Loading...
Logo TinLit
Read Story - Novel Andre Jatmiko
MENU
About Us  

Aku hanya manusia biasa yang tengah dilanda rasa penasaran teramat sangat. Tak sabar kuingin mengetahui siapa Aerin juga Tyas itu sebenarnya. Pikiranku penuh pengandaian, penuh delusi dan fantasi yang silih berganti, membuat dada berdebar hebat menunggu, Namun tetap kuberusaha menata diri tak memperlihatkan apa yang tengah kurasa di depan Natasya.

Dilain pihak Miko terus mengirim pesan namun kuabaikan. Semua yang kulakukan demi menjaga hatinya. Setidaknya jika tidak membuka pesan Miko maka aku masih bisa membuat alasan yang masuk akal dan tak membuatnya sedih nanti.  

Natasya memandangku sambil merapikan duduknya, berusaha membuat dirinya nyaman. "Dibuka dulu saja pesannya, siapa tau penting. Aku tunggu enggak apa-apa kok"

Enak saja suruh nunggu. Kau memang bisa menunggu namun aku tidak!  Sedikit kecut senyumku, "Uhm, enggak kok kak. Cuma fans di WA saja. Ayo kak, cerita dong." Maaf ya Miko, aku berjanji malam nanti akan meladenimu sampai kamu bosan. Namun sekarang aku tidak bisa. segeraku silent android, duduk manis memandang Natasya.

"Ok deh." jawab Natasya, mengatur nafas yang terdengar berat. "Aku minta Kamu jangan berubah sikap kepada Tyas setelah mendengar ceritaku ya."

"Kenapa memangnya kak?"

"Semenjak bertemu Kamu, dia jadi sering senyum dan nampak bahagia."

Aapa? aku bisa membuatnya sering senyum? bukannya jika bersamaku dia sangat galak? entah berapa kali dia menghina tulisanku dengan sampah, memanggilku anak TK yang baru belajar menulis! "Saya usahakan kak."

"Janji dulu," menjulurkan kelingkingnya. "kalau enggak mau lebih baik Aku enggak usah cerita."

Dih kok gini sih. Bodoh amat ah!  Kuturuti keinginannya. "Iya kak, Aku enggak akan berubah sikap kepada kak Alif Tyas."

Bertambah keinginanku untuk mengetahui siapa Aerin sebenarnya. Ada hubungan apa dengan Tyas dan siapa sebenarnya gadis di depanku ini. 

Kulihat Natasya memejamkan mata, lalu menghela nafas memandangku "Baiklah, pertama biar kuceritakan siapa Alif Tyas itu."

'Alif Tyas atau yang dulu lebih dikenal dengan sebutan si harimau putih penunggang besi putih adalah seorang Mahasiswa fakultas sastra yang dingin, ketus, kasar dan arogan. Seantero Kampus mengenalnya sebagai seorang brandal yang bengis anggota salah satu geng motor brutal di Surabaya. 

Aku tidak menyalahkannya karena memang keluarga kami sudah pecah semenjak kami masih kecil, membuatnya menjadi lelaki seperti itu. Ayah yang merupakan seorang pianis selalu jarang pulang, setahun sekali pulang saja adalah sebuah anugerah. Sementara ibu yang kuakui masih cantik adalah seorang foto model senior, dia sibuk dengan kegiatannya. Kami tak ada pilihan lain selain hidup berdua diurus oleh seorang asisten rumah tangga yang datang pagi pulang siang setiap hari.'

"Tunggu dulu Kak!" selaku. "Jadi kak Natasya ini adiknya Alif Tyas?"

Dia tersenyum dan mengangguk.

"Kandung?"

"Iya Nita, Aku adik kandungnya. Ada apa kok sepertinya Kamu terkejut gitu sih?"

Ya Tuhan, aku sudah berburuk sangka kepada Natasya, kukira dia ini pacarnya kak Tyas... ternyata adiknya. Kugaruk hidungku walau tak gatal, berusaha tersenyum sebisanya, "Ehm, enggak kok kak. Enggak apa-apa. Yasudah lanjutin ya ceritanya." 

