‘Hi… ngapain.’
‘Maaf, kakak lagi banyak ngayal mungkin pengaruh kepanasan sama cape. Bener-bener cape, Te.'
Jean terlamun sebentar. Ia berpikir sejenak dan membiarkan pesan dari Rangga tadi. Ia mulai khawatir dengan keadaan Rangga. Jean menutup chatting-annya tadi dan beralih menelepon Rangga.
“Halo, Jean?” Terdengar saut-saut suara kendaraan yang berlalu lalang di seberang telepon.
“Kakak baik-baik aja, kan?”
“Kakak baik. Ada apa? Kamu kangen sama suara aku?”
“Enggak. Cuma takut kakak beneran kenapa-kenapa.”
“Acie. Mulai perhatian. Udah dulu, ya. Kakak mau berangkat dulu. Doain oke?”
“Em, oke. Bye.”
“Bye,” Jean menurunkan ponselnya dari telinganya dan mematikan teleponnya. Ia memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas.
Jean membuka salah satu bukunya setelah ia mendengar decitan engsel pintu. Seseorang membuka pintu kelasnya dan masuk ke dalam kelas. Jean melirik orang itu sekilas dan kembali membaca bukunya. Ia mengeluarkan sebuah buku catatan dan balpoin.
>>>>><<<<<
Jean menatap layar monitor laptopdengan begitu fokus. Ia memperhatikan setiap baris kalimat yang berjajar rapih di layar monitor.
“Sudah selesai?” tanya Dosen Jean.
Tanpa melirikk Dosennya itu, Jean menjawab. “Lagi diperiksa ulang, pak.”
“Ya udah. Kamu mau kopi?” Dosennya itu bersandar pada meja miliknya.
“Gak usah, pak.”
“Kamu suka kopi?” Dosen itu menyeruput kopi panasnya.
“Gak terlalu sih pak,” Jawab Jean yang masih terfokus pada monitor laptop.
“Maaf nih. Bapak nyuruh kamu dadakan,” Dosennya meletakkan kopinya di atas meja. Jean hanya membalas ucapan dosennnya dengan sebuah senyuman.
“Ini, pak,” Jean menyandarkan tubuhnya pada kursi.
“Mana?” Dosen itu menghampiri Jean. Ia segera memeriksa hasil kerja Jean sekilas. “Oke. Makasih, Jean. Kamu boleh pulang.”
Jean berdiri dan segera merapihkan barangnya lalu pergi. Ia sudah terlambat datang ke gedung teater untuk latihan dan ia juga sudah membolos kerja tadi siang. Jean menghela nafasnya dan meregangkan tubuhnya yang berjam-jam duduk di depan monitor.
Jean melihat jam tangannya. Matanya membelak-bak dan segera berlari menuju gerbang kampus. Ia kocar-kacir berlari keluar dari kampus. Hatinya sudah tidak tenang.
Beberapa meter lagi ia sampai di pelataran parkir kampus. Tapi, ada seseorang yang berdiri tegak di gerbang kampus. Semakin dekat ia dengan orang itu, semakin lambat larinya. Orang itu menatap tajam ke arahnya. Jean berhenti di hadapan orang itu. Ia mencoba mengatur nafasnya kembali.
“Bohong?” Ucap orang itu sambil menghalangi Jean untuk melintasi gerbang. “Ngapain dulu?”
“Ngerjain tugas dosen dulu.”
“Bohong.”
“Udah deh, kak. Aku udah telat, nih,” Jean terus menghindar dari orang itu.
“Telat kemana?” Rangga tetap menghalangi jalan Jean.
“Gedung-“
“Ya udah. Tenang Aku bawa motor. Aku anterin,” Rangga menarik Jean mendekati motornya. Ia mengasongkan helm pada Jean. Jean langsung mengambil helm dan memakainya. Rangga menyalakan motornya.
“Ayo,” Jean menaiki motor Rangga.
“Cepet!” Jean menepuk pundak Rangga beberapa kali.
“Sabar…”
>>>>><<<<<
Jean segera masuk ke dalam gedung karena hujan mulai membesar. Rangga mengikuti Jean dari belakang. Jean berjalan menuju ke ruang latihan.
Jean menghentikan langkahnya ketika seseorang baru saja keluar dari ruang latihan dan memegang beberapa kertas ditangannya. Jean terlihat sangat cemas. Orang itu menatap tajam ke arahnya.
“Dari mana saja?” Tanya orang itu dingin.
“Di kampus.”
“Apa kau sedang membodohiku?” Orang itu menatap Rangga yang berdiri di belakang Jean.
~
Oleh Luthfita A.S.