18 Januari 2015.
Hari minggu adalah hari spesial bagiku, seumur hidup selalu kutunggu untuk bermalas-malasan melepas penat. Walau Matahari mulai merangkak naik tetapi udara terasa dingin hasil hujan deras kemarin malam. Dikala orang lain sibuk menikmati Free car day aku memilih menjadi putri tidur bermalas-malasan di ranjang berisi bulu angsa yang nyaman.
Aku merasa seperti orang jahat yang memanfaatkan Miko demi kepuasanku sesaat. Dari malam aku menawannya untuk menemani begadang karena tak bisa tidur memikirkan ucapan Tyas. Kupaksa dia menemani berbalas chating walau beberapa kali dia protes hendak tidur, entah mengapa Miko setia menemani hingga kuterpejam.
Walau sudah jam delapan pagi namun kumasih sibuk dengan android mendengar musik Luci Band sambil kembali berbalas pesan dengan Miko, si pembaca misterius yang tanpa sadar menaungi hati. Tanpa sungkan aku berselfie beraksi sok imut demi memuaskan keinginan Miko yang selalu meminta foto.
NitaNit, [Udahkan, percaya sekarang jika aku bobo di kasur?]
Miko1998,[ Cute banget sih. Ini belum mandi sudah se-cute ini, kalau sudah mandi gimana coba?]
Dasar cowok, pinter banget sih ngelus hati cewek. Tanpa sadar tak henti kutersenyum membaca setiap kata yang dia kirim.
NitaNit, [Makasih banget ya kamu mau nemenin aku chatting.]
Miko1998, [Anything for you.]
Kutersenyum membaca balasannya. Anything for me? baiklah jika begitu.
NitaNit, [Miko, mana foto wajahmu. kok enggak pernah ngirim fotomu sih ke aku?]
Miko1998, [Aku jelek Nit. Ntar kamu jijik sama aku.]
Hmm, alesan. Apa sih yang dipikirkan oleh cowok itu? apa dia pikir aku menilai cowok dari sampulnya? aku menilai buku bukan dari mukanya! eh, kok kebalik sih? Segera kubalas pesannya.
NitaNit, [Seriusan ah, kamu jelek apa cakep aku ga peduli.]
Lama menanti balas Miko membuat deg-degan memikirkan apa yang akan Miko kirim, pesan, foto atau mungkin video. Menunggu itu membosankan, apalagi menunggu hal yang dinanti, setiap detik berasa bagai jam. Ah akhirnya dia mengirimkan sesuatu!
Segera kubuka balasan dari Miko, terlihat sebuah foto ruangan yang berantakan yang kuperhatikan seperti kamar hotel karena ruangan itu sangat luas dan dipenuhi beberapa tas juga gitar dan kasur. Terlihat beberapa helai pakaian tergeletak di lantai, juga seorang pemuda lain yang tengah tidur di kasurtanpa pakaian menutup wajah dengan buku. Di sofa juga terlihat pemuda lain berambut panjang menutup wajahnya dengan tangan.
Apa-apaan ini? siapa mereka? kenapa Miko berada di ruangan bersama mereka?
NitaNit, [Kamu di mana itu? siapa mereka?]
Miko1998, [Aku dihotel, lagi liburan sama teman-teman.]
Bukan ini yang kumau, aku tak terlalu peduli di mana atau apa yang sedang Miko lakukan sekarang, yang kuingin adalah melihat wajah Miko yang sesungguhnya.
NitaNit, [Mana fotomu Miko! aku mau lihat wajahmu kamu.]
Kembali lama kumenanti balasan Miko, Apa setiap cowok selalu seperti ini? malas untuk selfie? ah tidak, di facebook banyak kok cowok ganteng yang mengumbar foro mereka, bukan cowok ganteng saja namun juga cowok kurang ganteng dan kurang jelek juga mengumbar fotonya. Kenapa Miko susah sekali untuk dimintai fotonya? tiba-tiba sebuah gambar masuk, membuatku deg-degkan, sontak tangan bergetar, Apa ini fotonya Miko? perlahan kubuka pesan gambar itu.