"Baiklah," ujar Natasya. "Tapi Kakak mau tanya sesuatu sama Kamu, jawab jujur ya."

"Hmm? tanya aja Kak."

"Kamu saat pertama kali bertemu dengan Tyas apa yang Kamu rasakan?"

Kusilangkan kedua tangan didepan dada. Kedua ujung bibirku tertarik ke bawah. "Nyebelin! cowok jutek, dingin, kejam yang tega memanggilku dengan gadis sampah!"

"Hah?! kok bisa Kamu di panggil gadis sampah? maksutnya?"

"Ya gitulah, mungkin gara-gara tulisanku seperti sampah. Padahal kan bisa memanggilku dengan sebutan yang lain, kenapa harus memanggil gadis sampah atau sampah tanpa gadis."

Natasya tertawa. "Kamu NitaNit kan? boleh jujur?"

"Boleh kok Kak. Emang mau jujur apa?"

"Jangan marah ya, tulisanmu memang berantakan seperti sampah. Maaf loh, tapi sewaktu Aku baca novelmu, aku enggak ngerti kenapa kok banyak yang vote dan membaca. Apalagi dalam semalam langsung dapat sepuluh ribu follower. Bahkan semua penulis yang kubaca karyanya butuh waktu lama loh bisa dapat segitu. Rahasiamu apa?"

Tersadar diriku, semua yang kudapat karena si Miko yang bahkan tak kukenal di dunia nyata, Tak mungkin aku ceritakan jika semua itu hasil sulap si Miko kepada Natasya, namun bagaimana ini, Apa yang harus kujawab? mataku mulai berputar dan entah mengapa aku menggaruk kepalaku sendiri. "Uhm anu, itu uhmm."

Natasya menepuk pahaku. "Sudah enggak usah dijawab enggak apa-apa kok. Lagian semua penulis punya rahasianya sendiri-sendiri kan?"

Kutertawa ringan mendengar ucapannya. Syukurlah dia enggak memaksaku untuk menceritakan kenapa kubisa mendapat sepuluh ribu follower. "Ahm ya begitulah. Ayo Kak, lanjutin?"

Dia mengangguk mulai melanjutkan ceritanya.

'Sejelek apapun tingkah laku Tyas di luar sana, namun bagiku dia adalah kakak yang hangat, penyayang, pelindung dan pria introvert. Dulu, dia jarang bicara, lebih suka aksi dan menyampaikan isi hatinya melalui tiupan harmonika, hadiah satu-satunya dari ayah. Entah apa yang membuat banyak gadis suka padanya, kakak selalu membawa gadis yang berbeda ke rumah. Semua gadis yang dia bawa menurutku dari penampilan mereka bukan gadis baik, entah apa yang gadis-gadis itu lakukan bersama Tyas, hanya mereka dan Tuhan yang tau. 

Suatu hari, seorang gadis cantik bernama Aerin datang dalam hidupnya. Yang kutau Aerin adalah gadis manis pendiam yang hobi melukis. Dia adalah Mahasiswi baru di kampus kakak. Pada saat itu seorang senior wajib membimbing satu mahasiswa atau mahasiswi baru selama dua semester hingga mereka bisa mandiri. Entah sial atau beruntung nasib Aerin karena dipasangkan dengan Tyas.

Kuperhatikan Tyas yang jarang tersenyum menemukan apa yang disebut kebahagaiaan. Setelah bertemu dengan Aerin, dia mulai menata hidup, kuperhatikan dia mulai merubah kepribadiannya menjadi lebih baik. Dia yang jarang mandi, jarang bicara, mulai menjadi pria yang santun dan memperhatikan kerapian, bahkan menjadi sangat cinta kebersihan. Entah apa yang Aerin lakukan pada Tyas hingga dia bisa berubah.

Aku bertemu dengan Aerin di rumah, saat itu dia duduk di depan teras rumah seorang diri. Aku bertanya pada diriku, siapa gadis manis itu? mengapa ada seorang gadis kalem duduk sendirian di sana? kala itu aku masih SMA dan dia dengan hangat tersenyum padaku.

"Kamu pasti Natasya, adik kak Alif kan?" Aerin langsung mengajak bersalaman. "Kenalin, namaku Aerin Astarsia."

