Loading...
Logo TinLit
Read Story - Breakeven
MENU
About Us  

Jangan lupa vote dan komen.
Selamat membaca.

...

Sekali lagi, tak ada yang namanya pertemanan antara laki-laki dan perempuan tanpa melibatkan perasaan.

Breakeven

"Oh my, SHIT!" maki Galaksi dalam gumaman, tatkala melihat apa yang ada dalam lokernya. Letta di sampingnya hanya bisa menghela napas pelan. Dia sudah terbiasa, sedangkan cowok di sebelahnya ini sepertinya baru pertama kalinya – tentu saja – melihat isi loker yang sudah tidak berperikemanusiaan lagi adanya. Catat, penuh sampah dan kuah basi.

Letta lantas langsung berbalik untuk meninggalkan loker Galaksi, mengurungkan niatnya untuk mengambil bukunya yang ternyata sudah lembab tersiram entah air apa. Oh, selanjutnya jangan lupa do'akan Letta agar untuk kuat menyalin ulang seluruh catatannya.

"Lo mau ke mana?" tahan Galaksi, dengan cepat mencengkram pergelangan tangan Letta.

"Nyari pinjeman buku. Lo liat sendiri kan kalo buku gue abis?"

"Sekarang pelajaran apa?"

"Pak Bram," jawab Letta lesu. "Udah, gue mau balik—Eh! Lo mau ke mana?!"

Letta refleks terpekik saat Galaksi tiba-tiba menarik pergelangan tangannya menuju sebuah ruang kelas, yang merupakan kelas XI IPS 2.

"Seingat gue, kalian hari ini ada pelajaran Pak Bromo—bukan, maksud gue Pak Bram, kan? Gue mau minjem dulu buku paketnya, sekalian catatan."

Alih-alih menjawab, hanya kasak-kusuk mereka yang terdengar juga senyuman cemooh terlihat di wajah siswa-siswa kelas tersebut, seolah tengah membicarakan Galaksi dan Letta yang menjadi pemeran utama dalam kisah 'bad people relationship', di sekolah mereka. Haish! Tentu saja berita Galaksi juga Letta yang sehari kemudian mengaku merokok langsung tersebar luas di sekolah mereka.

"Udahlah! Gue minta tolong sama Dion aj—"

Brak!

"GUE NANYA WOY! BUKAN MAU NGELIAT KALIAN NGEGOSIP!" bentak Galaksi yang spontan membuat seisi kelas terkejut bukan main, bahkan membuat Letta terkejut dengan kalimatnya yang spontan terhent. Hingga akhirnya, seseorang berkacamata bername tag Anwar berdiri, memberikan sebuah buku paket juga catatan seperti yang di pinta Galaksi tadi.

"Makasih," ucap Galaksi datar, setelahnya langsung saja pergi, menggandeng lengan Letta, meninggalkan seisi kelas IPS 2 tersebut yang penuh dengan sumpah serapah, makian, hujatan yang di tujukan pada 'bad people relationship' itu.

"Nanti gue yang ngurus loker sama buku-buku lo. Sekarang lo mas—"

"Gal," potong Letta, "lo tau kan kita masih di sangka pacaran? Dan gue udah bilang, gue ga mau sepakat tentang yang kemarin. Jadi, buat seolah kita emang udah putus, dengan lo yang jauhin gue mulai sekarang. Berhenti ngelakuin hal ga penting kayak tadi. Gue ga mau berhutang banyak sam—"

"Kita udah sepakat Letta. Lo lupa? Kita udah salam sepakat kemarin."

Letta spontan berdecak. "Lo yang maksa gue buat salaman!"

Galaksi tiba-tiba mendaratkan kedua tangannya untuk bertumpu pada masing-masing sisi pundak Letta lalu meremasnya pelan. "Masuk, nanti kita mampir ke toko buku buat beli buku tulis," ujarnya, lantas tersenyum kecil lalu meninggalkan Letta begitu saja.

Letta melangkahkan kakinya ke kelas dengan lesu, di iringi tatapan mengejek yang di lontarkan semua orang padanya.

'Peduli setan.' – pikir Letta.

Tep!

"Jangan duduk di belakang," ujar Dion yang duduk di tempat lamanya. Lelaki itu bergeser kembali ke tempatnya, menyuruh Letta duduk di sampingnya sekarang. "Di sana kotor," sambung Dion.

Letta menolehkan kepalanya pada kursi di bagian belakang tempat ia duduk tatkala bermaksud berusaha menjauhi Dion. Letta menahan napas seketika.

"Itu buku paket lo kan? Nanti kita beli yang baru," ujar Dion lagi, mengikuti arah pandang Letta pada kursi lamanya yang kini sudah di penuhi oleh rokok basah yang sengaja di hancur-hancurkan di atas buku paketnya yang telah basah tersiram air, juga tulisan yang mengejek dirinya.

