masih mengingat semua hal yang dikatakan Jungkook dan serangan mendadak Jungkook berhasil meluluh lantahkan hatinya.
Sinb tersenyum getir. "Apa yang kau inginkan sebenarnya Jeon Jungkook!" Kata Sinb yang kini bangkit, ia tak ingin lagi fikirannya terganggu dengan sosok itu--sosok yang selalu menyakiti hatinya dengan sikap ketidak pastian yang selalu pria itu tunjukkan. Sinb terus berjalan melewati tiap gerbong yang mulai terisi beberapa manusia dengan kesibukan mereka masing-masing. Jelas para manusia itu tak mampu melihat kehadiran Sinb.
Sosok iblis laki-laki memakai kemeja putih dengan dasi yang berantakan sedang berkeliling, menjilati dada beberapa wanita yang memakai pakaian sedikit terbuka. Sosok iblis mesum itu mampu membuat beberapa wanita menjadi panas tanpa mereka tau sebabnya.
Sinb diam, melipat kedua tangannya memandangi dengan seksama aksi iblis tersebut dan ketika iblis tersebut selesai, hendak pindah ke wanita yang lainnya, ia menabrak tubuh Sinb yang jelasnya membuatnya terkejut. Sinb menjelma menjadi wujud gadis dengan pakaian terbuka dan membuat iblis itu tak menyangka bahwa dirinya ada malaikat karena menurut informasi, iblis yang satu ini sangat lihai melarikan diri.
"Kau bisa melihatku?"
Tanya Iblis itu dan Sinb mengangguk. Membuat Iblis itu senang, karena ada yang bisa melihatnya dan mungkin sebentar lagi ia akan bisa bermain dengan gadis dihadapannya ini. Sinb menatap datar iblis itu, menunggu reaksinya.
Benar saja, iblis itu memutari tubuh Sinb seolah menilai dengan pandangan mesumnya. Saat tangan iblis mesum itu mulai bergerak hendak menyentuh Sinb, Sinb mencegahnya dan mencengkram erat tangan iblis itu membuatnya meringis.
"Ikut aku!" Katanya yang kini mereka pun menghilang.
Mereka muncul disebuah hamparan ilalang yang luas, Sinb segaja melakukan itu agar iblis itu tidak dapat kabur dengan masuk kedalam benda atau manusia.
"K-kau ma-lai-kat?"
Tanya iblis itu terbata saat melihat wujud Sinb dengan wajah pucat, bibir hitam dengan kemeja putih, jas dan roh hitamnya tak lupa topi kebesaran yang selalu ia pakai.
Sinb tersenyum sinis dan melayangkan tinjuannya pada tubuh iblis itu.
BLEDDDUUUUMMMM
Suara dentuman itu mengema, memenuhi setiap inci ruang kosong yang tercipta dihamparan nan luas ini.
"Bagaimana? Rasanya lebih sensasional dari ketika kau menjilati dada para wanita bukan?" Cibir Sinb yang menghilang dan kini muncul dihadapan iblis yang terkapar itu.
"Tolong, jangan bunuh aku!"
Mohonnya, membuat Sinb semakin muak melihat drama menjijikan dari para iblis menyebalkan ini. Segera Sinb mengangkat iblis tersebut dengan satu tangannya menopang leher iblis tersebut, membuatnya merasa tercekik dan tangan kirinya mulai melayangkan pukulan bertubi-tubinya.
DUAAK
DUAAK
DUAAK
"Ini serangan terakhirku." Sinb membawa tubuh iblis itu melayang ke udara dan melepaskannya, membuatnya jatuh kebawa dan Sinb muncul dihadapan iblis tersebut tepat bersamaan pukulan dentuman terakhirnya.
BLEEENNNDUUUUMMM
Kali ini gelegarnya lebih kuat terdengar dan membuat sedikit getaran. Iblis itu terkapar dan menghilang bersama dengan munculnya bola kristal melayang-layang, memberikan tetesan merah pada cairan di dalamnya dan membuat cairan itu berubah dan menghilang setelahnya.
"Apa kau harus seserius itu menghadapinya? Ia hanya iblis rendahan." J-hope muncul disamping Sinb yang masih mengatur nafasnya yang memburu.