Kala itu kubersalaman dengannya, terasa begitu terawat tangannya dan membuat nyaman senyumnya. Kami duduk mengobrol di teras cukup lama, dari obrolan kuketahui dia adalah anak tunggal dari sebuah keluarga kecil sederhana di desa. Dia mendapatkan beasiswa untuk berkuliah di Surabaya dan saat itu dia hidup sendiri di sebuah kos-kosan putri tak jauh dari kampus kakak di daerah Lida.

Aku merasa nyaman mengobrol bersamanya, dia bagai bidadari tak bersayap yang lembut, kalem. Saat itu aku yakin inilah yang dinamakan takdir, mungkin dia ada untuk merubah Tyas dan menjadikannya menjadi pria baik.

"Natasya?" tegur Tyas kala itu, terlihat kaget. "Kamu sudah pulang? ganti baju dulu gih."

Sumpah, kala itu aku terkejut melihat kakak memakai baju kemeja dengan celana kain hitam. Tyas yang biasa memakai kaos menyeramkan berbalut jaket dan celana jeans sobek-sobek, bisa menjadi seorang yang berbeda.

"Eciyee, ehem." jawabku kala itu. "Ok deh, aku masuk. Bye kak Aerin." kucium pipi Aerin, hal yang tak pernah kulakukan pada gadis lain selain mamaku.

Sayup kudengar Aerin berkata, "Tuh kan, kamu tetap cakep dengan baju seperti itu."

Kulihat sepintas Tyas menggaruk kepala tersenyum manis, sebuah senyuman yang tak pernah dia tunjukkan untuk gadis lain selain aku dan mama.

Syukurlah, nampaknya kakak bisa mulai berubah.

Kala itu aku sangat bahagia dan menjadi sangat penasaran, apa yang mereka obrolkan. Segera kukembali hendak mendekati mereka, namun langkahku perlahan terhenti di ruang tamu. Tak mau mengganggu mereka berdua yang terdengar penuh canda, segera kududuk di kursi ruang tamu.

"Mainkan kak, Aku mau dengar." Suara Aerin terdengar manja meminta sesuatu.

"Malu ah," jawab Tyas.

"Udah enggak usah malu, Aku pingin."

"Kamu yakin?"

"Iyah, aku ingin, ayolah please."

Mendengar pembicaraan mereka aku berdebar, sedikit salah tingkah dan canggung. Apa yang hendak mereka lakukan? apa yang Aerin inginkan? ciuman? pelukan? 

Bukan tanpa sebab aku beranggapan seperti itu. Pengalamanku mengatakan sertiap gadis yang Tyas bawa kerumah pasti meminta itu kepadanya. Aku jijik membayangkannya, namun itulah kenyataannya, entah apa Tyas menikmati atau terpaksa, yang jelas   kakakku seorang cowok ganteng yang terkutuk oleh kegantengannya.

Namun dugaanku salah, dari luar kala itu mulai terdengar suara harmonika kakak yang merdu, menenangkan hati. Kumengelus dada lega semua anggapanku salah. Ternyata Aerin bukan gadis yang sering kakak bawa ke rumah, Aerin berbeda. Bertambah respect-ku padanya. 

Alunan nada harmonika kakak terdengar sangat merdu, menandakan peniupnya sedang bahagia. Kuharap ini yang dinamakan cinta merubah segalanya, cinta yang datang sekali dalam hidup Tyas.

Tak terasa kumulai terpejam kala itu, terbaring pada sebuah sofa panjang di ruang tamu menikmati lantunan halus nada harmonika berkombinasi dengan kicauan burung yang terdengar ikut menikmati nada permainan kakak yang gentle dan halus.

Kurasakan kecupan pada kening kala itu, terdengar suara kak Tyas. "Sya, Kakak pergi dulu ya. Kamu tidur saja yang nyaman, Aku kunci pintunya."

Aku masih terlelap tidur saat kak Tyas pergi.'

Natasya berhenti sejenak dalam ceritanya, dia terlihat menahan sesuatu. Entah apa yang dia tahan, namun yang jelas dia membuatku gregetan. Duh, kok dipotong sih! aku kan pingin tau kelanjutannya! batinku, mulai berontak dalam dada.

