Loading...
Logo TinLit
Read Story - Tentang Penyihir dan Warna yang Terabaikan
MENU
About Us  

Darisa terbang rendah di atas Hutan Hidup. Saking rendahnya, Lovita yang berada pada cengkeraman Darisa tidak jarang harus menabrak pucuk-pucuk pohon yang muncul dengan tiba-tiba. Kaki Lovita mulai terasa gatal dan perih secara bersamaan. Ia ingin memberontak, tidak tahan lagi dengan kuku panjang Darisa yang melukai bahunya. Akan tetapi, Lovita harus memikirkan konsekuensinya, apabila Darisa melepaskannya, itu sama saja dengan bunuh diri. Lovita akan terjun bebas dari ketinggian berpuluh-puluh meter dan mendarat entah pada bebatuan, semak berduri atau pun sungai.

Mengingat kemungkinan buruk yang menimpanya, Lovita memilih diam, menahan rasa sakit selama Darisa membawanya terbang. Saat telah mendekati perbatasan kota, Darisa terbang dengan sedikit lebih tinggi, menembus awan kelabu yang menggantung menutupi kota. Darisa berputar selama beberapa saat. Setelah dirasa menemukan tempat untuk mendarat, naga raksasa tersebut terbang menungkik dengan sangat cepat dan tanpa kepakan sayap. 

Lovita berguling saat Darisa melepaskan cengkeramannya dalam ketinggian kurang dari satu meter. Ia meringis. Kulit putihnya terasa terbakar saat tergores tanah musim panas yang berdebu. "Darisa kau ini!"

Darisa tidak membalas Lovita. Ia mengepakkan sayap lebarnya tiga kali membuat debu-debu berterbangan. Lovita terbatuk beberapa kali, matanya kemasukan debu selain itu hidungnya perih sekali. Tangan kecilnya berusaha menghalangi benda asing yang bisa masuk ke mata, hidung, dan mulutnya. 

"Darisa hentikan!" Teriakan wanita dengan suara serak membuat Darisa berhenti. Selama beberapa saat, debu-debu masih berterbangan. 

Tepat setelah suasana sedikit membaik, Lovita melihat wanita tua dengan kulit keriput dan bergelambir berdiri di pintu. Di sekitarnya, pot-pot berisi bunga-bunga indah, daun dan ranting yang mengering, serta benda-benda kecil lainnya berserakan. Lovita mengedarkan pandangan ke sekitar, ia berada di halaman belakang Kantor Tetua Desa Karteng. Pagar bambu berwarna kuning dengan pohon buah yang menjulang menjadi ciri khas tempat yang tidak sembarangan orang bisa masuki.

"Apa yang kau lakukan Darisa? Kau ingin menunjukkan pada semua orang bahwa ada naga di desa ini? Atau bahkan kota ini?" tanya Nyonya Ann sembari berjalan mendekati Darisa yang masih menjadi naga raksasa. 

"Ini semua karena Lovita, dia masuk ke Hutan Hidup," ucap Darisa membela diri. "Aku menemukannya bersama si Penyihir Buta."

Nyonya Ann mengalihkan perhatian pada gadis kecil yang masih duduk meratapi luka-lukanya. "Lovita untuk apa kau ke Hutan Hidup?"

"Lovi ...." Gadis kecil tersebut menunduk. Ia menelan ludah dengan susah payah. Tangan dan pelipisnya mulai basah oleh keringat.

"Kalian berdua memang nakal. Lovita sudah nenek beritahu, Hutan Hidup tidak aman. Dan kau Darisa, berapa kali diperingatkan, kaum naga dan manusia bermusuhan. Kau justru sengaja menampakkan diri dengan berubah menjadi naga sebesar ini. Kau tahu Darisa, perbuatan mu ini---"

"Naga!!!"

Teriakan seseorang dari sisi kanan bangunan. Nyonya Ann tersenyum ramah seperti biasanya. Ia berjalan mendekati pemuda berpenampilan rapi tersebut. Di luar dugaan, setiap Nyonya Ann maju satu langkah, pemuda itu mundur dua langkah. Mulutnya bergetar, pun dengan tangannya. 

"Oh Dani, mari biar kuceritakan sesuatu," ucap Nyonya Ann. 

"Penyihir! Se-selama ini anda menipu semua penduduk Desa Karteng, bahkan seluruh penduduk kota!" Dani berjalan mundur. Keringat sebesar biji jangung tampak menghiasi keningnya. "Saya, saya akan memberitahukan ini pada semua orang!"

