Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Reason
MENU
About Us  

Kinan otomatis mengangkat wajah saat mendengar nada bicara Sean yang tak lagi datar seperti biasa. Pandangan mereka bertemu.

Gadis itu nyengir lebar melihat ekspresi aneh dari wajah pria tampan di hadapannya.

 

-----------------------------------------------------------

 

"Kenapa?" Sean bertanya ketika melihat Kinan tersenyum lebar.
"Apa?"
"Kenapa kau tersenyum seperti itu?"
"Aku hanya senang, sepertinya kau tidak marah padaku." Kinan menjawab masih sambil tersenyum. menatap Sean yang justru membuang muka. Sungguh, senyuman gadis itu membuatnya berkeringat dingin. Susah payah, ia berujar, mengalihkan apapun perasaan yang mengusiknya.

 

"Kau tidak suka saat aku marah?"
"Tentu saja. Kau menakutkan saat marah-marah seperti dulu...." Kinan memejamkan mata sambil menggeleng keras-keras. Berusah menyingkirkan kenangan buruk itu. Karena debaran jantung yang menggila, Sean hanya mampu memandang sekilas gadis di depannya. Ia menghela napas lagi. penyesalan mulai terasa saat melihat Kinan seperti ini.
"Maafkan aku."
"Sudahlah Sean. Sudah berlalu. Aku sudah memaafkanmu." Hanya beberapa detik mereka beradu pandang. Dan lagi-lagi, Sean mengalihkan pandangan lebih dulu.

 

"Kalau aku boleh bertanya, ada apa dengan konsermu semalam? Hingga kau repot-repot kemari hanya untuk mendengar pendapatku."
"Hanya ingin tahu saja bagaimana pendapatmu." Sean menjaga nada suaranya tetap datar. Tapi sepertinya, rasa ingin tahu gadis itu terlalu besar. Terlihat bagaimana ia menyipitkan mata menyelidik.


"Jangan memandangku seperti itu." saat sepenuhnya sadar sedang diamati, Sean menghela napas pelan.
"Benar hanya itu?"
"Ya. Lagi pula aku juga ingin menitipkan baju Anne."
Sambil berdeham pelan, menggaruk rambut yang tidak gatal. Menyembunyikan kegugupan yang tiba-tiba muncul dan menghindari tatapan Kinan. Dan kegiatan itu justru membuatnya terlihat aneh.

"Baiklah.... anggap saja aku percaya." Kinan mendengus kesal. Tahu jika ada sesuatu yang disembunyikan oleh Sean. Tapi ia juga tak berhak memaksa pria itu agar mengatakan alasan sebenarnya.

"Oh ya, tunggu sebentar. Aku harus mengurusi kue ku. Sepertinya sudah matang. Kau mau masuk?"
"Tidak." Sean menjawab terlalu cepat tanpa berpikir. Membuat Kinan mengernyit heran sambil memandangnya.
"Maksudku, lebih nyaman disini." Pandangannya menyapu taman yang menghijau, dengan angin sepoi yang berhembus. Sean menegaskan maksud dari kata nyaman.
"Baiklah. Aku ke dalam sebentar."
Sambil tersenyum dan beranjak dari tempatnya, Kinan Membawa paperbag yang berisi baju Anne. Senyum tipis terukir di bibir Sean, membalas senyuman Kinan. Dan hal kecil itu cukup membuat rona merah menyebar di pipi Kinan. Gadis itu berlalu sambil menundukkan wajah, mengendalikan jantungnya yang berdebar keras, hanya karena sebuah senyuman.

Sean mengamati semuanya. Dan ia merasa takut atas kemungkinan yang akan terjadi nanti. Bagaimana jika Kinan sampai menyukainya, atau sebaliknya, ia yang jatuh cinta pada gadis berlesung pipi yang baik hati itu. Kegelisahannya memuncak. Tangannya berkeringat dingin, bergetar. Ia meletakkan kepala di atas meja. Memejamkan mata. Membiarkan hembusan angin menyegarkan otaknya yang mendadak kacau.

Rasanya lebih mudah saat ia tak bersama Kinan. Senyuman dan keceriaan gadis itu membuatnya menjadi Sean yang lain. Sean yang bukan dirinya selama ini. Dan baru saja terbukti, ia dengan mudahnya membalas senyuman gadis itu.

Sean mengatur napas, mulai berpikir perlahan. Sepertinya ia harus benar-benar terbiasa dengan senyuman gadis itu. Ia harus terbiasa dengan debaran jantung yang menggila saat bersama Kinan. Dan ia harus mencari tahu keanehan yang terjadi pada dirinya saat bersama gadis itu. Termasuk cara mengatasinya.

Tapi dari mana ia harus memulai?
Bertanya pada Jhon sepertinya bukan pilihan yang baik. Menginggat mereka hanya sebagai patner kerja, dan Sean tak pernah membiarkan masalah pribadinya diketahui orang lain.

