Sore ini mendung ,
Lamunanku langsung buyar, begitu Sacio menepuk pundakku. Jantung rasanya terus berdebar tiada henti.
"Kamu yaa, kaget neehh," bicaraku agak ketus.
"Maaf, maaf. Habis kamu melamun terus. Kita tinggal berdua loh di kantor ini . Kamu nggak pulang, mau tidur sini?" tanya Sacio menggodaku.
"Iya, nanggung. Bentar lagi aku pulang kok. Ruangan sudah kamu kunci semua Ci?" ucapku bernada tegas.
" Sudah Dens, aku go home dulu ya. Bye .." lambaian tangan Sacio sudah tak nampak, cepat juga anak itu berlalu.
Fikiranku sedikit acak setelah Rudi meninggal, rasa ingin tahuku semakin besar. Beribu tanya yang belum terjawab berusaha keras aku cari jawabannya.
"Aku harus nekad cari tau, sore ini aku harus ke Cafe Pojok. Mumpung Cafe itu masih tutup, dengan leluasa aku bisa mengamati sekitarnya. Mungkin saja ada yg mencurigakan," gumamku dalam hati sambil beranjak dari ruangan kerja.
Sepi, kondisinya lengang. Tidak menunjukkan aktifitas apapun di Cafe ini. Tak beda dengan tempat-tempat misteri seperti yang di TV. Aku sedikit memberanikan diri lebih dekat ke Cafe Pojok.
"Pintu dalam dikunci, police line sudah dilepas," jawabku sendiri menggerakkan gagang pintu. Langsung aku ke halaman luas diluar tempat yang biasa buat kita nongkrong. Karena Cafe Pojok di setting tempat nongkrongnya diluar halaman dan cafe utamanya masuk kedalam.
Aku mendekat ditempat duduk Alm. Rudi. Aku amati benar-benar, kursinya tetap tidak berubah sedikitpun. Diatas meja tidak aku temukan senjata tajam atau darah atau apa yang ada hubungannya dengan kematian Rudi.
Tapi ...
"Wait , ini kertas apa?" aku membalik-balikan kertas itu, aku ambil dari bawah lantai halaman Cafe Pojok tepat di bawah kaki meja . Cuma yang bisa aku baca ada tulisan tangan di kertas itu TARGET .
"Maksutnya tulisan ini apa ya?" dadaku semakin berdegup kencang,keringat dingin mulai mengucur .
"jangan-jangan Rudi ?" pikiranku berkecamuk. Manamungkin dia jadi target pembunuhan, ini murni masalah kesehatan .
Adrenalinku semakin memuncak seketika ada yang menepuk pundakku
"Aaaaaaaaaaaa !" teriakku kaget, sekujur tubuhku langsung lemas.
"neng Denisa, maaf ini saya Dago," bang Dago tiba-tiba datang sudah dibelakangku.
"Fiiiuuhh, Ya Allah bang lepas jantung saya," balasku masih lemas.
"Saya buatkan minum ya, maaf kalau saya mengagetkan neng," bang Dago minta maaf berulangkali.
"Nggak apa-apa bang, saya langsung balik pulang saja bang. Saya bawa minum kok di mobil," jawabku singkat.
Asli bang Dago bikin jantungan,aku mempercepat langkah menuju ke mobil dengan sesobek kertas tadi masih aku genggam.
Meneguk air mineral di mobil yang aku parkir cukup jauh dari Cafe Pojok, pandangan mataku tak lepas dari sekitaran cafe itu. Rasa penasaran yang sangat tinggi membuat aku berat beranjak dari situ padahal hari sudah mulai larut.
"Minum dulu saja, sambil lihat situasi dari dalam mobil. Mungkin ada yang mencurigakan," ucapku lirih, seperti detektif ala-ala .
Sepuluh menit berlalu, tiba-tiba ada mobil masuk area parkir Cafe Pojok. Tadi di cafe masih ada bang Dago yang beberes. Cukup lama Cafe Pojok tutup sudah 3 hari ini,otomatis bang Dago agak sibuk menata kembali cafe itu.
"Eemmm, siapa wanita itu? setahuku bang Dago tidak beristri," ucapku lirih sambil tetap fokus ke arah Cafe Pojok.
Tidak jelas percakapan mereka, yang aku lihat wanita itu sepertinya hard complain ke bang Dago. Bang Dago terlihat menunduk tanpa perlawanan. Terakhir yang bisa kudengar cuma pintu mobil yang ditutup keras sama si wanita.
" Braaaggghhkkkk !" langsung mobil melaju meninggalkan bang Dago yang masih berdiri menunduk.
"Siapa dia? apa sangkut-pautnya dengan bang Dago? mungkin teman bisnisnya? " ucapku menepis kegalauan.
Tak lama aku pun meninggalkan lokasi Cafe Pojok, mobil aku laju menembus pekatnya mendung .
TARGET , siapa target yang dimaksud? Apa Rudi yang jadi target atau masih ada target pembunuhan yang lain?.
Atau wanita itu, tapi siapa yang membuat tulisan disobekan kertas ini? Si pelaku kah?