Kaget kumelihat seorang pemuda berfoto di depan sebuah cermin besar, namun cahaya flash dari kamera membuat semua wajahnya tak terlihat, hanya badan yang berbalut kaos oblong kebesaran yang dia kenakan yang dapat kuamati. Dasar Miko, pintar juga nih anak.
Miko1998, [Sudahkan? yasudah ya. Cepat bangun, setidaknya kau harus mandi agar cantiknya enggak hilang.]
Sok ngatur. Baru hendak membalas pesannya tiba-tiba bel rumah berbunyi mengaget. Segera kurapikan piyama yang berantakan sembari bergegas turun dari lantai dua, "Iya sebentar!" duh siapa sih pagi-pagi seperti ini datang ke rumah! berjalan cepat mengepal kedua tangan dan kedua ujung bibir tertarik ke bawah.
Kembali bel berbunyi kencang saat kusudah sampai di depan pintu, "Sebentar!" ish, siapa sih pagi-pagio ganggu orang aja! kuterbelalak saat membuka pintu memandang seseorang yang tak kuduga datang ke rumah sepagi ini. "Kak Tyas?"
Dia memandang dari ujung kaki sampai ujung rambut, terlihat bola matanya berputar, berdecak. "Berantakan banget sih Kamu gadis sampah, jadi begini ya dirimu kalau pagi?"
"Ah, uhm, anu." Tak fokus kuberusaha merapikan rambut, wajah sontak memanas dan kuyakin sekarang sedang memerah, "Masuk deh." Aduh goblok, rumahkukan berantakan banget! kok malah kusuruh masuk "Aaa sebaiknya kakak tunggu di luar saja." kuberusaha mendorongnya, namun dia menerobos masuk.
Rumahku sangat berantakan seperti Hiroshima terkena bom atom. Diruang tamu mungkin hanya beberapa buku pelajaran berhamburan serta sepatu juga kaos kakiku kemarin, namun di ruang keluarga bajuku dan kakak berkeliaran di mana-mana, bungkusan makanan ringan juga botol minuman berhamburan bak kapal pecah.
Dapur tak kalah berantakannya, piring dan gelas selama ayah dan ibu tak berada di rumah masih bergeletakan kotor tak terjamah, bahkan beberapa makanan mulai basi mengeluarkan bau tak sedap. Memang aku pemalas seperti kakak, aku hanya membersihkan kamarku saja.
Kulihat dia memandang seluruh ruangan dengan hidung mengkerut dan mata menyipit, beberapa kali Tyas mengibas tangan di depan hidungnya, "Berantakan sekali rumah ini, sama seperti tulisanmu." duduk di Sofa ruang keluarga mengambil pakaianku yang tergeletak di sana, lalu membuangnya ke lantai. Dia memandang bengis sambil membenarkan kaca mata. "Kau mandilah, pakai pakaian yang benar dan rapi."
"Iya kak." Entah mengapa aku sangat menurut padanya, segera kumenuju kamar mandi.
Wajah terasa panas dari dalam bukan karena air hangat shower, dadaku berdebar hebat juga merasa tak tenang, malu karena dia melihatku dalam keadaan terburuk, juga mengetahui situasi rumah yang berantakan. Entah mengapa aku ingin tampil beda di hadapannya, ingin tampil sesempurna mungkin. Kuambil lulur yang sudah lama kusimpan dan memakainya.
Semenjak pertanyaanku sewaktu di mobilnya tentang siapa aku baginya tak terjawab, aku tak mengungkit masalah itu lagi karena tak mau membuat dia marah juga berubah sikap kembali dingin padaku seperti saat pertama kali kami bertemu dulu. Bahkan kemarin pun entah mengapa aku sangat menurut kepadanya untuk tidak mempertanyakan siapa Aerin dan percaya padanya jika hari ini dia akan menceritakan semuanya padaku.