"Jangan lampiaskan kemarahanmu kepadanya. Kau harus bisa mengontrol emosimu!" Lanjut J-hope mencoba menasehati saudarinya ini. Sinb menghela nafas, Sinb tidak menunjukkan reasi tempramental seperti biasanya. Ia hanya menghela nafas merasa kesal pada dirinya sendiri.
"Wae?" Melihat tak ada reaksi dari Sinb membuat J-hope mempertanyakannya.
"Aku tidak mengerti kenapa aku terjebak diantara dimensi seperti ini. Semua membuat ku gila, aku tidak tau apa yang harus ku lakukan?" Kata Sinb dengan ekspresi bimbangnya dan pandangan prihatin itu tergambar jelas pada sorot mata J-hope.
"Aku tau, kau pasti bisa melaluinya." Bahkan kali ini J-hope memeluk saudarinya ini.
Pada akhirnya Sinb menyadari bahwa ia tak sekuat yang ia duga. Tujuan awal hanya untuk memperoleh pengampunan serasa seperti melayang dengan perasaannya yang tak karuan dan fikirannya yang selalu tertuju pada satu nama--satu nama yang selalu saja mengusiknya meskipun hanya berdiri dihadapannya. Jeon Jungkook dapatkah kau melihat itu? Kau berhasil--selalu berhasil menghancurkannya meskipun tanpa menggunakan senjata apapun.
---***---
Mina duduk disebuah kursi kantin, sedikit merasa cemas dan tak nyaman dengan tatapan berapa siswa. Seulgi memberitahunya untuk menunggu disini karena ia harus menemui beberapa roh diatap dan belum kembali sampai detik ini.
"Tidak biasanya kau sendirian, mana Seulgi?"
Taehyung, entah dari mana? Pria itu sudah duduk dihadapan Mina, membuat gadis itu sedikit ketakutan dan waspada. Taehyung yang menyadari merasa tak enak hati.
"Tenang, aku tidak akan mencabut nyawamu. Aku datang kemari untuk memesan makanan." Kata Taehyung yang berusaha sekali mencairkan suasana.
"Malam itu, kau baik-baik saja kan? Apa kau terluka?" Tanya Taehyung dengan hati-hati.
"A-aku baik dan tidak terluka." Mina terlihat kikuk dan itu cukup menggemaskan bagi Taehyung.
"Kau sudah memesan sesuatu?" Tanyanya dan Mina segera menggeleng.
"Kenapa?" Taehyun merasa heran dengan gadis satu ini. Mina terlihat kebingungan untuk menjawabnya.
"Aku menunggu Seulgi." Akhirnya alasan itulah yang muncul dari mulutnya yang seketika membuat Taehyung mengangguk mengerti.
"Bagaimana kalau sekarang kita pesan saja, sembari menunggu Seulgi dan Suga hyung." Usul Taehyung dan Mina menetujuinya dengan sedikit menyunggingkan senyumnya membuat Taehyung membeku. Cantik, bahkan ketika tersenyum seperti itu saja membuatnya terlihat sangat cantik dan Taehyung merasakan sesuatu, detak jantungnya yang berjalan semakin cepat dan gilanya, ia tidak ingin gadis dihadapannya ini berhenti tersenyum.
"Aku suka." Guman Taehyung
"Wae?" Mina menanyakan maksud Taehyung.
"Senyumanmu." Katanya lagi yang nampak belum menyadari ucapannya sepenuhnya. Pipi Mina merona dan menunduk merasa malu dengan pujian Taehyung.
"Kalian kenapa?" Sapa Seulgi yang seketika membuat Taehyung tersentak, hampir saja kepalanya membentur meja karena tadi ia sedikit mencondongkan tubuhnya ke Mina tanpa tangannya berusaha menopang dagunya. Mina hanya menunduk sambil berusaha menahan tawanya, baginya sikap Taehyung itu lucu.
"Aku merasa sesuatu terjadi disini. Lihatlah mereka mencurigakan." Kata Seulgi pada Suga yang kini duduk disampingnya dengan tertawa.
"Sudahlah, Taehyung sangat menyukai kesendiriannya yang abadi. Jadi itu sangat mustahil baginya berkencan, mungkin ia hanya mengoleksi beberapa hanya untuk bersenang-senang. Mina-ssi, kau harus berhati-hati dengannya." Suga selama ini memang tak banyak bercanda tapi sekali pria tampan ini bercanda, ucapannya lebih mirip sebuah sindiran yang seketika membuat bibir Taehyung mengerucut karena kesal dengannya.
