Read More >>"> Truth Or Dare (#11) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Truth Or Dare
MENU
About Us  

Hari ini siswa dipulangkan lebih awal karena para guru harus mengadakan rapat. Jam tambahan untuk siswa kelas 3 pun ditiadakan, begitu juga dengan kegiatan ekstrakurikuler. Sebagian siswa memilih langsung pulang ke rumah, sebagian lagi memanfaatkan waktu luang untuk pergi mencari hiburan, yang terpenting tidak berada di area sekolah-karena takut mengganggu rapat guru.


Mungkin para siswa sibuk dengan les atau memenuhi perpustakaan, tetapi lain halnya dengan Yoongi dan kawanannya; Jimin, Taehyung, dan Jungkook. Mereka ber-empat memutuskan untuk berkumpul di sebuah kafe yang tidak jauh dari sekolah.

Setelah beberapa saat menunggu pesanan, akhirnya seorang pelayan membawa sebuah nampan yang berisi 4 cup minuman dan beberapa makanan. "Silakan menikmati," ucap gadis itu dengan diimbuhi sebuah senyuman.

"Kamsahamnida." 

"Jamkkanman juseyo," pinta Jungkook. Panggilan itu menghentikan langkah pelayan muda itu. "Ne?" sahut gadis itu.

Jungkook pun mencoba minuman miliknya. "Sepertinya ini kurang pemanis."

"Ah joesonghamnida, kami akan membuat yang baru," kata gadis itu sambil sedikit membungkukkan badannya.

"Aniya, sebenarnya dengan memandangmu saja sudah cukup." Goda Jungkook dan berhasil membuat gadis itu tersipu.

Yoongi yang duduk di sebelah Jungkook pun mengambil satu potong ayam yang sudah dicelupkan ke dalam mangkuk saus dan memasukkannya ke dalam mulut Jungkook. Sontak saja Jungkook mengeluarkan potongan ayam itu dan meminum cola dingin di tangannya.

Gadis itu tersenyum melihat tingkah pelanggannya. Petugas kasir yang memergoki gadis itu berinteraksi terlalu lama dengan pelanggan pun memanggilnya, "Lee Eunbi-ssi!"

Pemilik nama pun menoleh lalu mengangguk dan berpamitan sebelum pergi. "Saya permisi."

"Ya! Apa kau tidak bisa membiarkanku bahagia?" kesal Jungkook.

"Bukannya begitu, jika kau terus mengajaknya berbicara, dia bisa kehilangan pekerjaannya." Yoongi menasihati.

"Aigoo uri Yoongi sangat dewasa. Aku setuju." Imbuh Taehyung.

"Kau bisa menemuinya saat pergantian jam tugas." Usul Jimin.

Jungkook yang sebelumnya sibuk menikmati ayam pun berhenti mengunyah. "Bagaimana aku bisa tahu kapan pergantian jam tugasnya jika penjaga kasir itu terus melirikku sejak tadi?" kata Jungkook pelan.

"Tunggu saja." Ucap Taehyung santai.

"Kafe ini buka pukul 8 pagi dan akan tutup pukul 8 malam, artinya kafe ini buka selama 12 jam. Jika ada satu kali pergantian, maka dia akan selesai pukul 4 sore nanti. Jika ada dua kali pergantian, maka dia akan selesai pukul 12 nanti." Yoongi menjelaskan seolah ia bos dari pekerja itu.

"Penuh dengan perhitungan." Celetuk Jimin.

"Kalian memikirkan ini dengan sangat serius. Lebih baik kita melakukan periode kedua." Jungkook tersenyum dan tampak bersemangat.

"Heol sudah sampai periode kedua." Taehyung tidak percaya.

"Artinya waktu untuk Yoongi akan segera berakhir." Kata Jimin.

"Apa kau akan melanjutkan hubungan itu?" tanya Taehyung.

Yoongi menghela napas. "Bahkan tidak ada hubungan yang tercipta saat ini. Ayo mainkan." Ia mengalihkan topik.

"Aku rasa tidak ada yang bisa menjadi alatnya, " gumam Jungkook.

Taehyung mengeluarkan ponselnya dan meletakkan di tengah meja mereka. "Tentukan apa tantangan kali ini."

Mereka pun memilih dan setelah beberapa saat, tantangan buatan Yoongi yang akan digunakan-menyebarkan foto Seokjin dan Yerin.

"Hana ... Dul ... Set!" ucap Taehyung sambil memutar ponselnya di kata terakhir.

Jungkook.

Ponsel itu menunjuk Jungkook dan laki-laki itu pun tersenyum tipis. "Bukan hal yang sulit."

= = =

Yerin pulang bersama Seokjin karena laki-laki itu yang memintanya. Awalnya ia menolak, tetapi Seokjin sedikit memohon dan ia juga mengingat apa yang ia dengar di perpustakaan beberapa hari yang lalu.