Aland, bisa jadi pilihan kedua. Tapi juga bukan yang terbaik, ia dan kejahilannya bisa-bisa membuat Sean justru sebal padanya dan tak menemukan jawaban yang ia cari. Meski usia mereka terpaut hanya dua tahun, tapi kelakuan Aland tak mencerminkan jika ia dua tahun lebih muda di bawah Sean. Anak itu masih seperti remaja labil. Atau malah Sean yang terlalu serius?

Hahh... kenapa malah memikirkan Aland...

setelah mengenyahkan bayangan Aland dari kepala, Sean melanjutkan pemikirannya.

Bertanya pada bibi Mer juga sepertinya tidak akan banyak membantu, tapi mungkin dia punya sedikit saran yang bisa membuatnya bernapas lega. Bibi Mer jauh lebih bijaksana dari pada ia dan Aland.

Ya. Keputusan sudah diambil. Ia akan membicarakannya dengan bibi Mer saat tiba dirumah nanti.

Kepala pria itu masih tertelungkup di meja, sibuk dengan pikirannya sendiri. Hingga suara Kinan mengejutkannya.

"Kau kenapa?"
"Astaga!" Rafleks, Sean mengangkat kepala dari atas meja. Ia berjengit kaget dan hampir saja mengumpat. Untung saja hanya 'astaga' yang keluar.

Setelah mengubah posisi duduknya agak menyamping, ia melihat Kinan mendekat sambil membawa nampan berisi segelas minuman berwarna oranye dan sepiring kue. Celemek stroberi tadi sudah tak berada di situ.

"Silahkan dicicipi. Semoga rasanya se enak baunya." Gadis itu mengulang perkataan Sean sebelumnya, dan duduk di hadapannya. Aroma harum dan manis menguar dari pie di atas piring yang diletakkan Kinan di atas meja.

"Kuenya cantik, tapi apa bisa dimakan?"
"Kau memuji sekaligus menjatuhkanku!"
pie berbentuk mawar yang tertata rapi di piring menarik perhatian Sean. Tadi, ia benar-benar bertanya, tapi Kinan malah berpikiran lain.
"Aku serius. Ini benar bisa dimakan?"
"Eh? Tentu saja bisa. Aku membuatnya dengan bentuk spesial seperti itu. Khusus untuk ulang tahun kakekku hari ini. Cobalah."
Gadis itu tertawa melihat ekspresi ragu di mata Sean. Pertanyaan jujurnya tadi membuat Kinan berpikir bahwa Sean memang belum pernah melihat kue seperti itu.

Sambil memakan sepotong kue, pria itu berujar,
"Jadi hari ini ulang tahun kakek? Pantas saja kau bolos kerja."
"Aku tidak membolos. Hanya ijin satu hari." Tuduhan Sean membuat gadis itu memberengut. Tapi kemudian,
"Kau tau dari mana aku tidak masuk kerja? memata-mataiku?"
"Tentu saja tidak. Aku tidak punya waktu untuk itu. Pekerjaanku terlalu banyak." Sean mendengus sebal. Sisi arogannya menampakkan diri.
"Lalu kenapa masih disini? Bukannya lebih baik selesaikan pekerjaanmu yang terlalu banyak itu?" Kinan mencibir. Ia tak habis pikir, kemana perginya Sean yang malu-malu dan selalu gugup saat berbicara dengannya beberapa saat lalu. Cepat sekali ia berganti menjadi sosok seperti sekarang. Jangan-jangan pria ini berkepribadian ganda.

Menghadapi Kinan ternyata tidak mudah. Sean selalu kesulitan untuk mengontrol emosinya. Padahal beberapa saat lalu ia tak bersikap seperti itu. Ia menarik napas panjang dan menghembuskannya. Nada bicaranya melunak.
"Kinan... kenapa kau tidak membuat semuanya menjadi lebih mudah? Setidaknya untukku?"

Ya. Sangat sulit rasanya bagi Sean berada bersama Kinan saat ini. Ia kembali mengingat saat pertama kali bertemu gadis itu. Emosinya tiba-tiba tak terkendali hanya karena Kinan menyinggung permainan pianonya. Ia bahkan bersikap sangat kasar saat itu. Dan sekarang, hanya karena cibiran kecil gadis itu, ia nyaris saja meledak lagi. Ada rasa tak rela mendengar Kinan seakan-akan tak menginginkan kehadirannya disini. Meski sebenarnya ia juga tahu kalau gadis itu tidak sungguh-sungguh dengan apa yang dikatakannya.

Pria itu memandang Kinan yang balas menatapnya. Kali ini Sean tak mengalihkan pandangan. Mengabaikan semua rasa campur aduk dalam hati. Ia ingin menyelami mata coklat milik gadis di depannya. Yang sekarang terlihat bertanya-tanya.

Sorot mata Sean melembut. Lagi-lagi, Sebuah senyum tipis terulas di bibirnya. Membuat gadis itu lupa bagaimana cara bernapas yang baik. Jantungnya berdetak tak sesuai irama. Tak jauh berbeda dengan Sean.

"Jangan lupa bernapas, Kinan...."
Bisikan lembut dari Sean membuatnya tersadar dan mulai mengatur napas.