"Astaga! Sayang, aku tidak percaya bahwa kau bisa berbicara seperti itu." Komentar Seulgi dengan senyum gelinya, bahkan tangan gadis itu sudah menyentuh lengan Suga dan mencubitnya gemas.
"Itu adalah fakta. Percayalah, aku tidak pernah berbohong." Tawa Seulgi semakin pecah saat Suga dengan seriusnya mengatakan itu. Mina diam-diam tertawa sementara Taehyung sudah terlihat sangat kesal.
Brak
Tiba-tiba Taehyung menggebrak meja membuat semua perhatian teralih kepadanya yang memang semenjak tadi meja yang mereka tempati sudah menyorot perhatian banyak mata.
"Wae?" Tanya Suga dengan ekspresi mengejek darinya.
"Kalau aku memang menyukai Mina bagaimana? Apa aku tidak boleh menyukainya?" Kata Taehyung yang jelas membuat Mina membeku dengan sorot mata dan ekspresi shock sementara Seulgi sudah dibuat menganga dan Suga terlihat sekali menahan tawanya.
"Jadi kau menyukainya?" Suara itu? Jeon Jungkook tiba-tiba saja hadir diantara mereka dan duduk begitu saja. Seulgi saling bertukar pandangan dengan Mina, merasa panik dengan situasi yang cukup menegangkan ini. Suga semakin ingin tertawa saja saat melihat Taehyung seolah mati kutu.
"Wae? Kenapa kau tak menjawabnya?" Desak Jungkook yang memperlihatkan ekspresi datarnya dan Taehyung mendesah. Mina dan Seulgi terlihat cemas, takut kalau mereka akan benar-benar bertengkar merebutkan Mina.
"Ok, kalian berhasil mengerjaiku sekarang! Apa kalian puas!" Taehyung membanting pantatnyanya pada kursi kayu dengan alas busa empuk itu dan
"Hahaha...." Tawa dua pria tampan itu langsung meledak, membuat semuanya terkejut termasuk Mina dan Seulgi yang tak menyangka bahwa ini hanya candaan mereka.
"Kau harus mentraktir kita semua hyung." Jungkook mengingatkan.
"Ya, itu harus. Aku masih menyimpan janji yang pernah kau buat dalam memoriku." Timpal Suga sambil tertawa geli.
Taehyung pernah mengatakan bahwa wanita itu cukup merumitkan dan Taehyung tak ingin berurusan dengan makhluk satu ini. Mungkin hanya bermain-main atau menganguminya saja tapi untuk menjadi kekasih? Taehyung tidak mau dan jika itu sampai terjadi, sampai ia benar-benar menyukai seseorang dan mengutarakan perasaannya berarti Taehyung harus mentraktir mereka berdua makan selama satu bulan, usul Jungkook dan Taehyung menyetujuinya.
Karena hari ini tanpa sengaja dan dengan mudahnya Taehyung mengakui perasaannya, jelas saja ia sudah termakan dengan ucapannya sendiri dan mau tidak mau, ia harus melaksanakan janjinya itu.
"Ya, aku tau. Kalian cerewet sekali." Gumannya kesal dan Suga bersama Jungkook masih tak berhenti tertawa sementara Mina dan Seulgi masih fokus memperhatikan Jungkook yang tak terlihat marah sama sekali. Kenapa dengan pria itu? Tidak ada tanda-tanda bahwa ia akan meledak? Apa ia sangat ahli berakting?
Bel pertanda istirahat sudah berakhir, kini mereka jalan bersama menuju kelas dengan Seulgi dan Suga berjalan di depan, kemudian Taehyung, Mina dan Jungkook. Sungguh, mereka berlima terlihat seperti rombongan idol yang sedang melakukan kunjungan pada sebuah sekolah, cukup menyita banyak perhatian karena paras mereka yang tak mampu untuk diabaikan.
"Aku akan pergi ke kelas." Seulgi berpamitan kepada semuanya dan memasuki sebuah pintu yang merupakan kelasnya dan kini giliran Suga.
"Aku akan ke kelasku. Ingat Mina-ssi, kau harus berhati-hati pada Taehyung."
