-6-
Lagi dingin-dingin gini sih sebenernya enaknya selimutan di kamar, dengerin musik, sambil sesekali chat sama Asti. Kenyataan pahitnya, gue dipaksa Tiwi ke kamarnya, gunting ini, gunting itu, ditambah tangan gue lengket-lengket gara-gara lem kertas. Gue sampe sekarang masih nggak ngerti sama interior kamar Tiwi, kamarnya luas tapi sempit. Banyak poster-poster band Jepang yang sama sekali gue nggak ngerti dimana bagusnya. Di dinding ada rak yang penuh sama action figure tokoh-tokoh anime. Diatas meja komputernya lembaran tugas-tugas kuliahnya bercampur sama majalah-majalah tentang anime dan hal-hal berbau Jepang. Dari speakernya, diputer musik Jepang yang menurut gue nggak jelas dimana enaknya. Ada dua lemari di kamar Tiwi, satu buat nyimpen pakaian normal, satu lagi yang sedikit lebih gede dipake buat nyimpen kostum-kostum yang udah dia buat. Gue sama Tiwi duduk diantara kasur dan meja komputernya, dipaksa bantuin bikin kostum nggak jelas.
"Makanya punya pacar Tiw, jadi ada yang bantuin."
"Ya mumpung kamu ada di rumah, sekali-kali bantuin lah." Katanya sambil nempelin potongan kecil yang gue kira sampah ke kostum. "Lagian kamu malem mingguan di rumah aja, katanya udah punya pacar."
"Kan udah jalan tadi siang ke mall."
"Ooh, kapan mau dikenalin?"
"Ntar deh, nunggu moment." Jawab gue pas tiba-tiba gue denger suara pintu kamar Tiwi diketok.
"Yo, itu ada nak David sama nak Jaka." Kata nyokap gue nongol dari balik pintu.
"Oh iya bentar, tunggu Tiw." Kata gue sambil jalan keluar nyamperin dua jomblo ngenes tersebut.
"Romantis banget elu malem mingguan berdua." Gue ngeledek. "Kok tau gue dirumah?" Sambung gue.
"Weh, kita kan soulmate." Jawab Jaka sambil nyelonong masuk. "Misi Om, Tante." Katanya pas lewat di depan bokap nyokap gue yang lagi nonton di ruang tengah.
"Lu berdua ke atas aja, gue lagi bantuin si Tiwi dulu di kamarnya."
"Bantuin apaan?" Tanya David sambil masuk.
"Bikin kostum." Jawab gue sambil nutup pintu depan.
"Ya udah gue ikutan aja." Kata Jaka.
"Gue juga deh." Sambung David.
"Tiw, Jaka sama David boleh ikutan?" Tanya gue di depan kamar Tiwi.
"Sini sini masuk aja, sorry berantakan." Kata Tiwi sambil naik ke kasurnya yang penuh sama bahan-bahan kostum.
David terus duduk di kursi belajar Tiwi, gue duduk di lantai, sementara Jaka serius ngeliatin rak action figure Tiwi sambil ngangguk-ngangguk kepalanya.
"Kayak ngerti aja lu begituan." Si David ngeledek.
"Ngerti lah, ini si ini kan yang di film kartun itu kan." Jawab Jaka sok tau. Gue, Tiwi, sama David cuma bisa ketawa.
"Vid tempel-tempelin ini kesini Vid, gue ngeguntingin ini." Kata gue sibuk sendiri.
"Gue ngapain Yo?" Tanya Jaka sambil ikutan duduk di lantai.
"Elu guntingin yang ini, awas salah." Jawab gue.
"Ini buat event bulan depan itu Tiw?" Tanya David.
"Iya, eh elu jadinya bisa nggak?"
"Bisa apaan?"
"Nge-band, yang waktu itu kita omongin di kampus."
"Nah itu dia Tiw, baru aja tadi siang band gue bubar, tanya aja Jaka."
"Iya, tinggal sisa gue sama si David doang." Sambung Jaka.
"Oh jadi tadinya lu mau pada manggung gitu di acara cosplay?" Tanya gue yang ketinggalan info.
"Iya aku disuruh panitia acara buat nyari band gitu, kan kebetulan acaranya di IKTI." Kata Tiwi.
"Bikin band dadakan aja!" Jaka bilang.
"Siapa yang bisa main drum ya?" David mulai mikir.
"Gue kan bisa." Kata Jaka.
"Ntar yang nyanyi siapa nyet?" Bales David.
"Yang pasti bukan gue lah! Acara cosplay kan biasanya lagu-lagu bahasa Jepang, lah gue mana bisa." Kata Jaka.