Lesu, Letta mendudukkan dirinya di samping Dion. Meluruskan tangannya untuk menumpu kepalanya, memejamkan mata di sana.

"Tolong bilang ke Nada, terserah dia mau bocorin ke anak-anak kalau gue cuma pacar pura-pura Galaksi. Ga usah ngancam gue lagi biar ga ngebolehin deket sama lo. Gue capek," ujar Letta. Toh, dirinya juga sudah mencapai titik di mana ia habis dibully, walau tak sampai ke fisik, tapi ia telah cukup lelah.

"Gue udah ngurus itu, dan—" Dion menggantung kalimatnya, menghela napas sejenak di sana, "gue udah pacaran sama Nada, dan dia janji ga bakal nyebarin itu."

Letta spontan mengangkat kepalanya. "Lo ga perlu ngelakuin itu, bodoh!"

"Lo yang terpenting."

"Bodoh," gumam Letta sekali lagi, menghela napasnya berat, kembali membenamkan wajahnya pada meja.

Seharusnya Dion tak usah sesepeduli ini dengannya, juga seharusnya Dewa tak perlu membelanya mati-matian dulu, hanya karena kedua orang ini memiliki rasa lebih untuknya yang taunya tak bisa membalas itu yang Letta sendiri tak tahu mengapa. Karena baginya Dion dan Dewa adalah teman, maksudnya sahabat itu sudah lebih dari cukup untuknya.

Jangan lupakan fakta bahwa Letta adalah perempuan, dan perempuan tentu memiliki perasaan yang sangat-sangat peka akan semua perlakuan dari Dion dan Dewa dulu. Hanya saja, sepertinya kedua lelaki itu tak tau bagaimana menyatakan perasaan mereka. Dan sekarang, Letta sudah cukup lelah dengan seolah merasa dirinya berhutang banyak dengan Dion juga Dewa, dan sekarang di tambah lagi Galaksi.

Hingga akhirnya suara Pak Bram menginterupsi kegiatannya, dan berakhir dengan dirinya yang berdiri dari meja, membersihkan kursi belakang yang merupakan tempatnya duduk, juga terlinganya yang di rasa akan pecah mendengar semua nasehat--ah bukan! Lebih tepatnya hujatan yang di layangkan Pak Bromo padanya.

Sekali lagi, 'Peduli setan.'

...

"Buku tulis udah lo ambil?" tanya Galaksi saat keduanya sudah berada di toko buku, setelah sebelumnya Galaksi mati-matian memaksa Letta untuk ke sana, karena cewek itu menolak mati-matian pula. Letta beralasan enggan keluar uang dan Galaksi menyanggupi untuk membayar semua buku yang di beli untuk Letta.

"Demi apapun Galaksi, berhenti ngelakuin hal ga guna kayak gini buat gue. Harga bukunya mahal!" seru Letta dengan kesal tatkala Galaksi seolah tak mendengar apapun dan terus menyusuri rak buku paket jurusan IPS untuk Letta.

"Gue bisa ngikut Dion buat nebeng buku."

"Nggak," sambar Galaksi cepat.

"Gal—"

Tep! Galaksi langsung menahan tangan Letta yang hendak menarik keranjang buku di tangannya. Mata cowok itu langsung mengunci manik Letta dengan sarat akan intimidasi.

Oh, sungguh Galaksi ingin agar Letta setidaknya diam dan menurutinya saja? Jangan menyulut emosinya, karena demi apapun pula, Galaksi sebenarnya menyimpan amarah tentang apa yang terjadi pada diri Letta – tentang segala kelakuan fans Galaksi pada cewek itu – yang baru ia ketahui semalam. Hanya saja, Galaksi bukan tipe orang yang langsung melampiaskan amarahnya begitu saja.

"Pertanyaan pertama, kenapa ga dari awal kalo lo bilang ke gue kalo ngalamin hal-hal kayak gini?" tembak Galaksi tiba-tiba, yang lantas membuat Letta mengernyit tak mengerti, terdiam sebagai respon.

"Selama ini lo cuma diam ngalamin ini semua dan lo ga bilang apa-apa ke gue. Asal lo tahu, pas lo bilang itu semua ke gue, gue cukup marah semalam. Tapi gue berusaha nahan," lanjut Galaksi tanpa menunggu jawaban Letta. Pandangan Galaksi meredup. "Sekarang, gue minta lo diam, dan duduk manis selagi gue ngebayar yang terjadi sama lo selama ini gara-gara gue. Bisa?"

Letta lagi-lagi terdiam sebagai respon. Cengkraman tangan Galaksi di pergelangan tangannya semakin kuat. "Jangan bikin gue marah ke orang-orang yang udah nyusahin lo gara-gara gue," berat suara Galaksi mendayu di telinga Letta, cukup membuat Letta meremang.