"Hyung!" Taehyung memprotes. Baik Suga dan Jungkook hanya mampu menertawai ekspresi Taehyung yang terlihat malu dan juga kesal.
Kini hanya tinggal mereka bertiga.
"Mina-ya, bolehkah aku menyukaimu?" Tanya Taehyung santai dan tidak terlihat gugup, Taehyung terlihat seperti meminta izin pada Mina untuk melakukan sesuatu dan tidak terkesan seperti sebuah pernyataan cinta. Mina, kembali lagi membeku dengan manik mata yang berkedip kebingungan. Jungkook diam, tidak mau ikut masuk atau mengganggu mereka.
"Kau tak harus membalasnya haha, hanya izinkan aku menyukaimu." Kata Taehyung dengan tawa garingnya yang jelas melihat jawaban Mina dari ekspresi kebingungannya, meskipun begitu Taehyung masih ingin mencobanya. Siapa tau besok, besoknya, lusa, beberapa hari, seminggu, sebulan, beberapa bulan bahkan beberapa tahun lagi Mina akan menyukainya. Jujur, ini pertama kalinya bagi Taehyung menyukai seseorang dengan cepat. Awal yang membuat Taehyung tertarik pada Mina adalah saat malam itu, dimana Mina dapat melihatnya dengan wujud malaikat, bahkan saat Hwa-eun yang Taehyung tau adalah sosok malaikat murni dengan sikap tempramentalnya itu mencoba membuatnya pergi? Disaat itulah Taehyung merasa dilema, ia takut terjadi sesuatu pada Mina dan tak menginginkan gadis itu terluka oleh siapapun. Meskipun saat itu ia memilih untuk pergi, Taehyung menunggu Mina di atap apartemen Seulgi sampai ia dapat memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja. Semenjak itu, Taehyung tak bisa menghapus bayang-bayang Mina dalam otaknya.
Mata Mina melirik pada sosok Jungkook yang juga berdiri disampingnya. Jungkook menyadari tatapan Mina dan mengangguk tersenyum yang seketika membuat Mina juga mengangguk. Seperti apa reaksi Taehyung melihat anggukan Mina? Tentu saja ia tersenyum dan langsung memeluk Mina dihadapan Jungkook.
"Gomawo..." Guman Taehyung sementara Mina yang terkejut hanya diam dengan seluruh tubuh yang tegang.
"Ah, kalian membuatku sakit mata saja. Aku pergi." Kata Jungkook yang kini meningalkan mereka berdua dengan sorot mata ketidak mengertian dari Mina dan Taehyung bersyukur karena Jungkook akhirnya mengerti dan membiarkan dirinya bersama Mina tanpa rasa kikuk.
---***---
Suara dentuman cukup keras memenuhi tiap inci ruangan dengan beberapa orang yang memenuhi dance floor. Beberapa orang duduk di sofa dengan beberapa minuman termasuk Jungkook, Suga dan Taehyung. Mereka mencmyeruput segelas kecil yang berisi bir.
"Ah menyebalkan, kenapa kita tidak bersenang-senang saja? Hanya boleh meminum beberapa gelas bir." Keluh Taehyung yang sepertinya sangat ingin meminum beberapa botol bir.
"Kau tidak mengeluarkan sesen pun uangmu untuk membeli minuman. Bagaimana jika kau berkencan dengan Mina? Berhentilah menjadi pelit!" Tegur Suga membuat Taehyung manyun.
"Ne...Ne...Aku tau. Tentu saja aku akan rela mengeluarkan berapapun uangku untuknya, hahaha." Katanya tertawa dan Jungkook nampak berfikir sesaat sebelum mengucapkan sesuatu.
"Kau benar-benar menyukainya hyung?" Tanya Jungkook, seketika Taehyung mengangguk.
"Ya, aku tidak pernah seperti ini sebelumnya." Jawab Taehyung yang kini tidak lagi menyeruput gelas kecil tapi sebotol bir.
PRYAAARRR
AAAHHHHH
Terdengar suara pecahan botol dan teriakan beberapa orang wanita.
"Sepertinya sudah dimulai. Ayo bergegas!" Suga bangkit dan diikuti oleh Taehyung dan Jungkook.
Kedatangan mereka kemari adalah untuk mencabut beberapa roh yang akan mati di club malam ini.