Kuakui kami semakin dekat dan dia yang biasanya dingin mulai bersikap hangat kepadaku, membuatku tersenyum dan melupakan kehidupanku saat bersamanya. Tulisanku juga semakin baik berkat Tyas, dia bukan hanya mengkritik namun juga membimbingku dengan sabar.
Kubernyanyi kecil membersihkan tubuh yang mulai tercium wangi bunga melati. Uap mulai hilang saat shower kumatikan. Segera kupakai baju yang sudah kubawa dari kamar. Pakaian terbaikku sebuah baju babby doll hitam berkancing juga bercorak beruang berlengan pendek.
Walau aku tak suka memakai make up, namun hari ini aku menyemprot sedikit minyak wangi ke tubuhku, juga memakai sedikit pelembab wajah, Yup, sempurna, sekarang saatnya menyambut tamuku, baiklah aku harus kembali ke kamar, tanpa terlihat olehnya. segera kubuka pintu kamar mandi, tak mau menoleh kekiri atau kanan, sedikit menahan nafas dan langsung berlari cepat menuju kamar untuk mengambil laptop.
Setelah kuambil laptopku, segera kukeluar dari kamar dan tercium harum jeruk. loh kok seperti ini? harum apa ini? tadi aku naik kok enggak tercium? apa karena aku berlari sehingga tak bisa menikmati harum ini?
Semakin jauh kumelangkah semakin harum dan semakin segar udara yang kuhirup. Langkahku terhenti, mulut ternganga dan mata membesar, Ya Tuhan rumahku! kenapa sangat bersih? kulihat semua baju yang bertebaran sudah berada di tempat baju kotor. Sekarang ruang keluarga nampak bersih dan harum tanpa secuil sampah.
Kumenoleh ke dapur yang hanya terpisah oleh sebuah counter makan dari ruang keluarga. Semua piring sudah bersih dan tak ada lagi makanan basi. Mataku bagai kamera security mencari sesuatu, kumenoleh kiri dan kanan. Lah, kak Tyas mana kok enggak ada?
Setelah kutaruh tas laptop di sofa, perlahan melangkah ke ruang tamu. Ruangan kumuh itu juga menjadi rapi dan harum jeruk, Lantai masih terasa basah saat kumelangkah. Di salah satu sofa tamu kulihat Kemeja Tyas tertata rapi dan kaca matanya berada di meja tamu. Terdengar suara seperti orang tengah mengepel dari teras.
Kak Tyas? OMG! Mataku membesar tak bisa beralih dari Tyas. Kutersihir melihat Tyas yang sangat sexy bagai seorang foto model, bahkan bisa disandingkan dengan member boy band korea yang menjadi idolaku, pemandangan yang sangat indah itu memaksaku beberapa kali meneguk air liurku sendiri.
Tyas terlihat menawan saat mengenakan kaos dalam putih seperti tanktop yang berubah warna karena keringat. Wajahnya berlumur keringat sangat menggoda dan aku sekarang bisa melihat kekarnya lengan Tyas, tangan yang berurat juga mempesona. Celana panjang dia lipat sedengkul, seperti ingin memamerkan kaki kencangnya yang berbulu tipis. Dadaku berdetak kencang, nafasku menggebu dan kugigit bibir bawah saat rambutnya bergoyang mengikuti gerakan tubuh ketika mengepel, entah mengapa kucuri pandang bokong imut yang sempurna milik pria di depanku.
Dia menghentikan aktifitasnya. "Gadis sampah," tegur Tyas. "Kamu mandi apa ngapain sih di dalam, kok sampai dua setengah jam baru selesai? apa yang Kamu lakukan sampai Aku bersih-bersih hampir selesai baru keluar?"