" Tidak tidak, Dani, dengarkan saya terlebih dahulu!" titah Nyonya Ann yang tidak dihiraukan oleh pemuda itu.

Dani berlari dengan penuh rasa takut. Tidak jarang ia tersandung batu atau kakinya sendiri. Di belakang Nyonya Ann, Darisa memperhatikan Dani dengan mata merahnya. Tepat saat pemuda itu menginjakkan kaki di jalanan desa, Darisa mengepakkan sayap lebarnya. Ia memekik membuat Lovita dan Nyonya Ann harus menutup telinga agar tidak tuli. 

Darisa terbang rendah. Ia menerkam Dani dengan kedua kaki belakangnya. Kepakan sayapnya membuat daun-daun berterbangan dengan tidak beraturan. Hal tersebut tentu saja menarik perhatian penduduk desa. Satu persatu dari mereka berlari sembari melempar batu ke arah Darisa. Beberapa buah batu berukuran sedang mengenai perut, dada dan sayap Darisa. Ia memekik kemudian menyemburkan api ke segala arah. Pohon dan atap rumah penduduk terbakar. Bau hangus dan abu menyeruak mengganggu pernapasan dan penglihatan. 

"Darisa hentikan!" Suara serak Nyonya Ann langsung membuat Darisa mengentikan aksinya. Ia terbang dengan lebih tenang walau mata merahnya tetap terlihat marah. "Turun!"

Naga raksasa tersebut menuruti ucapan Nyonya Ann. Ia melepaskan cengkeraman di bahu Dani kemudian melemparkan pemuda yang sudah babak belur tersebut ke kerumuan penduduk. 

Nyonya Ann berjalan perlahan. Ia mendekati Darisa yang tengah berdiri tidak jauh darinya. Dibelainya kulit tebal dan bersisik Sang Naga. Suara seraknya bergumam dengan bahasa yang tidak dimengerti orang lain. Secara perlahan, Darisa menyusut dan kembali menjadi naga sebesar burung merpati. Ia bertengger pada bahu Nyonya Ann seolah dirinya bukan makhluk yang berbahaya. 

Satu persatu penduduk memandangi Nyonya Ann dan Darisa dengan tatapan tidak bersahabat. Dua dari mereka, yang satu berkumis dan beraroma kambing, yang satu memakai tudung kepala dan beraroma tanah, berjalan mendekati Nyonya Ann. Masing-masing mencengkeram tangan kurus Nyonya Ann dan menyeret tubuh ringkih tersebut. Darisa terbang menjauh sayangnya seseorang berhasil menangkapnya. 

Air mata Lovita tumpah. Ia berlari menerjang kerumunan penduduk dan langsung memeluk Nyonya Ann. "Jangan bawa Nenek, Nenek Ann orang baik!"

"Pasti bocah ini juga penyihir!" seru salah satu penduduk.

"Tidak!" jerit Lovita.

"Ya tangkap dia!"

"Bakar semua keturunan penyihir!"

"Penyihir tidak layak hidup!"

"Dasar keturunan iblis!"

"Bocah ini harus mati!"

Tangis Lovita semakim pecah saat rambutnya ditarik. Ia berjalan terseok-seok sembari menahan perih di kepala dan nyeri di kakinya yang terus mendapatkan tendangan dari berbagai arah. Setelah perjalanan pendek yang melelahkan, mereka berhenti. Dari balik pandangannya yang kabur karena tertutup air mata, Lovita mampu melihat beberapa orang tengah menancapkan dua tiang besar di tengah lapangan. Setelah tiang menancap dengan kokoh, penduduk yang lain berdatangan menata jerami mengitari tiang tersebut. Selanjutnya tubuh Lobita dan Nyonya Ann diseret kemudian diikat pada tiang. Lovita meronta sayangnya ikatan orang dewasa tidak sebanding dengan tenaganya. Alih-alih terlepas, tali kasar yang mereka gunakan justru melukai pergelangan tangannya. 

Dengan pasrah, Lovita menoleh ke arah Nyonya Ann. Wanita tua itu sama buruknya dengan dirinya. Lovita menangis tidak mengerti apa yang tengah menimpanya. Sementara Nyonya Ann hanya tersenyum dengan lembut. Sebuah senyuman untuk menenangkan cucu tercintanya.