Ditengah-tengah dance floor, seorang pria menodongkan pecahan botol yang sudah berlumuran darah pada beberapa orang yang berusaha mendekat. Sementara dibawahnya sudah ada sosok wanita yang tergeletak dengan darah segar yang mengucur deras dari kepalanya. Tidak ada tanda kehidupan pada tubuh wanita itu, sepertinya ia sudah meninggal.
"Sekarang giliranku." Kata Taehyung yang berjalan mendekat, kemudian berjongkok di depan jasad wanita itu hendak mengeluarkan roh dalam jasad tersebut.
"Choi Hani, umur 32 tahun, mati karena terbunuh kepala terbentur oleh botol minuman dengan waktu kematian pukul 23.10. Keluarlah, sebelum aku memaksamu keluar." Pinta Taehyung tapi roh itu tidak bereaksi. Suga dan Jungkook yang melihatnya, sedikit bingung sambil mengawasi pria setengah mabuk yang masih menodongkan pecahan botol pada beberapa orang.
"Pergi kalian! Atau aku akan membunuh kalian semua, sama seperti wanita jalang ini hahaha." Ucap pria itu dengan gelak tawa, ia nampak tak merasa bersalah sedikit pun.
"Choi Hani keluar!" Taehyung masih memaksa roh wanita ini untuk keluar tapi bukan roh Hani yang keluar melainkan seorang iblis yang tiba-tiba mencekik Taehyung.
"Malaikat bodoh! Memuakan!"
Iblis berwujud wanita dengan gaun minimnya.
"Brengsek!" Taeyung mengumpat, berusaha mendorong tubuh iblis itu tapi gagal.
"Jungkook, tolong Taehyung dan aku akan memantau pria itu." Jungkook mengangguk kemudian menghilang dan muncul dibelakang iblis yang masih mencekik leher Taehyung.
"Tempatmu bukan disini." Jungkook memotong kedua tangan iblis itu.
Blash
"Aaarrrrgggghhhhh."
Iblis itu menjerit kesakitan saat kedua tangannya sudah terpotong dan Taehyung segera melempar kedua tangan itu kesegala arah.
"Para malaikat bodoh, aku bisa menyambungkan tubuhku dengan mudah...hihihi."
Iblis itu menyatukan kedua tangannya kembali. Kali ini ia keluar dari jasad yang tergeletak itu dan berjalan mendekati pria yang memegang pecahan botol itu.
"Kembali ke tempatmu!" Perintah Jungkook membuat iblis itu tertawa.
"Urusi saja urusanmu bocah kecil."
Iblis itu masuk pada tubuh pria itu, membuat tubuh itu bergetar hebat dan matanya berubah menjadi putih semua. Ia menyeringai sebelum akhirnya berlari mencoba membunuh lebih banyak.
Daashhh
"Aaahhhh"
"Jebal!"
Jleb
"Aaaahhhh"
"Pria itu gila!"
"Bagaimana kalian bisa memasukkan orang gila kemari!"
"Telpon polisi!
Jeb
"Aaaahhhh"
Ada lima orang yang tergeletak dan semuanya wanita. Pria yang dirasuki iblia itu tersenyum sinis dengan wajah berlumuran darah cipratan dan seluruh tubuhnya pula.
Jungkook, Suga dan Taehyung merasa bingung. Tidak tau harus melakukan apa? Kelima wanita yang mati itu memang masuk dalam daftar pencabutan roh tapi mereka tidak tau bahwa ternyata yang membunuhnya adalah iblis yang merasuki pria itu.
"KELUAR KU BILANG! ATAU KAMI AKAN MENYERANGMU!" Geram Jungkook yang terlihat sangat marah, ia sudah mulai bergerak.
"Tidak! Kau tidak boleh mengeluarkan dentuman kerasmu itu. Pria yang sedang bersamanya tidak masuk dalam daftar kematian." Cegah Suga tapi Jungkook yang marah suda tak peduli lagi.
"Aku tidak peduli!" Jungkook sudah melayang dengan tangan mengepal, hendak menyerang iblis yang merasuk dalam tubuh pria tersebut, hanya selangkah lagi Jungkook akan sampai padanya tapi tiba-tiba saja.