"Kamu bisa nyanyi kan Tiw?" Tanya gue tanpa ngeliat ke arah Tiwi, terlalu fokus sama bagian-bagian kostum yang mesti gue guntingin.
"Bisa sih." Jawabnya pelan.
"Ya udah, berarti tinggal nyari gitaris." Kata David.
"Lah elu?" Jaka bilang.
"Gue kan ngisi melody, masih perlu rhythm sama bassist."
"Si Nay!!" Kata gue sama Jaka barengan.
"Hmmm." David keliatan bingung.
"Kenapa, canggung manggung bareng mantan?" Gue ngeledek.
"Ya kagak sih."
"Ya terus kenapa hmm hmm gitu?" Kata Jaka dengan nada nyebelin.
"Gapapa, ya udah ntar Senin gue tanya di sekolah, jadi pulangnya kita langsung latihan. Elu bisa hari Senin Tiw?" Kata David.
"Bisa bisa, Senin gue kuliah pagi cuma satu matkul, jadi siangnya santai." Jawab Tiwi.
"Eh tetep belom ada bassist." Kata David.
"Ada temen gue yang bisa, namanya Vanya, ntar gue ajakin." Kata Tiwi.
Sepanjang sisa malem itu kita berempat cuma ngobrol-ngobrol nggak jelas sampe kostum Tiwi akhirnya beres. Kostum Tiwi berbentuk armor dengan kombinasi warna putih dan biru muda yang terbuat dari busa hati. Lengkap sama pedang-pedangan dan helm yang waktu itu susah dilepas. Begitu kostumnya dicoba, si Tiwi keliatan gagah banget. Jadi mirip kesatria jaman abad pertengahan gitu.
Jaka sama David akhirnya nginep di rumah gue. Begitu balik ke kamar, Jaka sama David langsung tanding game sepak bola di komputer gue. Gue cuma nontonin mereka main doang, mau chat Asti takutnya udah tidur.
* * *
Udah hari Senin lagi aja, udah matematika lagi aja. Sebenernya matematika itu gampang ketika di dalamnya cuma ada angka, tapi semua itu berubah ketika alfabet mulai ikut-ikutan. Apa pula ini 2y+3x, Gue sih bacanya malah jadi Yeyen XXX. Jangan salahin gue kalo gue ntar buka harddisk buat cari 'koleksi' lama gue. Mana istirahat masih lama pula, gue cuma bisa ngangguk-ngangguk pura-pura ngerti.
"Yang." Asti berbisik pelan, sementara Bu Ratna masih nulis bahasa alien di papan tulis.
"Hmm?" Gue sedikit miringin kepala ke arah Asti.
"Kamu nyadar nggak Yang, Bu Ratna punya tompel kecil di bawah kupingnya?" Katanya pelan-pelan banget. Anjrit, si Asti sempet-sempetnya ngeliatin detail begituan pas lagi belajar. Gue nggak kuat nahan ketawa yang kemudian gue samarkan jadi batuk.
Thanks to Asti, sepanjang sisa pelajaran matematika yang gue perhatiin cuma tompelnya Bu Ratna. Kayaknya dia memang ngerti banget kalo gue lagi butuh hiburan. Eh tunggu..tunggu, maksud gue bukan tompel di bawah telinga adalah hiburan, tapi fakta bahwa ada tompel kecil di bawah kupingnya Bu Ratna itu bikin gue ketawa. Eh itu juga salah ya? Maksud gue, fakta bahwa Asti merhatiin hal se-nggakpenting itu bikin gue ketawa. Bukan juga gue ngatain kalo tompelnya Bu Ratna nggak penting sih, tapi.. aaaah ya udah deh yang penting buat gue itu lucu.
* * *
Bel tukang es krim pun bunyi, nggak lama kemudian Jaka nongol. Mukanya sumringah banget ni anak, curiga udah jadian sama si Wina.
"Cengar cengir kenapa lu?" Tanya gue.
"Mau nge-date gue ntar Sabtu." Jawab Jaka sambil ngangkat-ngangkat alisnya.
"Ya ampun masih lama kali, baru Senin." Kata gue.
"Ciee Jaka, ntar kalo jadian traktir-traktir ya!" Seru Asti.
"Kamu sama si Rio mana traktirannya?" Bales Jaka, Asti nyengir.
"Ntar balik sekolah jadi latihan ya." Kata David yang nyamperin Jaka bareng Nia.
"Jadi dong, lu siap Nay?" Tanya Jaka.
"Siap dooong." Nia semangat. "Yo, kakak lu baik kan? Gue belom pernah ketemu sih." Lanjutnya.
"Ah dia mah nyantai." Jawab gue.
"Asik kok orangnya." Kata David.
"Eh tapi ntar gue nggak ikut ke studio ya, kan mesti nganterin si Asti balik dulu." Kata gue.