Dia mengelap wajah dengan bagian bawah kaos, menampakkan perut kokoh dengan enam tonjolan sempurna, sebelah dada bidangnya nampak jelas sementara sebelah lagi tertutupi oleh kaos, sungguh sebuah karya sempurna Tuhan yang membuatku tak berkedip, "Sexy sekali," sontak kututup mulut rapat. Bodoh, kenapa aku malah ngomong sexy! aih, bisa salah faham dia nanti!
Dia tersenyum berjalan mendekat, sedikit menunduk menepuk kepalaku. "Kamu nampak beda Nit, nampak seperti gadis."
"Jadi selama ini Aku nampak seperti apa?"
"Nampak seperti apa ya, hmmm pria?"
"Pria?" Kucubit perutnya, ini pertama kali bagiku mencubit perut yang terasa kencang dan kurus. Tak sekali namun berkali-kali sedikit mengelusnya, bahkan dadanya pun tak luput dari cubitanku. Entah mengapa otakku seliar ini mengomandoi untuk menyentuh banyak dan lama tubuh karya maha pencipta yang nyaris sempurna itu.
"Udah ah, Kakak mau mandi dulu bolehkan numpang mandi di sini?"
"Boleh kok boleh sekali! sebentar kuambil baju ganti untuk kakak dan handuk bersih, Kakak sikat gigi juga ya." kuberlari kencang masuk ke kamar. duh kenapa kok aku jadi senang seperti ini?
Namun dia menarik tanganku, membuat jantungku hampir pecah. Terasa tangannya yang basah oleh keringat dan kulihat dia memandang sayu sambil tersenyum. Apa yang dia inginkan? jangan bilang ini adalah adegan dewasa yang sering kubaca di novel, jangan bilang aku harus menemaninya mandi atau berduaan dengannya, jangan jadikan ini adegan dewasa Tuhan. "Ada apa kak?"
"Sama kantong plastik kecil untuk memasukan baju kotorku."
"Lalu pakaian dalam? celana, uhm, ganti kan?"
Dia terdiam sesaat, lalu menggeleng, "Enggak usah, santai saja." mengambil peralatan pel, berjalan masuk menepuk kepalaku.
Kutersenyum mengikuti bagai anak ayam mengikuti induknya. Entah mengaoa kuterus memperhatikan gerakan tubuhnya yang indah berlenggak-lenggok, hingga getaran android membuyarkan semuanya. Duh siapa sih, ganggu orang saja? kulihat ternyata Miko mengirimkan pesan.
Miko1998, [Kamu sudah sarapan? sudah mandi?]
NitaNit, [Sudah.]
Dengan cepat Miko membalas pesanku. Duh apa lagi sih nih anak, enggak tau apa kalau aku sedang sibuk?
Miko1998, [Mana coba lihat, selfie dong.]
Kuberdecak, enggan berselfie namun apa boleh buat. Dengan cepat kufoto tubuh dan wajah, mengirim langsung ke Miko, Semoga dia puas dan tak membalas lagi sampai aku senggang. Namun harapku pupus. Aku tak bisa mengabaikan Miko, karena aku tau bagaimana rasanya diabaikan. Seperti kemarin saat Miko lost kontak, membuat sangat tak nyaman.
Tiba-tiba aku membentur seseorang, "Auh," mengelus kepalaku. "Kok berhenti sih kak?"
"Hp-ku berbunyi." Tyas berbalik dan berlari menuju ruang tamu.
HP-nya bunyi, kok bisa dengar ya? tajam juga pendengarannya? Sambil membalas pesan Miko aku berbalik perlahan mengikuti Tyas.
Kuperlahan dapat mendengar apa yang dia bicarakan dengan lawan bicaranya melalui telepon.
"Baiklah," ucap Tyas. "Kamu belok saja, mobilku ada di luar kok. Nanti langsung masuk saja. Ok, aku tunggu." Tyas menyudahi teleponnya.
"Siapa kak?" Duh kok aku kepo sih, batinku
Tyas tersenyum mengelus kepalaku. "Seseorang akan datang mengantar makanan. Nanti suruh masuk saja ya."
"Teman yang mana kak? cewek atau cowok?"
