Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Reason
MENU
About Us  

Matahari merona, langit berwarna jingga. Suasana yang indah untuk dinikmati. Tapi pemandangan itu seakan tak berpengaruh bagi Sean.

Sean memarkir Volvo putihnya dengan sembarangan di depan pintu rumah dan bergegas masuk.
"Bibi Mer.... Bi...." suara lantangnya menggema di ruang tamu luas yang didominasi warna cream hangat. Tatanan meja dan kursi terlihat rapi, perapian mati, angin berhembus pelan dari jendela besar yang terbuka lebar. Menampakkan halaman depan yang menghijau. Tak ada jawaban, ruangan sepi.

Setengah berlari, ia mengarah ke ruangan lain yang tak jauh dari ruang tamu. Tempat ia dan Aland biasa menonton teve atau bermain game. Ruangan luas itu juga terlihat sepi. Televisi layar datar yang tertanam di tembok mati, konsol God of War PS4™ Pro, platinum wireless headset, Aim plus gaming wirelles controller, bergeletakan di karpet. Membuat Sean mendengus sambil bergidik melihat kekacauan di depannya. Sudah pasti itu ulah Aland.

Ia berbalik, menuju ke ruang makan yang dekat dengan dapur. Jaraknya hanya beberapa langkah. Berharap orang yang ia cari berada di sana.

"Bibi Mer..."
"Ada apa, Sean?" Suara Bibi Mer menyahut dari dapur. Dengan segera, Sean menuju sumber suara, dan menemukan perempuan paruh baya itu sedang sibuk dengan berbagai bahan masakan. Dua orang asisten lain terlihat membantu.
"Bibi, aku ingin bicara."
"Sekarang? Disini?" Bibi Mer melepas celemek dan memberi instruksi pada asisten lainnya untuk melanjutkan pekerjaan. Mereka sedang menyiapkan makan malam. Sean tak lantas menjawab, ia memandang sekeliling. Dan seakan paham, Bibi Mer mengangguk
"Baiklah, kita cari tempat lain."
Tanpa menunggu, Sean berbalik dan melangkah ke taman belakang. Ia memilih duduk di sofa taman di samping kolam renang luas. Bibi Mer mengambil tempat disampingnya.

?


"Katakan, ada apa?" Bibi Mer memandang Sean dengan sorot mata penasaran. Membuat pria itu mengusap wajah dengan gusar.
"Aku bingung harus mulai dari mana."
"Apakah ini tentang karirmu?"
"Bukan. Pekerjaanku baik-baik saja."
Bibi Mer menghela napas pelan melihat Sean yang seakan tak berdaya. Ia menyandarkan kepala di sandaran sofa empuk. Tampangnya kusut.
"Kau yakin jika karirmu baik-baik saja? Sudah melihat berita hari ini?"
"Berita apa?"
"Astaga... kukira sudah tau. Kau itu punya ponsel pintar tapi tidak dimanfaatkan. Coba search namamu sendiri di mesin pencari."
"Aku tidak pernah melakukannya."
"Kalau begitu lakukan sekarang."
Dengan segera, Sean melakukan perintah Bibi Mer.

Dalam hitungan detik, berita tentang konsernya semalam membanjiri halaman pertama google. Setelah mengernyit sebentar, Sean mengklik salah satu laman dengan judul yang membuatnya tertarik.
"The Different of Sean"
Butuh waktu beberapa menit hingga akhirnya Sean selesai membaca sepotong artikel itu. Isinya cukup membuatnya terdiam. Memikirkan perbedaan konser semalam dengan yang sudah-sudah.

Beberapa nada terdengar tidak tepat, tempo terlalu lambat, beberapa saat kemudian terlalu cepat. Tapi semua tertutupi oleh sesuatu hal yang membuat penonton terhanyut, bahkan tak sedikit yang mengusap sudut mata, terharu, tersentuh.

Pihak panitia juga berinisiatif memadamkan seluruh lampu di bangku penonton, kemudian menampilkan kerlip cahaya, mengkoordinasi semua yang ada disana. Membuat penampilan Sean semakin menakjubkan.

Ditambah satu hal yang tak pernah terjadi, sebuah senyum samar dan ekspresi lembut yang hadir di wajahnya, membuat semua orang merasa melihat malaikat tampan, meski hanya beberapa detik.

"Apa benar semua ini?"
Setengah tak percaya, Sean bergumam. Seakan mendapat jawaban, ponselnya bergetar, menandakan sebuah pesan diterima. Dari Jhon.

Buka emailmu sekarang.

Tanpa salam pembuka, dan hanya sebaris kalimat. Cukup membuatnya penasaran.

"Bibi, aku ke kamar sebentar." Dengan gegas, Sean masuk ke rumah, menaiki anak tangga dua-dua sekaligus, membuka pintu kamar dan menyalakan lampu. ruangan yang didominasi warna abu itu benderang seketika. Sementara di halaman belakang, Bibi Mer terpaku. Belum sempat ia bertanya tentang apa yang akan Sean tanyakan. Tapi pria itu sudah pergi setelah menerima pesan.

Dengungan halus dari laptop berlogo separuh buah itu menyebar ke penjuru kamar Sean yang cukup luas. Dengan tak sabar, ia menunggu loading, hingga layarnya mulai menampilkan wallpaper eifel saat hujan. hasil bidikan kamera ponselnya saat senggang.

Sean terpaku saat melihat tayangan ulang konsernya semalam. Dari awal sampai akhir. Yang dikirim Jhon melalui email.

