Kau pernah mencintai dalam diam? Kau pernah merasakan rasa yang tak pernah kau ungkapkan? Kau pernah mengagumi seseorang sampai kau lupa akan batasan-batasan sampai mana kau harus bertindak? Kalau iya maka kita sama. Sebenarnya ini bukanlah sebuah novel, kumpulan cerpen ataupun kumpulan puisi yang menjadi satu. Hanya saja sebuah catatan-catatan mengenai caraku, kisah seorang sahabat, bahkan imajinasiku dalam menyampaikan perasaan kepada seseorang yaitu melalui tulisan.
Aku bukanlah orang yang pandai dalam mengutarakan sesuatu namun bukan berarti aku seorang yang pendiam. Aku berani dalam segala hal, kecuali satu yaitu mengungkapkan perasaanku padamu, kekasih dalam impianku. Terkadang saat malam tiba, aku hanya merenung sembari membayangkan diriku yang sedang berbicara tatap muka denganmu membahas sesuatu yang tidak perlu bahkan sesembari aku tersenyum tanpa alasan karena melihat dirimu hidup dalam imajinasiku.
Pasti semua orang berfikir aku seorang yang gila dan bodoh. Gila karena aku terlalu mengagumimu, aku terlalu berharap banyak padamu yang belum tentu merasakan hal yang sama padaku. Aku gila karena perasaan ini terlalu menyakiti diriku sendiri tanpa bisa kumembaginya denganmu. Lantas jika nantinya aku benar-benar gila, siapa yang akan dipersalahkan dalam hal ini? Kau? Hahaha lucu sekali, tidak. Tentu saja aku sendiri yang salah, menyakiti diriku sendiri dengan cara mencintaimu dalam diam. Aku rasa Tuhan marah padaku tatkala aku mencintaimu lebih dari Tuhanku. Waktu itu saat ujian semester, kau mengajakku berbicara sebentar karena membahas tugas yang belum kelar setelah kelas. Kau hanya mengucapkan beberapa kata saja, namun rasanya aku tak mampu berkata apa-apa. Aku hanya mengangguk pertanda aku setuju, dan aku akan menggeleng pertanda aku tak setuju dengan pendapatmu. Mataku tak pernah bisa menghindar dari dirimu yang sibuk membahas tugas yang rumit itu. Aku memikirkanmu sepanjang waktu sampai-sampai aku lupa akan waktu belajarku. Setiap hari hanya dirimu yang mengganggu fikiranku. Semua tulisan-tulisan dan pekerjaan sampingankupun terbengkalai. Bukan karena sibuk membalas pesan darimu, aku hanya sibuk memikirkan tentangmu. Hingga saat semua nilai keluar semua diluar dugaan, semua nilaiku turun tanpa alasan. Saat itu aku sadar, aku terlalu mencintaimu bahkan lebih dari Tuhanku dan semua pekerjaanku. Sehingga aku harus mengurangi rasa sukaku terhadapmu.
Orang menganggap aku bodoh karena pilihanku yang memilih untuk menyimpannya sendiri tanpa mengutarakannya kepadamu. Mereka bilang percuma saja kau mencintai dia dan mengaguminya dalam setiap sujudmu itu. Diapun tak akan tahu bahwa kau mencintainya. Mereka seakan menyepelekan kekuatan doa dan sujud. Bahkan sampai mereka lupa perantara yang begitu kuat yaitu Tuhan. Aku tak merasa aku gila ataupun bodoh aku hanya butuh waktu agar semuanya mengalir apa adanya sampai aku mendapat jawaban atas semua yang aku nantikan selama ini.
Like a dream we can meet
Such a miracle to see you in my eyes
But actually you just my imagination
Not for real
I can see you in the dark
But i can’t see you in the bright light
Malang, 29 Mei 2017
Keren kak
Comment on chapter Aku Mencintaimu dalam Diam