"Seandainya kau tahu, betapa sulitnya hal ini bagiku...." Ia menghela napas berat. Tangannya terkepal erat. Hingga buku-buku jarinya memutih.

"Apa...." pikiran Kinan berantakan, hingga ia tak dapat menyelesaikan kalimatnya. Tapi sepertinya Sean memahami maksud gadis itu.
"Berdekatan denganmu seperti ini."

"Kenapa.... begitu sulit?" Ragu, Kinan bertanya. Berharap ia bisa tahu sedikit saja penyebab keanehan sikap Sean. Tapi pria itu malah mendongak melihat gumpalan awan di langit, kemudian memejamkan mata frustasi.

"Aku sendiri tak tahu kenapa...."N

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kare To Kanojo
6419      1731     1     
Romance
Moza tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah setelah menginjak Negara Matahari ini. Bertemu dengan banyak orang, membuatnya mulai mau berpikir lebih dewasa dan menerima keadaan. Perbedaan budaya dan bahasa menjadi tantangan tersendiri bagi Moza. Apalagi dia harus dihadapkan dengan perselisihan antara teman sebangsa, dan juga cinta yang tiba-tiba bersemayam di hatinya. DI tengah-tengah perjua...
Kinara
4798      1686     0     
Fantasy
Kinara Denallie, seorang gadis biasa, yang bekerja sebagai desainer grafis freelance. Tanpa diduga bertemu seorang gadis imut yang muncul dari tubuhnya, mengaku sebagai Spirit. Dia mengaku kehilangan Lakon, yang sebenarnya kakak Kinara, Kirana Denallie, yang tewas sebagai Spirit andal. Dia pun ikut bersama, bersedia menjadi Lakon Kinara dan hidup berdampingan dengannya. Kinara yang tidak tahu apa...
Mimpi Milik Shira
524      297     6     
Short Story
Apa yang Shira mimpikan, tidak seperti pada kenyataannya. Hidupnya yang pasti menjadi tidak pasti. Begitupun sebaliknya.
SarangHaerang
2224      902     9     
Romance
(Sudah Terbit, sebentar lagi ada di toko buku dekat rumahmu) Kecelakaan yang menimpa saudara kembarnya membuat Hae-rang harus menyamar menjadi cewek. Awalnya dia hanya ingin memastikan Sa-rang menerima beasiswanya, akan tetapi buku harian milik Sa-rang serta teror bunga yang terjadi memberikan petunjuk lain kalau apa yang menimpa adiknya bukan kecelakaan. Kecurigaan mengarah pada Da-ra. Berb...
Intuisi Revolusi Bumi
1116      571     2     
Science Fiction
Kisah petualangan tiga peneliti muda
Smitten With You
13398      2322     10     
Romance
He loved her in discreet… But she’s tired of deceit… They have been best friends since grade school, and never parted ways ever since. Everything appears A-OK from the outside, the two are contended and secure with each other. But it is not as apparent in truth; all is not okay-At least for the boy. He’s been obscuring a hefty secret. But, she’s all but secrets with him.
Be Yours.
2995      1425     4     
Romance
Kekalahan Clarin membuatnya terpaksa mengikuti ekstrakurikuler cheerleader. Ia harus membagi waktu antara ekstrakurikuler atletik dan cheerleader. Belum lagi masalah dadanya yang terkadang sakit secara mendadak saat ia melakukan banyak kegiatan berat dan melelahkan. Namun demi impian Atlas, ia rela melakukan apa saja asal sahabatnya itu bahagia dan berhasil mewujudkan mimpi. Tetapi semakin lama, ...
LOVE, HIDE & SEEK
508      346     4     
Romance
Kisah cinta antara Grace, seorang agen rahasia negara yang bertemu dengan Deva yang merupakan seorang model tidak selalu berjalan mulus. Grace sangat terpesona pada pria yang ia temui ketika ia menjalankan misi di Brazil. Sebuah rasa cinta yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Namun, takdir mempertemukan mereka kembali saat Grace mulai berusaha menyingkirkan pria itu dari ingatannya. Akankah me...
CEO VS DOKTER
264      220     0     
Romance
ketika sebuah pertemuan yang tidak diinginkan terjadi dan terus terulang hingga membuat pertemuan itu di rindukan. dua manusia dengan jenis dan profesi yang berbeda di satukan oleh sebuah pertemuan. akan kah pertemuan itu membawa sebuah kisah indah untuk mereka berdua ?
Help Me Help You
1885      1120     56     
Inspirational
Dua rival akademik di sebuah sekolah menengah atas bergengsi, Aditya dan Vania, berebut beasiswa kampus ternama yang sama. Pasalnya, sekolah hanya dapat memberikan surat rekomendasi kepada satu siswa unggul saja. Kepala Sekolah pun memberikan proyek mustahil bagi Aditya dan Vania: barangsiapa dapat memastikan Bari lulus ujian nasional, dialah yang akan direkomendasikan. Siapa sangka proyek mus...