Kau menyapaku dengan suaramu yang menggetarkan kalbu. Lalu kau berkata akan pulang lebih awal karena ada urusan yang harus segera kau selesaikan. Dan aku hanya tersenyum sambil melihatmu yang semakin menghilang dari pandanganku. Awan yang cerah itu mewakili bahagianya hatiku yang bersorak walau tak terdengar oleh siapapun. Kubuka buku catatan pribadiku. Kutulis sebuah permintaan singkat pada Tuhan tentang dirinya. Aku tak ingin lebih, aku hanya ingin bisa mengenal dirinya, sekedar ingin tahu tentang kehidupan dan teman-temannya. Kemudian aku menyobeknya dan meninggalkannya pada sebuah pot bunga. Aku meninggalkan catatan harapan itu begitu saja karena senjapun telah memaksaku untuk pulang. Kubenarkan kerudung hitamku yang mulai kusut dan aku berjalan pelan sembari bernyanyi ringan.
Dia, bagian dari semua khayalanku kini tiba-tiba saja berdiri didepanku.
“Kau tak jadi pulang?” kataku spontan.
“Tidak, rasanya aku belum ingin pulang.”
“Lalu, kau mau kemana? Kampus sudah sepi saat jam-jam seperti ini.”
“Kau tak mau menemaniku sebentar?”
Rasanya jantungku berdetak tidak sewajarnya. Ketukan setiap detaknya melebihi batas wajar. Bahkan aku ingin pergi dari tempat itu. Ingin menghilang sejenak dari pandangannya. Namun bagaimana caranya aku pergi. Apakah aku harus pura-pura sakit perut dan dia akan mempersilahkan aku pergi. Kemudian aku akan menyesal karena menyia-nyiakan kesempatan emas itu.
“Boleh, kau mau aku menemanimu kemana?” kata-kata itu muncul begitu saja dari mulutku.
“Aku hanya butuh teman bicara, bagaimana kalau kita pergi ke Gazebo perpustakaan pusat?”
“Ya, kau benar disana masih banyak mahasiswa yang sibuk dengan tugas-tugas yang membelenggu.”
Kami berjalan beriringan menuju perpustakaan pusat. Tak ada pembicaraan apapun antara kami. Hanya saja aku melihat raut wajah yang penuh dengan beban. Kini dia dan aku sudah duduk berhadap-hadapan. Suasana begitu hening tak ada yang berani mengawali sebuah dialog atau hanya sekedar basa-basi.
Melihatmu secara nyata berada di depanku saat ini saja sudah cukup membuatku sangat bahagia. Mungkin Tuhan sudah membaca catatan harapanku yang aku letakkan di pot itu. Sebenarnya bukanlah hal yang sopan meletakkan harapan dan menyampaikannya pada Tuhan melalui pot. Namun apalah daya, aku tak punya seikat balon untuk menerbangkannya. Yang terpenting doa yang nyata setiap hari yang akan di dengar oleh Tuhan. Kau tak ada kurangnya sedikitpun dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kau sempurna, tak ada alasan logis yang bisa dilontarkan oleh seorang gadis untuk menolakmu. Jika biasanya aku merasa berkomunikasi denganmu melalui awan yang tak tahu apakah jawabannya akan sesuai atau tidak. Atau bahkan aku hanya membaca story atau postingan yang kau buat di media sosialmu sehingga aku tahu kabar terkini tentangmu, keadaan dan keluhanmu saat ini. Dan aku akan membuat sebuah sajak atau puisi dan mempublikasikannya. Sengaja aku membuatnya dalam bahasa kiasan yang sulit dipahami. Mengapa?? Karena aku takut jika saja kau membacanya kau akan paham bahwa aku sengaja membuatnya untukmu. Karena aku tahu kau selalu melihat semua postinganku walaupun hanya sebuah foto hitam dengan sajak lusuh yang tak berguna. Walaupun kau tak pernah membalas atau meninggalkan sebuah komen pada postinganku namun aku merasa telah berkomunikasi denganmu meskipun dengan cara yang berbeda seperti itu.
“Kau hanya akan diam?” aku memberanikan diri memulai pembicaraan.
“Ah, iya maafkan aku, aku bingung.”
“Kenapa?”
Dia diam menundukkan pandangannya.
“Aku tak tahu bagaimana memulai pembicaraan dengan gadis yang berbeda sepertimu.” Dia kembali menatapku.
“Berbeda dalam artian? Aku..?” kalimatku terpotong.
“Bukan, maksudku bukan begitu, berbeda maksudku kau tidak seperti gadis lain pada umumnya.”
“Aku? Aneh?”
“Maaf, aku selalu kikuk jika harus berbicara dengan seorang wanita, aku harus pergi.” Kemudian dia beranjak berdiri dan lari dari hadapanku. Akupun mengejarnya, namun aku sangat kalah cepat dengannya. Baiklah aku menyerah. Dua kata yang aku tangkap darinya hari ini adalah aku berbeda. Berbeda dalam hal yang seperti apa? Apakah benar aku ini aneh? Sehingga dia merasa risih jika harus berbicara denganku, atau dia ingin memberitahuku kalau aku aneh dan banyak orang yang tak menyukaiku karena selama ini yang aku tahu dia adalah orang yang baik. Aku menundukkan pandanganku dan mulai berjalan pulang. Aku merindukan kasur dan boneka Teddy Bear ku yang super besar. Kali ini aku akan menonjok dan menggulatnya sampai kapas dan semua isi perutnya keluar walaupun dia tak salah apapun.
Dia merusak semua mood yang aku bangun hari ini. Tentang harapanku yang dikabulkan Tuhan. Dia membuatku terpuruk lebih dari biasanya. Aku yang tak berteman, aku yang menyukai kesendirian, bahkan kini aku mendapat predikat gadis berbeda dalam kata lain aku adalah orang yang aneh. Tiba-tiba terbesit dalam hatiku bahwa aku harus melupakannya saat ini juga. Perasaanku sedang campur aduk waktu itu.
Keren kak
Comment on chapter Aku Mencintaimu dalam Diam