Pria dengan otot besar dan kulit hilam legam berdiri membelakangi Lovita. Di tangannya tergenggam sebuah obor yang menyala dengan redup. 

"Hari ini, penyihir terkutuk akan dimusnahkan! Tidak ada lagi teror untuk desa kita!"

Sorak penduduk yang setuju bersahutan. Hujatan dengan bahasa yang tidak pantas menggema. Lovita menunduk, mental gadis kecil itu tertekan.

"Tunggu!! Jangan sakiti putriku!" 

Lovita menengadah saat mendengar suara lembut yang sangat ia kenal. Ia meronta, ingin rasanya berlari dan memeluk wanita tersebut. "Mama!!!"

"Tolong," ucap pria yang sedari tadi memeluk wanita di sebelahnya dengan nada memelas, "Tolong, Lovita masih kecil, dia tidak tahu apa-apa."

"Maaf tuan dan nyonya Darka. Penyihir harus musnah. Tidak ada tempat untuk penyihir di dunia ini!" jelas si Pembawa Obor.

"Ya betul!!"

"Penyihir harus mati!"

"Bakar sekarang!"

Cairan berwarna kuning transparan dengan bau menyengat mulai disiram ke sekitar Lovita dan Nyonya Ann. Mulai dari jerami, tiang pengikat hingga tubuh keduanya. Nyonya Darka berteriak histeris saat obor mulai diarahkan ke jerami yang sudah dibasahi denga minyak tanah. 

"Tuan-tuan dan nyonya-nyonya sekalian!" Suara wanita dengan gaun jingga yang anggun menghentikan segala keriuahan yang terjadi. Ia berjalan dengan lembut, menghampiri Nyonya Darka yang tengah menangis kemudian si Pembawa Obor.

Diambilnya obor tersebut kemudian ia padamkan apinya. "Hanya karena Nyonya Ann penyihir, kalian ingin membakarnya? Kalian lupa jasa Nyonya Ann untuk hidup kalian? Anak kalian? Bahkan ternak kalian?"

"Tapi Nona Alefa, dia penyihir!" sahut salah satu penduduk yang langsung di-iya-kan oleh rekannya.

"Memang, tapi apa Nyonya Ann pernah menyakiti kita? Tidak sama sekali tidak. Sekarang buka mata kalian! Lihat gadis kecil ini. Dia tidak tahu apa pun! Dia gadis kecil yang sangat kalian cintai. Terbuat dari apa hati kalian sampai tega membakarnya?"

Kali ini hening, tidak ada satu pun yang menjawab perkataan Alefa. Wanita muda itu tersenyum, "Lepaskan mereka. Jika kalian tidak ingin tinggal bersama penyihir, kita bisa memindahkan Nyonya Ann, Lovita dan Naga itu ke ujung desa. Di perbatasan dengan Hutan Hidup. Penjaga Desa bahkan Patroli Kota selalu ada di sana untuk mengawasi."

Mata Alefa berbinar, "Percayalah, ini tidak buruk."

Suara bisik-bisik penduduk mulai terdengar seperti degungan lebah. "Baiklah, kami percaya pada Nona Alefa. Tapi, Nyonya Ann tidak lagi memiliki jabatan atas desa ini!"

Tangis Nyonya Darka semakin pecah. Ia berlari menghampiri putrinya, pun dengan Tuan Darka yang segera melepaskan ikatan Nyonya Ann. Lovita memeluk ibunya dengan erat. 

"Nona Alefa terimakasih," ucap Tuan Darka. Ia membungkuk cukup lama di depan Alefa.

"Terimakasih," ucap Nyonya Ann pelan.

"Maafkan saya Nyonya Ann, anda harus tinggal di perbatasan. Saya tidak menemukan ide lain." Alefa membungkuk dengan anggun.

"Tidak apa-apa, saya beruntung mengenal anda." Nyonya Ann tersenyum hangat. Ia merentangkan tangan saat melihat Darisa terbang ke arahnya.

"Baiklah gadis manis." Alefa membelai rambut ikal Lovita dengan lembut. "Siap untuk pindah rumah?"

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • SusanSwansh

    Kerenn.