Namun yang jelas setelah mendengar cerita Natasya membuat perasaanku bercampur aduk antara cemburu, puas, bahagia, juga kecewa. "Lalu di mana gadis yang bernama Aerin itu?" tanyaku.

"Sabar dong, Kakak butuh istirahat juga. Capek nih ngomong sendiri," jawabnya, tersenyum. "Kamu manis juga ya jika sedang seperti ini."

Sontak wajahku memanas dan bagai robot yang kehabisan batre menunduk mengepalkan tangan dia tas paha. "Manis? uhm manis ya."

Natasya terbahak, dia mencubit pipiku. "Serius, Kamu manis kalau seperti ini." 

"Makasih Kak."

Natasya berdeham kecil berpejam sejenak. Beberapa detik kemudian dia memandang dengan senyum manis terlihat menawan. "Baiklah akan kuceritakan lanjutannya."

'Waktu berjalan cepat. Hari demi hari berubah menjadi minggu dan minggu berkombinasi menjadi bulan. Aku semakin yakin jika Aerin adalah belahan jiwa Tyas. Semakin sering kujumpai Aerin berada di rumahku, sesekali kulihat dia tengah melukis di halaman belakang, melukis bunga yang banyak bertebaran di halaman belakang rumahku yang luas dan indah. Sesekali dia suka mengobrak-abrik dapur untuk memasak, kadang kulihat dia duduk menonton Tv dengan Tyas, mesra menghabiskan waktu berdua.

Malam sering kudengar Tyas memainkan harmonika di gazebo belakang rumah, nampak dia bagai seekor anjing kesepian kala malam, memandang bulan dan kuterka kala itu bulan menjadi penyambung hatinya pada Aerin. 

Sengaja dia matikan lampu belakang membuat sinar rembulan bertambah terang. Kulihat dari kamarku kunang-kunang berdansa mengelilinginya yang duduk bersender pada tiang gazebo. Ingin kubergabung dengannya, namun kuyakin dia pasti akan berhenti bermain harmonika jika melihatku mendekatinya. 

Aku sangat bersyukur kala itu melihatnya berubah. Sebelum kedatangan Aerin aku takut padanya. Walau dia hangat padaku yang merupakan adik satu-satunya, namun aku takut akan penampilan garangnya. Namun Tyas yang berubah adalah sesuatu hal yang berbeda. Andai dia bukan saudaraku pasti aku akan menyerahkan jiwa dan ragaku padanya, bersedia menemani setiap malam kupeluk erat, itulah perasaanku padanya.

Aerin tanpa sadar sudah seperti keluargaku sendiri, kala itu hampir setiap kupulang sekolah Aerin selalu membuatkan makanan lezat. Sering kucurhat padanya dan aku senang jika dia memberiku saran. Sarannya selalu bijak dan selalu ampuh menyelesaikan permasalahanku. 

Seiring waktu Tyas sudah jarang bepergian keluar rumah sesudah pulang kuliah, dia menghabiskan waktu bersama bidadari itu. Aku turut bahagia karena kakakku mulai berubah menjadi seorang pria murah senyum yang periang. Sudah tak pernah kulihat dia menggunakan pakaian tak karuannya dan mulai membeli kemeja dan pakaian sopan lainnya, nampak seperti seorang pria dewasa di mataku. Namun sepertinya Tuhan memiliki rencana lain untuknya.

Saat itu langit mendung dan aku berjalan pulang bersama teman-temanku dari sekolah, HP-ku berbunyi nyaring dan ketika kumembaca pesan dalam sekejap kuteteskan air mata. Berita itu sangat membuatku shock.'

Natasya terdiam.

"Kak," tegurku. "kenapa kok diam sih?" Kenapa ini? apa yang terjadi dengan Aerin? Sial! kenapa kok enggak dilanjutin sih! 

Harum sabun mandi berkombinasi shampo lelaki punya kakakku tercium. Aku yakin jika saat ini ada seseorang sedang berdiri di belakangku. Jantungku berdebar kuat, apa kak Tyas ada di belakangku sekarang? perlahan kumenoleh, namun belum sempat kumemandangnya suara bernada ketus terdengar ditelingaku.