Apa yang tersebar di internet memang benar. Ia berulang kali mem-pause video di bagian-bagian tertentu. Masih belum sepenuhnya yakin jika sosok yang ia lihat adalah dirinya. Terlebih ketika raut wajahnya ditampilkan secara close up.

Iblis yang menjelma jadi malaikat

Bagian terpenting, apakah Kinan melihatnya?
Tak bisa dihindari. Tiba-tiba saja pemikiran tentang gadis itu mendadak muncul. Membuatnya kembali teringat Bibi Mer dan pertanyaan yang tertunda.

Pemikiran akan karirnya yang mungkin terganggu hanya gara-gara sedikit ketidak tepatan nada, rasanya tak penting lagi. Mengingat penyebabnya adalah gadis itu.

Tanpa menshutdown laptopnya, Sean kembali ke bawah. Menemui Bibi Mer yang mempersiapkan makan malam.

"Merasa lebih baik?" Sambil menata aneka hidangan di meja makan, Bibi Mer bertanya.
"Lebih kacau, Bi." Sean duduk di tempatnya seperti biasa. Di bagian ujung. Hingga beberapa saat kemudian, asisten rumah tangga yang lain mengambil tempat di sisi kiri kanannya. Termasuk Aland.

Ia terbiasa seperti itu. Makan di ruangan dan meja yang sama. Karena Sean menganggap mereka sudah seperti keluarga. Meski ia tak terang-terangan menunjukkan.

"Apa yang kacau, Boss?" Tanpa permisi, Aland menimpali obrolan dan duduk di samping Sean. Cuek saat melihat Bibi Mer melotot ke arahnya. Menyuruhnya diam.
"Hidupku."
"Karena berita hari ini?"
"Bukan."
"Karena seseorang?"
Tepat sekali. Tapi Sean memilih diam.
serius menikmati setiap suapan beef burguignon yang terasa sedap.
"Makan Al. jangan sambil bicara."
"Iya... iya..."
Teguran Bibi Mer menyelamatkannya dari keharusan menjawab pertanyaan Aland.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kainga
1610      907     12     
Romance
Sama-sama menyukai anime dan berada di kelas yang sama yaitu jurusan Animasi di sekolah menengah seni rupa, membuat Ren dan enam remaja lainnya bersahabat dan saling mendukung satu sama lain. Sebelumnya mereka hanya saling berbagi kegiatan menyenangkan saja dan tidak terlalu ikut mencampuri urusan pribadi masing-masing. Semua berubah ketika akhir kelas XI mereka dipertemukan di satu tempat ma...
SUN DARK
411      263     1     
Short Story
Baca aja, tarik kesimpulan kalian sendiri, biar lebih asik hehe
CALISTA
352      281     0     
Fantasy
Semua tentang kehidupan Calista, yang tidak hanya berisi pahit dan manis. Terdapat banyak rasa yang tercampur di dalamnya. Ini adalah kisah dimana seorang Calista yang mendapatkan pengkhianatan dari seorang sahabat, dan seorang kekasih. Disaat Calista berusaha menyelesaikan satu masalah, pasti masalah lain datang. Akankah Calista dapat menyelesaikan semua masalah yang datang padanya?
Kacamata Monita
1745      656     4     
Romance
Dapat kado dari Dirga bikin Monita besar kepala. Soalnya, Dirga itu cowok paling populer di sekolah, dan rival karibnya terlihat cemburu total! Namun, semua mendadak runyam karena kado itu tiba-tiba menghilang, bahkan Monita belum sempat membukanya. Karena telanjur pamer dan termakan gengsi, Monita berlagak bijaksana di depan teman dan rivalnya. Katanya, pemberian dari Dirga terlalu istimewa u...
Regrets
1075      581     2     
Romance
Penyesalan emang datengnya pasti belakangan. Tapi masih adakah kesempatan untuk memperbaikinya?
Chahaya dan Surya [BOOK 2 OF MUTIARA TRILOGY]
11766      2199     1     
Science Fiction
Mutiara, or more commonly known as Ara, found herself on a ship leading to a place called the Neo Renegades' headquarter. She and the prince of the New Kingdom of Indonesia, Prince Surya, have been kidnapped by the group called Neo Renegades. When she woke up, she found that Guntur, her childhood bestfriend, was in fact, one of the Neo Renegades.
Pesona Hujan
1123      608     2     
Romance
Tes, tes, tes . Rintik hujan kala senja, menuntun langkah menuju takdir yang sesungguhnya. Rintik hujan yang menjadi saksi, aku, kamu, cinta, dan luka, saling bersinggungan dibawah naungan langit kelabu. Kamu dan aku, Pluviophile dalam belenggu pesona hujan, membawa takdir dalam kisah cinta yang tak pernah terduga.
Who Is My Husband?
14922      2823     6     
Romance
Mempunyai 4 kepribadian berbeda setelah kecelakaan?? Bagaimana jadinya tuh?! Namaku.....aku tidak yakin siapa diriku. Tapi, bisakah kamu menebak siapa suamiku dari ke empat sahabatku??
Akhirnya Pacaran
614      433     5     
Short Story
Vella dan Aldi bersahabat dari kecil. Aldi sering gonta-ganti pacar, sedangkan Vella tetap setia menunggu Aldi mencintainya. \"Untuk apa pacaran kalau sahabat sudah serasa pacar?\" -Vella- \"Aku baru sadar kalau aku mencintainya.\" -Aldi-
LATE
529      329     1     
Short Story
Mark found out that being late maybe is not that bad