"Kenapa kita nggak ikut aja nontonin mereka latihan?" Kata Asti.
"Kamu gapapa pulang agak sore?"
"Gapapa kok."
"Ya udah, ntar misalnya mau pulang bilang aja."
"Iya sayang."
* * *
Begitu nyampe di rental studio yang berlokasi di Jalan Gegerkalong itu, Tiwi sama temennya udah nunggu di parkiran. Gue turun dari motor terus nyamperin mereka, Asti ngikutin dari belakang sambil malu-malu. Tiwi senyum-senyum rese sambil ngangkat-ngangkat alisnya.
"Tiw, kenalin nih pacar aku."
"Ohh sini atuh kok malu-malu gitu." Tiwi bilang sambil menjabat tangan Asti. "Namanya siapa?" Tanyanya.
"A-Asti kak." Asti malu-malu.
"Panggil Tiwi aja sih, aku kan masih muda."
"I-Iya deh."
"Ih ya ampun nggak usah malu-malu gitu hahaha. Pacarmu ini lucu banget sih Yo, gemes!" Kata Tiwi sementara gue kenalan sama temennya yang namanya Vanya, pura-pura nggak denger.
"Booking jam berapa Tiw?" Tanya David. "Oh iya ini kenalin dulu gitaris kita Nia, panggil aja Nay." Lanjutnya.
"Ini abis band ini langsung giliran kita, lima belas menitan lagi lah. Oh halo halo aku Tiwi. Ini kenalin juga bassist kita, Vanya." Katanya sambil menjabat tangan Nia.
"Wehh gimana nih perasaannya udah dikenalin sama kakaknya si pacar?" Jaka ngeledek Asti, sementara Asti cuma senyum-senyum sambil mukanya merah.
* * *
Band temen-temen yang akhirnya dikasih nama Senritsu itu udah mulai latihan lagu pertama, dalam bahasa Indonesia senritsu berarti melodi. Gue duduk bersandar di tembok sambil ngeliatin mereka latihan, sementara Asti di sebelah gue menyandarkan kepalanya di pundak gue. Gue nggak nyangka ternyata suara Tiwi bagus juga, ya walaupun gue nggak ngerti bahasanya. Terus udah lama banget juga gue nggak ngeliat Jaka maen drum, rasanya aneh ngeliat dia nggak loncat-loncat sambil pegang mic. Nah ada yang lebih absurd lagi, ngeliat si David sama si Nia nge-band bareng lagi. Jadi inget waktu mereka satu band pas kelas X dulu, pasangan gitaris paling keren di sekolah. Sampe akhirnya mereka putus dan Nia keluar dari band. Sejak saat itu David selalu manggung sambil membelakangi penonton.
"Ti, kalo mau pulang bilang ya." Kata gue.
"Iya gampang lah, aku masih mau nonton mereka dulu."
"Emang kamu suka lagu Jepang?"
"Suka, aku punya banyak lagu Jepang di rumah."
"Oh aku baru tau."
"Makanya main ke rumah, jangan cuma nganterin doang terus pergi lagi. Nanti kan sekalian bisa kenalan sama Mama." Katanya sambil nyengir, gue ikutan nyengir.
Beberapa lagu kemudian semuanya istirahat, kuping gue juga pengang kebanyakan denger lagu Jepang. David keluar beli minum, Vanya nongkrong diluar, sementara gue sama yang lainnya duduk-duduk di studio.
"Ntar kalian cosplay juga ya!" Seru Tiwi.
"Emang harus ya?" Tanya Nia.
"Ya enggak, biar seru aja."
"Gue sih ogah." Jaka bilang.
"Lagian kamu manggung mau sambil cosplay Tiw, pake helm gitu?" Gue nambahin.
"Bawa dua kostum lah, manggungnya pake kostum taun kemaren aja."
"Aku jadi pengen ikutan cosplay juga, seru kayaknya. Boleh nggak Yang?" Tanya Asti.
"Ya boleh sih, minta bikinin kostumnya tuh ke Tiwi."
"Boleh tuh! Kan Asti mukanya udah kawaii, tinggal pake kostum pasti lucu deh." Kata Tiwi, muka Asti langsung memerah.
"Tapi aku nggak ikutan ya, ikut nonton aja." Kata gue.
"Kawaii apaan sih Yo?" Tanya Jaka pelan.
"Kawaii artinya lucu ka."
"Iya apa artinya?"
"Iya artinya lucu."
"Iya lucu sih lucu, tapi kalo lu nggak kasih tau gue kapan gue ketawanya?"
"Dih, ribet amat ngomong sama lu."
* * *
Mantap nih wajib dibaca
Comment on chapter 1