"Aku meminta bantuanmu untuk memberitau siapa Aerin," ucap Tyas. "Bukan minta Kau ceritakan masa lalukukan?"

Natasya memeletkan lidahnya, menggaruk kepalanya. "Maaf kak maaf, soalnya Aku juga ingin Nita tau jika kakak dulu itu_"

Tyas mendesah, "Yasudahlah, sekarang kamu sudah taukan, siapa Aerin. Nah sekarang lekas selesaikan Novelmu." Tyas duduk di sofa berlengan sambil mengeringkan rambut dengan handuk. 

Aku langsung membuka dengan cepat laptopku dan segera mengetik sisa-sisa naskah novelku yang hampir selesai. 

Natasya menepuk pundakku. "Semangat ya Nit, Kamu pasti bisa menjadi penulis buku yang baik jika Kamu patuh pada harimau putih!"

Tyas berdehem, bagai orang bingung yang plinplan, "Makan dulu yuk." dia membuka kotak yang dibawa Natasya.

Tyas bagai seorang butler dengan lihai menghidangkan makanan. "Ayo dimakan, jangan malu-malu ini masakan Natasya kok, jadi kalau enggak enak mohon maaf."

"Enak aja enggak enak.Eh kak!" bentak Natasya. "Beli minum gih, buruan!"

"Uhm enggak usah beli," cegahkuku. "Di belakang ada banyak kok. Sebentar aku ambilkan. 

Segera kubangkit kebelakang dan mengambil minuman botol yang tertata rapi di dalam kulkas. Jengah aku melihat bir milik kakak, namun apa daya kulkas ini bukan milikku seorang, terpaksa aku berbagi tempat dengan Nanta. 

Aku bergegas menuju ruang tamu, semakin mendekat semakin tercium harum sayur asem dan tempe goreng. Aku perlahan kembali duduk di sofa, mataku mulai berkaca melihat tempe goreng juga sambal ulek, Makanan ini, aku sudah lama ingin memakan masakan seperti ini. Rasanya mirip dengan apa yang ibuku buat selama ini.

"Kamu kenapa kok sedih?" ucap Tyas. "Apa karena masakan Natasya enggak enak?"

Natasya memukul kepala Tyas. "Enak saja, ini masakan terbaikku tau. Aku masak sudah dari subuh!"

Segera kulahap sesuap demi sesuap masakan Natasya, bibir mulai berkecap dan merasakan rasa yang sudah sangat kurindukan, "Enak! enak sekali! aku sangat suka sayur asem ini, sambalnya pedas, tempenya gurih, sungguh Aku suka sekali," tanpa sadar aku menangis. Aku rindu ibu.

Natasya memelukku.  

"Kak Natasya, ajarin Nita masak ya."

"Iya sayang."

Langkah derapan sepatu terdengar kencang dari luar, setiap derapannya membuatku kaget. Bau rokok yang menyengat mulai tercium bercampur bau lelaki yang kukenal. Segera kupandang pintu masuk dan terlihat Nanta masuk.

Nanta terbelalak. "Natasya? sedang apa Kamu di sini?"

Natasya berdiri. "Kak Nanta? Kamu kenapa di sini?"

"Ini rumahku, Kamu kenapa bisa di sini?"

"Rumahmu? Nita, ini?" Natasya menunjuk Nanta. "Kakakmu?"

Aku hanya bisa mengangguk.

Mata Natasya berbinar. Dia mengambil tasnya dan tanpa pamit beranjak keluar rumah.

Nanta berusaha menarik tangannya namun gagal, "Natasya, dengarkan penjelasanku dulu." mengejar Natasya. "Kamu harus tau, Aku enggak ada hubungan dengan mereka!"

Aku dan Tyas saling memandang bingung.

"Kakakmu?" bisik Tyas.

Kembali aku hanya bisa mengangguk.