Disinilah ia saat ini, duduk di sebuah bangku yang terletak di tepi Sungai Han. Tidak lama, Seokjin datang dengan 2 cup kopi dan beberapa makanan ringan.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Yerin-ia tidak ingin membuang waktu.

"Makanlah, aku lebih menyukai Yerin yang dulu, pipimu sangat tirus sekarang," ucap Seokjin sambil mencubit pipi Yerin, akan tetapi langsung ditepis oleh gadis itu. "Arrasseo, kau pasti ingin segera kembali ke rumah."

Yerin menghela napas. "Kau bisa membuang waktu belajarmu, ani, waktu belajar kita. Jadi kumohon langsung ke inti saja."

"Ini tentang Cheonsae."

Sesuai dugaan Yerin. "Wae? Kau pasti memikirkan rumor itu."

"Aku tidak percaya nae dongsaeng sudah berkencan. Aku juga tidak tahu kebenaran rumor itu dan siapa yang dimaksud sunbae." Seokjin tersenyum kecut. (adikku)

"Seokjin-a.." panggil Yerin dengan suara lembut. "Apa kau sangat menyayangi Cheonsae?"

"Tentu saja, mengapa kau menanyakan itu?"

"Buktikan. Biarkan dia bahagia dengan jalan yang dia pilih. Kau hanya perlu menjaga dan memastikan jika jalan yang dia pilih sudah benar."

Seokjin memandang lurus ke depan. Ucapan Yerin mungkin benar, tetapi ia tidak bisa begitu saja melepas adiknya-meskipun belum tentu rumor itu benar. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah mencari tahu kebenaran dari rumor itu sendiri.

"Kaja, ku antar kau pulang." Kata Seokjin setelah bangkit dari tempat duduknya. Ia pun mengulurkan tangannya kepada Yerin, akan tetapi gadis itu memberi pandangan bingung dan tidak mengerti.

Melihat Yerin yang terdiam, Seokjin langsung menarik kembali tangannya. "Aniya, lupakan. Kaja." Ucapnya sebelum berjalan meninggalkan gadis itu.

Yerin pun bangkit dan berjalan-tepatnya berlari kecil-untuk menyamakan posisinya dengan Seokjin. 

Mereka pun masuk ke dalam mobil Seokjin dan langsung menuju ke rumah Yerin. Setelah menurunkan Yerin, Seokjin langsung menuju ke rumahnya tanpa mampir untuk sekadar berbincang dengan ibu Yerin.

Sesampainya di rumah, Seokjin langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa menanggapi Cheonsae yang bertanya apakah dirinya sudah makan siang atau belum.

"Pabo. Apa kau pikir Yerin dengan mudahnya menerima uluran tanganmu dan melupakan semua perbuatan yang kau lakukan karena dampak penyakitmu itu? lagipula mana mungkin Yerin menerima seseorang yang memiliki penyakit kepribadian sepertimu? Kim Seokjin, kau sangat bodoh." Rutuk Seokjin pada dirinya sendiri. 

"Yerin-a.. aku merindukan hubungan baik kita sebelum muncul perjodohan sialan itu."

= = =

Setelah pulang sekolah, Cheonsae tidak memiliki kegiatan lain. Awalnya ia berencana untuk pergi bersama Haerin, akan tetapi saudara Haerin yang berasal dari Busan datang dan ia harus menyambutnya. Dengan terpaksa, Cheonsae pulang ke rumah.

Ketika ia sampai di rumah, ia bertemu dengan mobil ibunya yang hampir meninggalkan rumah. "Eomma, mau kemana?"

"Ada perkumpulan dengan teman sekolah eomma. Seharusnya kau memberi tahu eomma jika pulang lebih awal, eomma bisa menjemputmu dan kau tidak perlu naik bus."

"Jika eomma menjemputku, eomma tidak akan mengantarkan aku pulang dan mengajakku ke sana." Tebak Cheonsae.

Lee Yumi tersenyum. "Padahal jika kau ikut, bisa bertemu dengan anak-anak teman eomma yang cukup tampan."

"Aku tidak berminat. Eomma jalan saja, nanti terlambat."

"Eomma sudah menyiapkan makan siang, tinggal kau panaskan saja. Jika butuh sesuatu, hubungi eomma."

Cheonsae mengangguk. "Hati-hati di jalan." Gadis itu melambaikan tangannya dan baru masuk ke dalam rumah setelah mobil ibunya keluar dari pekarangan rumah.

"Kemana oppa pergi? Tidak mau memberi adiknya tumpangan dan bersenang-senang di luar sana." Cibir Cheonsae sambil berjalan menuju ke kamarnya.

Setelah berganti pakaian, ia pun menuju dapur dan mengambil makanan dari lemari pendingin lalu memanaskannya-sesuai ucapan ibunya. Ia mengambil semua makanan yang seharusnya cukup untuk dirinya dan Seokjin, tetapi ia hanya menyisakan kimchi untuk Seokjin. 