    Comment on chapter 1. Lovita di bawah Pelangi
  • emirah

    nice story, suka banget sama diksinya

    Comment on chapter 1. Lovita di bawah Pelangi
Similar Tags
between us
325      226     1     
Romance
gimana rasanya kalau di antara kita ada beribu masalah... apakah aku sanggup
PENYIHIR DARI KUBURAN KARANG ANYAR
668      406     0     
Fantasy
Dalam kehidupan manusia di tahun 2123 di mana ilmu pengetahuan dan teknologi semakin canggih dan maju, semua orang dapat mengekspresikan diri dan mendapatkan apa pun yang mereka mau, asal mereka mampu. Standar kehidupan yang meningkat itu dibarengi dengan meningginya biaya hidup, sehingga uang gaji hanya cukup untuk membayar apartemen, gas-listrik-air, uang transport, pakaian dan makanan. Masalah...
Melawan Tuhan
2900      1099     2     
Inspirational
Tenang tidak senang Senang tidak tenang Tenang senang Jadi tegang Tegang, jadi perang Namaku Raja, tapi nasibku tak seperti Raja dalam nyata. Hanya bisa bermimpi dalam keramaian kota. Hingga diriku mengerti arti cinta. Cinta yang mengajarkanku untuk tetap bisa bertahan dalam kerasnya hidup. Tanpa sedikit pun menolak cahaya yang mulai redup. Cinta datang tanpa apa apa Bukan datang...
Aku menunggumu
4536      955     10     
Romance
Cinta pertamaku... dia datang dengan tidak terduga entahlah.Sepertinya takdirlah yang telah mempertemukan kami berdua di dunia ini cinta pertamaku Izma..begitu banyak rintangan dan bencana yang menghalang akan tetapi..Aku Raihan akan terus berjuang mendapatkan dirinya..di hatiku hanya ada dia seorang..kisah cintaku tidak akan terkalahkan,kami menerobos pintu cinta yang terbuka leb...
Parloha
10784      2572     3     
Humor
Darmawan Purba harus menghapus jejak mayat yang kepalanya pecah berantakan di kedai, dalam waktu kurang dari tujuh jam.
TRIANGLE
342      225     1     
Romance
Semua berawal dari rasa dendam yang menyebabkan cella ingin menjadi pacarnya. Rasa muak dengan semua kata-katanya. Rasa penasaran dengan seseorang yang bernama Jordan Alexandria. "Apakah sesuatu yang berawal karena paksaan akan berakhir dengan sebuah kekecewaan? Bisakah sella membuatnya menjadi sebuah kebahagiaan?" - Marcella Lintang Aureliantika T R I A N G L E a s t o r ...
Dream of Being a Villainess
1422      809     2     
Fantasy
Bintang adalah siswa SMA yang tertekan dengan masa depannya. Orang tua Bintang menutut pertanggungjawaban atas cita-citanya semasa kecil, ingin menjadi Dokter. Namun semakin dewasa, Bintang semakin sadar jika minat dan kemampuannya tidak memenuhi syarat untuk kuliah Kedokteran. DI samping itu, Bintang sangat suka menulis dan membaca novel sebagai hobinya. Sampai suatu ketika Bintang mendapatkan ...
Cinta Tau Kemana Ia Harus Pulang
8898      1644     7     
Fan Fiction
sejauh manapun cinta itu berlari, selalu percayalah bahwa cinta selalu tahu kemana ia harus pulang. cinta adalah rumah, kamu adalah cinta bagiku. maka kamu adalah rumah tempatku berpulang.
Reaksi Kimia (update)
5885      1558     7     
Romance
》Ketika Kesempurnaan Mengaggumi Kesederhanaan《 "Dua orang bersama itu seperti reaksi kimia. Jika kamu menggabungkan dua hal yang identik, tidak ada reaksi kimia yang di lihat. Lain halnya dengan dua hal yang berbeda disatukan, pasti dapat menghasilkan percikan yang tidak terduga" ~Alvaro Marcello Anindito~
AraBella [COMPLETED]
37527      3732     13     
Mystery
Mengapa hidupku seperti ini, dibenci oleh orang terdekatku sendiri? Ara, seorang gadis berusia 14 tahun yang mengalami kelas akselerasi sebanyak dua kali oleh kedua orangtuanya dan adik kembarnya sendiri, Bella. Entah apa sebabnya, dia tidak tahu. Rasa penasaran selalu mnghampirinya. Suatu hari, saat dia sedang dihukum membersihkan gudang, dia menemukan sebuah hal mengejutkan. Dia dan sahabat...