Read More >>"> Gagal Menikah (Lanjutan 01. Pertemuan Tak Terduga) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Gagal Menikah
MENU 0
About Us  

“Stik pisang keju dan jus alpukat aja.” Mulutnya begitu lancar menyebutkan pesanan yang begitu kulihat di buku menu harganya so fantastic.

                Si waiter masih menungguku yang sibuk membolak-balik halam buku menu ini dengan sabar lengkap dengan buku catatan dan pulpen ditangannya. Semenit, dua menit, aku masih juga sibuk membolak-balik halaman buku menu.

                “Hmmm… jus alpukatnya dua aja.” Suara Calvin itu menghentikan tanganku membolak-balikkan buku menu. Kuberikan senyum simpul tanda ragu-ragu dengan pilihan Calvin itu pada si waiter, tapi sayangnya dia langsung menulis sesuatu dan berbalik pamit. Sekarang pikiranku sibuk menghitung uang yang aku punya, apakah cukup untuk membayar?

                “Tenang aja, di sini stik pisangnya terkenal dengan porsinya yang banyak.” Ucapnya tanpa rasa berdosa telah menguras uang jajanku begitu banyak. Membayar satu porsi jus alpukat di tempat ini sama dengan biayaku beli lauk 5 hari. Masa iya aku makan gak pake lauk selama 5 hari untuk menutupi ini?

                “Kamu tinggal di asrama, kan?”

                Aku mengangguk.

                “Naik apa ke sini?”

                “jalan kaki, Kak.”

                “hmmm… Mulai skarang biar aku antar jemput aja.”

                Aku tak menanggapi yang satu itu. Bukan apa-apa. Aku hanya tak ingin berdebat tentang hal yang kurang penting.

                “Kamu gak suka ya aku antar jemput? Ato….” Calvin terhenti sejenak. “Ada yang bakal marah?”

                “Bu.. bukan gitu Kak, aku nyaman aja jalan kaki….”

                “Oh… kalo gitu nanti aku temani, yah…”

                Aku terkesiap mendengar ucapannya. “Astaga.. apa orang ini masih waras?” Ucapku dalam hati sambil menatapnya lekat-lekat.

                “Gak usah khawatir, aku masih waras kok.”

                “Eh, kok bisa tahu apa yang ada di pikiranku?” Ucapku dalam hati lagi.

                “Jelas banget lagi, dari ekspresi kaget kamu…” Ia semakin terkekeh melihatku kebingungan karena ia bahkan bisa menebak dengan benar apa yang sedang kupikirkan.

                “Ini pesanannya….” Si waiter yang tadi datang dengan nampan berisi pesanan kami di tangannya. Setelah menatanya di meja, ia segera pamit pergi.

                Terlihat jelas Calvin sangat haus. Jus yang barus saja disajikan langsung tandas setengahnya berpindah ke lambungnya. Tapi ia belum menyambar stik pisang pesanannya.

                Sementara aku, masih ragu menghisap jus itu lewat sedotan hijau putih yang kini kupegangi. Aku masih terpikir harganya. Demi segelas jus alpukat aku harus rela hemat berhari-hari. Harusnya tadi kutolak saja ajakannya. Perasaan sesal mulai menggerogotiku. Tapi kuputuskan untuk meminumnya juga meski masih ragu. Meskipun kusesali 7 turunan tak mungkin waktu bisa kuputar kembali kan?

                “Kamu gak suka jus alpukat ya?”

                “Su.. Suka kok..”

                Entah apa yang ada dipikirannya, tapi ia tersenyum manis mendengar jawabanku.

                “Sebenarnya, ada yang ingin aku bicarakan.” Ucapnya disela-sela giginya sibuk mengunyah stik pisang kejunya.

                Aku tak menjawab tapi menghantikan aktifitas mengaduk-aduk jus dengan sedotan dan beralih memperhatikannya.

                “Lima bulan lagi akan ada kompetisi antar jurusan. Aku pikir kamu berbakat.”

                “Ehhh…?!”

                “Ya. Kamu suka menulis kan? Keliatan dari cara kamu buat makalah tadi. Kata-katanya tersusun rapi.”