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Telat Peka
1288      591     3     
Humor
"Mungkin butuh gue pergi dulu, baru lo bisa PEKA!" . . . * * * . Bukan salahnya mencintai seseorang yang terlambat menerima kode dan berakhir dengan pukulan bertubi pada tulang kering orang tersebut. . Ada cara menyayangi yang sederhana . Namun, ada juga cara menyakiti yang amat lebih sederhana . Bagi Kara, Azkar adalah Buminya. Seseorang yang ingin dia jaga dan berikan keha...
Babak-Babak Drama
456      315     0     
Inspirational
Diana Kuswantari nggak suka drama, karena seumur hidupnya cuma diisi itu. Ibu, Ayah, orang-orang yang cuma singgah sebentar di hidupnya, lantas pergi tanpa menoleh ke belakang. Sampai menginjak kelas 3 SMP, nggak ada satu pun orang yang mau repot-repot peduli padanya. Dian jadi belajar, kepedulian itu non-sense... Tidak penting! Kehidupan Dian jungkir balik saat Harumi Anggita, cewek sempurna...
Dewi Cinta
1283      573     6     
Romance
Okeeeiiii, Moreno memang belagu 'en sombong. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa cowok itu adalah cowok paling populer di sekolah. Dia tampan, dia pintar, dia jago olah raga, dia ... mahir di semua hal. Beberapa kali dia berhasil membawa tim basketnya menjuarai kompetisi. Beberapa kali pula ia pernah mewakili sekolah mengikuti olimpiade fisika dan matematika. Jadi wajar saja - dan akan sangat wajar - ...
AROMA MERDU KELABU
2518      908     3     
Romance
Ketika Takdir (Tak) Memilih Kita
563      314     8     
Short Story
“Lebih baik menjalani sisa hidup kita dengan berada disamping orang yang kita cintai, daripada meninggalkannya dengan alasan tidak mau melihat orang yang kita cintai terluka. Sebenarnya cara itulah yang paling menyakitkan bagi orang yang kita cintai. Salah paham dengan orang yang mencintainya….”
Reality Record
2837      968     0     
Fantasy
Surga dan neraka hanyalah kebohongan yang diciptakan manusia terdahulu. Mereka tahu betul bahwa setelah manusia meninggal, jiwanya tidak akan pergi kemana-mana. Hanya menetap di dunia ini selamanya. Namun, kebohongan tersebut membuat manusia berharap dan memiliki sebuah tujuan hidup yang baik maupun buruk. Erno bukanlah salah satu dari mereka. Erno mengetahui kebenaran mengenai tujuan akhir ma...
When Heartbreak
2356      888     0     
Romance
Sebuah rasa dariku. Yang tak pernah hilang untukmu. Menyatu dengan jiwa dan imajinasiku. Ah, imajinasi. Aku menyukainya. Karenanya aku akan selalu bisa bersamamu kapanpun aku mau. Teruntukmu sahabat kecilku. Yang aku harap menjadi sahabat hidupku.
Kebaikan Hati Naura
612      342     9     
Romance
Naura benar-benar tidak bisa terima ini. Ini benar-benar keterlaluan, pikirnya. Tapi, walaupun mengeluh, mengadu panjang lebar. Paman dan Bibi Jhon tidak akan mempercayai perkataan Naura. Hampir delapan belas tahun ia tinggal di rumah yang membuat ia tidak betah. Lantaran memang sudah sejak dilahirikan tinggal di situ.
Dia & Cokelat
572      405     3     
Short Story
Masa-masa masuk kuliah akan menjadi hal yang menyenangkan bagi gue. Gue akan terbebas dari segala peraturan semasa SMA dulu dan cerita gue dimulai dengan masa-masa awal gue di MOS, lalu berbagai pertemuan aneh gue dengan seorang pria berkulit cokelat itu sampai insiden jari kelingking gue yang selalu membutuhkan cokelat. Memang aneh!
LUKA
3376      1218     4     
Romance
Aku menangis bersama rembulan digelapnya bumi yang menawan. Aku mengadu kepada Tuhan perihal garis hidup yang tak pernah sejalan dengan keinginan. Meratapi kekasihku yang merentangkan tangan kepada takdir yang siap merenggut kehidupan. Aku kehilangannya. Aku kehilangan kehidupanku. Berseteru dengan waktu karena kakiku kian tak berdaya dalam menopangnya. Takdir memang senang mempermain...