Ketika ia mulai menyantap makanannya, terdengar mobil Seokjin datang. "Omo, oppa datang dan jatahnya sudah ku makan. Ah eottohke," Cheonsae kebingungan. Tetap saja ia takut jika kakaknya mengadu kepada ibunya.

Cheonsae berusaha bersikap senormal mungkin, seolah ia tidak melakukan hal yang salah.

"Oh oppa, wasseo. Kau darimana? Apa kau sudah makan siang?" (kau sudah datang)

Tidak ada tanggapan dan Seokjin hanya terus berjalan tanpa menoleh ke arah adiknya. Melihat tidak ada respon membuat Cheonsae mengerucutkan bibirnya dan langsung mengetukkan sumpit untuk menyamakan panjangnya, lalu memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

"Yang kau lakukan tidak salah Cheonsae. Habiskan saja makanannya, anggap saja eomma membuat semua ini untukmu." Kesalnya.

Geunde, apa aku tidak salah lihat? Hidung oppa sedikit merah, apa dia menangis? Tanya Cheonsae pada dirinya sendiri.

= = =

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
Azzash
269      218     1     
Fantasy
Bagaimana jika sudah bertahun-tahun lamanya kau dipertemukan kembali dengan cinta sejatimu, pasangan jiwamu, belahan hati murnimu dengan hal yang tidak terduga? Kau sangat bahagia. Namun, dia... cintamu, pasangan jiwamu, belahan hatimu yang sudah kau tunggu bertahun-tahun lamanya lupa dengan segala ingatan, kenangan, dan apa yang telah kalian lewati bersama. Dan... Sialnya, dia juga s...
Happiness Is Real
261      219     0     
Short Story
Kumpulan cerita, yang akan memberitahu kalian bahwa kebahagiaan itu nyata.
ENAM MATA, TAPI DELAPAN
570      358     2     
Romance
Ini adalah kisah cinta sekolah, pacar-pacaran, dan cemburu-cemburuan
A - Z
2576      873     2     
Fan Fiction
Asila seorang gadis bermata coklat berjalan menyusuri lorong sekolah dengan membawa tas ransel hijau tosca dan buku di tangan nya. Tiba tiba di belokkan lorong ada yang menabraknya. "Awws. Jalan tuh pake mata dong!" ucap Asila dengan nada kesalnya masih mengambil buku buku yang dibawa nya tergeletak di lantai "Dimana mana jalan tuh jalan pakai kaki" jawab si penabrak da...
Tentang Kita
1638      700     1     
Romance
Semula aku tak akan perna menduga bermimpi pun tidak jika aku akan bertunangan dengan Ari dika peratama sang artis terkenal yang kini wara-wiri di layar kaca.
Error of Love
1110      531     2     
Romance
Kita akan baik-baik saja ketika digoda laki-laki, asalkan mau melawan. Namun, kehancuran akan kita hadapi jika menyerah pada segalanya demi cinta. Karena segala sesuatu jika terlalu dibawa perasaan akan binasa. Sama seperti Sassy, semua impiannya harus hancur karena cinta.
Crystal Dimension
284      192     1     
Short Story
Aku pertama bertemu dengannya saat salju datang. Aku berpisah dengannya sebelum salju pergi. Wajahnya samar saat aku mencoba mengingatnya. Namun tatapannya berbeda dengan manusia biasa pada umumnya. Mungkinkah ia malaikat surga? Atau mungkin sebaliknya? Alam semesta, pertemukan lagi aku dengannya. Maka akan aku berikan hal yang paling berharga untuk menahannya disini.
Irresistible
591      432     1     
Romance
Yhena Rider, gadis berumur 18 tahun yang kini harus mendapati kenyataan pahit bahwa kedua orangtuanya resmi bercerai. Dan karena hal ini pula yang membawanya ke rumah Bibi Megan dan Paman Charli. Alih-alih mendapatkan lingkungan baru dan mengobati luka dihatinya, Yhena malah mendapatkan sebuah masalah besar. Masalah yang mengubah seluruh pandangan dan arah hidupnya. Dan semua itu diawali ketika i...
HOME
259      187     0     
Romance
Orang bilang Anak Band itu Begajulan Pengangguran? Playboy? Apalagi? Udah khatam gue dengan stereotype "Anak Band" yang timbul di media dan opini orang-orang. Sampai suatu hari.. Gue melamar satu perempuan. Perempuan yang menjadi tempat gue pulang. A story about married couple and homies.
Forbidden Love
8837      1858     3     
Romance
Ezra yang sudah menikah dengan Anita bertemu lagi dengan Okta, temannya semasa kuliah. Keadaan Okta saat mereka kembali bertemu membuat Ezra harus membawa Okta kerumahnya dan menyusun siasat agar Okta tinggal dirumahnya. Anita menerima Okta dengan senang hati, tak ada prangsaka buruk. Tapi Anita bisa apa? Cinta bukanlah hal yang bisa diprediksi atau dihalangi. Senyuman Okta yang lugu mampu men...