Tyas tak menjawab, dia mengangkat tangan mencium ketiaknya. "Duh lengket semua nih, Kakak mandi dulu ya. Kamar mandinya yang dibelakang sebelah gudang kan?"
"Lah, kok tau?"
"Ya iyalah, tadi Kakak ngambil pel kan disana. Sudah ya, mau mandi dulu."
Aku berlari kencang ke kamar kakakku yang berantakan dan menjijikkan, bau busuk dan juga lengket serta pengap dengan jendela tertutup rapat dan korden hitam menghiasi kamar. Perlahan kuberkelok menghindari tumpukan tisu yang tersebar dimana-mana, lalu kubuka lemarinya mengambil kaos dalam dan juga celana dalam kakak, Semoga muat untuk kak Tyas. Saat hendak mengambil handuk Nanta kuterdiam. Tak tega memberikan handuk kakak untuk Tyas, handuknya kotor dan berbau aneh membuatku sedikit mual. Menjijikan sekali sih kak Nanta! kukembalikan handuk itu dan bergegas menuju kamarku mengambil handu bersih juga sikat gigi untuk dipakai Tyas.
Saat kumenuruni tangga, kulihat seseorang berdiri didepan pintu, "Sebentar ya, aku ke belakang dulu!" hmm pasti itu temannya kak Tyas. Segera kutaruh perlengkapan mandi Tyas di depan pintu kamar mandi dan bergegas kembali ke ruang tamu.
Langkahku melambat saat kulihat wajah yang pernah kulihat sebelumnya. "Kamu temannya kak Tyas?"
Gadis yang kutemui di cafe mengangguk. Dia tersenyum menodongkan susunan empat kotak makan besar, "Nih makan siang dan sarapannya, maaf ya tadi Aku kesasar cukup jauh. Aku masuk ya, permisi." dia masuk menaruh kotak makan di atas meja tamu.
Siapa dia? wanita ini apakah teman yang kak Tyas maksut tadi? "Uhm, mari duduk dulu Kak. Kalau boleh tau Kakak ini siapa ya?"
"Oh iya lupa." Dia menepuk keningnya, "Kenalin, namaku Natasya Natalia, Kamu Nita Anggraini kan? Oh iya kak Tyas mana?" memandang sekitar, mengamati seksama seisi ruangan. "Sejuk dan rapi ya. Kamu sama seperti Tyas, pencinta kebersihan."
Aku mengangguk pelan dengan sedikit salah tingkah, "Dia sedang mandi kak." kududuk di sofa tamu memandang gadis manis yang terus tersenyum lembut padaku, Sepertinya dia gadis yang periang dan baik. kutarik nafas mengumpulkan keberanian untuk menanyakan hubungannya dengan Tyas. "Kamu ini siapanya kak Tyas?"
Dia tak henti tersenyum, bukan senyuman buatan namun senyuman lembut nan manis. Membuatku bertambah penasaran siapa sebenarnya Natasya ini.
"Kamu mirip Aerin, sangat mirip."
Nafasku tersengal. "Aerin? sebenarnya siapa Aerin itu kak?"
Natasya tersenyum, "Kamu mau tau siapa Aerin itu?" menepuk-nepuk sofa menyuruhku pindah untuk mendekat.
Segera Kupindah duduk disamping Natasya. "Iya kak, beri tau Aku!"
Dia menggenggam kedua tanganku tersenyum dengan mata mulai berkaca. "Baiklah, namun untuk menceritakan Aerin, Kamu juga harus tau siapa Tyas itu sebenarnya. Kamu mau kan mendengar cerita masa lalu Tyas?"
Androidku bergetar, kulihat Miko terus mengirimkan pesan berantai namun tak kupedulikan. Aku mengangguk memandang Natasya. Sebenarnya ada apa ini? sungguh aku penasaran siapa Aerin itu.
"Baiklah, pertama akan kuceritakan siapa Tyas. Dia dulu tidak seperti sekarang."
***