BLEEEDDDUUUUMMM
Tubuh Jungkook terpental dan para manusia hanya merasakan angin yang kencang menghempaskannya dan muncul lah sosok RM yang berhasil menghalau serangan Jungkook dan satu sosok yang membuat ketiga malaikat tampan itu terperangah, Sinb sudah berada disamping pria yang kerasukan iblis itu. Memegangi dadanya, seperti hendak mengunci pergerakan iblis tersebut.
"Bodoh! Kenapa membuat keributan disini? Apa kalian tidak bisa menyelesaikannya tanpa melukai manusia lain?" Bentak RM membuat Taehyung dan Suga segera menghampirinya dan membungkuk. Jungkook tergeletak dilantai dengan rasa ngilu disebagian tubuh tapi ia tidak menghiraukannya pandangan dan rasa sakitnya teralih pada sosok dibelakang RM yang tak sedikit pun mau menatapnya.
"Kapten!" Sapa mereka.
"Kau tidak apa-apa Jungkook?" Jungkook diam, tak menjawab baginya rasa sakit tidak terlalu penting, hanya sosok yang berdiri di belakang RM yang sedang menahan pria itulah yang paling ingin ia tau.
"Hwa-Eun...Terima kasih untuk bantuannya dan maafkan kami." Mohon Taehyung, di ikuti Suga yang sekali-kali memandang Sinb yang memang baru pertama kali melihat sosoknya.
"Aku akan membereskannya." Pamit Sinb pada RM dan pria itu mengangguk.
Sinb menepuk dada pria itu dan seketika iblis itu terlempar keluar, Sinb mucul dihadapannya dan membawanya menghilang bersamanya.
"Sekali lagi kalian melukai manusia, kalian akan mendapatkan hukuman!" Tegas RM yang memandang Taehyung dan Suga bergantian. Keduanya mengangguk mengerti sementara Jungkook masih tergeletak dilantai.
"Dan kau Jungkook, kekuatan besarmu itu tidak untuk kau gunakan sesuka hatimu. Aku bisa mencabutnya kalau kau sampai melakukan hal seperti ini lagi!" Jungkook mendesah mendengarkan ucapan RM yang kini sudah menghilang ditengah-tengah dance floor yang kacau.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Suga memastikan keadaan Jungkook tapi pria itu nampak termenung. Sementara Taehyung membimbing para roh untuk masuk kedalam pintu akhirat.
"Aku tidak bisa melihat mereka bersama." Lirih Jungkook dengan ekspresi sedihnya.
"Apa maksudmu?" Suga semakin bingung.
"Kalian sudah melihatnya kan? Dialah Hwa-Eun, malaikat murni yang berkewajiban menangkap para iblis. Dia sangat menyeramkannya seperti para iblis itu. Ah, kenapa aku selalu bertemu dengannya?" Taehyung yang sudah menyelesaikan tugasnya mengacak rambutnya frustasi.
"Ia terlihat mungil dan tidak terlalu menakutkan, kau saja yang berlebihan." Cibir Suga dan Jungkook masih saja diam.
"Aish, kau tidak tau saja seperti apa tempramennya itu. Dia menakutkan hyung, aku tidak berbohong!" Kukuh Taehyung.
"Aku terkesan dengan caranya mengeluarkan iblis itu. Sepertinya ia memang sangat kuat." Guman Suga.
"Kau kenapa diam? Apa sakit? Kurasa Kapten tidak terlalu mendorongmu tadi, kau belum merasakan kekuatan dentuman Hwa-Eun kan? Ah, dia mengerikan!" Keluh Taehyung.
"Cukup! Berhenti membicarakan mereka. Aku pergi!" Jungkook menghilang begitu saja membuat Suga dan Taehyung kebingungan.
"Aish, disini kita juga punya satu orang bertempramen buruk." Cibir Taehyung.
"Sudahlah, mungkin Jungkook kesal karena ulah iblis itu." Duga Suga dan Taehyung mengangguk, menyetujui.
"Ayo pergi!" Ajak Suga dan mereka pun menghilang.
Sekeras apapun kau tidak mencoba peduli, itu akan membuat dirimu semakin memikirkannya dan perasaan itu akan semakin membesar seperti bom atom yang hanya menunggu sampai waktunya tiba untuk meledak, mendesakmu dengan kerinduan yang semakin memuncak.