                “Aku emang suka nulis, tapi nulis fiksi doang.”

                “Ya, itu dia. Di hari ulang tahun kampus nanti ada banyak banget lomba. Salah satunya bikin novel. Mungkin kamu bisa berpartisipasi.”

                “Aku gak bisa, Kak.”

                “Kenapa?”

                “Karna selama ini gak ada tulisanku yang ku_publish. Mana bisa tahu bagus ato gak nya?”

                “Kamu gak usah khawatir. Aku akan bantu sebisanya.”

                Aku sangat bahagia ada orang sebaik ini. Tapi untuk ukuran seseorang yang tak sengaja bertemu, bukankah ia terlalu baik? Pikiranku berkecamuk ke mana-mana. Termasuk juga memikirkan tawarannya untuk mengikuti kompetisi itu. Apa aku bisa? Tapi dari sekian banyak novel yang kubuat, belum ada satupun yang kuselesaikan.

                “Hey..” Ucapnya sambil memetikkan jarinya di hadapanku. “Ngelamunin apa?”

                “Ah.. gak. Bukan apa-apa.” Karena tak ingin ditanyai lebih lanjut, kuhisap sampai tandas semua jus dalam gelas.

                Calvin mengangkat tangan kanannya sebagai tanda meminta bill dari si waiter. Sebelum waiter itu tiba, aku berusaha mencari dompet dalam ransel. Setelah ketemu, sengaja tak kukeluarkan dari tas, lembaran uang 50ribu kucomot dari dalam dompet dan meletakkannya di atas meja. Calvin yang menyadari hal itu langsung berkata, “biar aku bayarin aja.”

                Meski merasa terselamatkan, tapi aku tak bisa seperti itu. Apa yang kuminum harus kubayar. “Jangan Kak… Biar aku.”

                Ia tersenyum manis dan tulus. “Aku mohon, kali ini biar aku yang bayar yah… Kan aku yang ngajak.”

                Si waiter yang menunggu bayaran itu geleng-geleng kepala. Aku tak tahu pasti apa yang dipikirkannya, tapi pasti ia sedang memikirkan betapa bodohnya gadis sepertiku yang menolak traktiran cowok. Tapi aku punya prinsip sendiri dalam hidupku. Pantang bagiku menerima pemberian orang lain. Apalagi tanpa maksud yang jelas.

                “Kamu masih punya kelas jam 2 siang nanti, kan?” Tanya Calvin begitu kami sudah di dalam mobil dan bersiap kembali ke kelas.

                “Iya.”

                “Kalo gitu kita ketemu lagi selesai kelas kamu, yah..”

                Aku mengangguk saja. Sebenarnya aku masih heran dengan sikap asisten dosen satu ini. Apa yang ia mau dariku? Sikapnya yang sok akrab dan seakan-akan sedang menarik perhatianku itu membuatku sedikit waspada.

                Namun kuputuskan untuk tak berpikir negatif tentangnya. Bisa saja kan, ia memang hanya ingin jurusan kami menang di lomba nanti. Kupikir juga, pertemuan tak terduga ini akan menjadi awal yang baik untukku ke depannya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • CintaAstuty

    Hehe...
    Bingung cari judul..
    jadi yah, yang lurus-lurus aja...

    Comment on chapter 01. Pertemuan Tak Terduga
  • dede_pratiwi

    Author, judulnya greget banget sih. mantap

    Comment on chapter 01. Pertemuan Tak Terduga
Similar Tags
Catatan 19 September
24350      2906     6     
Romance
Apa kamu tahu bagaimana definisi siapa mencintai siapa yang sebenarnya? Aku mencintai kamu dan kamu mencintai dia. Kira-kira seperti itulah singkatnya. Aku ingin bercerita sedikit kepadamu tentang bagaimana kita dulu, baiklah, ku harap kamu tetap mau mendengarkan cerita ini sampai akhir tanpa ada bagian yang tertinggal sedikit pun. Teruntuk kamu sosok 19 September ketahuilah bahwa dir...
Garden
4841      1570     5     
Fantasy
Suatu hari dimanapun kamu berada,selama kita menatap langit yang sama. Bolehkah aku merindukanmu?
Premium
Sakura di Bulan Juni (Complete)
9989      2062     1     
Romance
Margareta Auristlela Lisham Aku mencintainya, tapi dia menutup mata dan hatinya untukku.Aku memilih untuk melepaskannya dan menemukan cinta yang baru pada seseorang yang tak pernah beranjak pergi dariku barang hanya sekalipun.Seseorang yang masih saja mau bertahan bersamaku meski kesakitan selalu ku berikan untuknya.Namun kemudian seseorang dimasa laluku datang kembali dan mencipta dilemma di h...
TERSESAT (DILEMA)
16391      3271     27     
Mystery
Cerita TERSESAT ( DILEMA ) ini ada juga di situs Storial.co, lho. Sedang diikutkan dalam kompetisistorialmei19, nulissukasuka, ceritainaja. Isi Sinopsis dan beberapa Episode di dalamnya sudah direvisi ulang agar lebih berbeda dengan isi sebelumnya. Bagi yang penasaran, yuk ikuti di link ini: https://www.storial.co/book/tersesat-dilema/ Ditunggu ulasan, saran, masukan, dan kritik kalian di s...
Kisah Alya
240      190     0     
Romance
Cinta itu ada. Cinta itu rasa. Di antara kita semua, pasti pernah jatuh cinta. Mencintai tak berarti romansa dalam pernikahan semata. Mencintai juga berarti kasih sayang pada orang tua, saudara, guru, bahkan sahabat. Adalah Alya, yang mencintai sahabatnya, Tya, karena Allah. Meski Tya tampak belum menerima akan perasaannya itu, juga konflik yang membuat mereka renggang. Sebab di dunia sekaran...
Abay Dirgantara
6082      1394     1     
Romance
Sebenarnya ini sama sekali bukan kehidupan yang Abay inginkan. Tapi, sepertinya memang semesta sudah menggariskan seperti ini. Mau bagaimana lagi? Bukankah laki-laki sejati harus mau menjalani kehidupan yang sudah ditentukan? Bukannya malah lari kan? Kalau Abay benar, berarti Abay laki-laki sejati.
Einsam
360      254     1     
Romance
Hidupku sepi. Hidupku sunyi. Mama Papa mencari kebahagiaannya sendiri. Aku kesepian. Ditengah hiruk pikuk dunia ini. Tidak ada yang peduli denganku... sampai kedatanganmu. Mengganggu hidupku. Membuat duniaku makin rumit. Tapi hanya kamu yang peduli denganku. Meski hanya kebencian yang selalu kamu perlihatkan. Tapi aku merasa memilikimu. Hanya kamu.
Republik Kerusuhan
2113      1207     0     
Romance
Putih abu-abu kini menjadi masa yang tidak terlupakan. Masa yang mengenalkan pada cinta dan persahabatan. Hati masih terombang-ambing kadang menjadi sesuatu yang mengecewakan, menyedihkan, kesenangan dan rasanya nano-nano. Meski pada akhirnya menjadi dewasa pada suatu masa dan membuat paham atas segala sesuatu. Serunya masa, mimpi yang setinggi angkasa, pertengkaran, di sini pula akan ada pemaham...
Klise
2851      1094     1     
Fantasy
Saat kejutan dari Tuhan datang,kita hanya bisa menerima dan menjalani. Karena Tuhan tidak akan salah. Tuhan sayang sama kita.
Hey, I Love You!
1120      474     7     
Romance
Daru kalau ketemu Sunny itu amit-amit. Tapi Sunny kalau ketemu Daru itu senang banget. Sunny menyukai Daru. Sedangkan Daru ogah banget dekat-dekat sama Sunny. Masalahnya Sunny itu cewek yang nggak tahu malu. Hobinya bilang 'I Love You' tanpa tahu tempat. Belum lagi gayanya nyentrik banget dengan aksesoris berwarna kuning. Terus Sunny juga nggak ada kapok-kapoknya dekatin Daru walaupun sudah d...