Ting!

Oh, Letta spontan bersyukur dalam hati akan siapa saja yang mengirimi pesan di handphone Galaksi, karena sekarang cowok itu langsung melepaskan cengkramannya, beralih mengambil handphonenya di saku, membuat Letta sedikitnya bisa bernapas lega setelah sebelumnya ia sempat menahan napas akan perlakuan Galaksi padanya.

New message ~
Damar cayank :*
Gal, gue udah ngelobi Rangga. Tiga hari dari sekarang. Ring, jam lima sore.

Reply~
Okesiap ayank

Damar cayank :*
Najis sialan!

Galaksi tersenyum miring sebagai respon, kemudian menyimpan handphonenya kembali. Pandangannya balik teralih pada Letta yang hanya membuang muka darinya.

"Tinggal buku tulis, kan? Ayo." Ajak Galaksi dengan refleks memegang tangan Letta, menariknya.

Anehnya, Letta tak berusaha menepis, karena ialebih sibuk untuk mengatur detak jantungnya. Sejujurnya Letta sadar, ia mungkinsudah menyukai cowok yang menggenggam tangannya sekarang. Hanya saja,terlalu sulit untuk mengenyahkan Letta dengan sejuta sel gengsi yang memenuhitubuhnya.

...

Maaf terlalu lama kembali. Kuharap kalian tidak lupa jalan ceritanya.

Jika aku masih terlalu lama update cerita, silahkan terror aku sepuasnya. Haha...

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • Gaki28

    Next...Next... pengen tahu si galaksi sama zetheera menjalani pura-pura pacaran dan tingkah fansnya galaksi melihat mereke berdua.. Hihihihi... ;d

    Comment on chapter [2] Sarkasme
  • Gaki28

    Mantap author... Next.... Pengen tahu jalan ceritanya....!!!1 ;d

    Comment on chapter [1] Agreement
Similar Tags
Melankolis
3064      1125     3     
Romance
"Aku lelah, aku menyerah. Biarkan semua berjalan seperti seharusnya, tanpa hembusan angin pengharapan." Faradillah. "Jalan ini masih terasa berat, terasa panjang. Tenangkan nafsu. Masalah akan berlalu, jalan perjuangan ini tak henti hentinya melelahkan, Percayalah, kan selalu ada kesejukan di saat gemuruh air hujan Jangan menyerah. Tekadmu kan mengubah kekhawatiranmu." ...
Cinta Tiga Masa
154      103     0     
Romance
Aku mencurahkan segalanya untuk dirimu. Mengejarmu sampai aku tidak peduli tentang diriku. Akan tetapi, perjuangan sepuluh tahunku tetap kalah dengan yang baru. Sepuluh tahunku telah habis untukmu. Bahkan tidak ada sisa-sisa rasa kebankitan yang kupunya. Aku telah melewati tiga masa untuk menunggumu. Terima kasih atas waktunya.
Untuk Reina
25832      3964     30     
Romance
Reina Fillosa dicap sebagai pembawa sial atas kematian orang-orang terdekatnya. Kejadian tak sengaja di toilet sekolah mempertemukan Reina dengan Riga. Seseorang yang meyakinkan Reina bahwa gadis itu bukan pembawa sial. Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada Riga?
Warna Warni Rasa
1284      589     2     
Romance
Rasa itu warna. Harus seperti putih yang suci. Atau seperti hijau yang sejuk. Bahkan seperti merah jambu yang ceria. Rasa itu warna. Dan kau penentunya. Banyak gradasi yang harus di lalui. Seperti indahnya pelangi. Bahkan jika kelabu datang, Kau harus menjadi berani seperti merah. Jangan seperti biru yang terlihat damai, Tapi jika marah akan menghancurkan bumi seperti tsunami. R...
Melepaskan
463      318     1     
Romance
Ajarkan aku membenci tawamu, melupakan candamu. Sebab kala aku merindu, aku tak bisa lagi melihatmu..
Tuhan, Inikah Cita-Citaku ?
4217      1738     9     
Inspirational
Kadang kita bingung menghadapi hidup ini, bukan karena banyak masalah saja, namun lebih dari itu sebenarnya apa tujuan Tuhan membuat semua ini ?
Sweet Sound of Love
476      314     2     
Romance
"Itu suaramu?" Budi terbelalak tak percaya. Wia membekap mulutnya tak kalah terkejut. "Kamu mendengarnya? Itu isi hatiku!" "Ya sudah, gak usah lebay." "Hei, siapa yang gak khawatir kalau ada orang yang bisa membaca isi hati?" Wia memanyunkan bibirnya. "Bilang saja kalau kamu juga senang." "Eh kok?" "Barusan aku mendengarnya, ap...
Estrella
360      247     1     
Romance
Oila bingung kenapa laki-laki ini selalu ada saat dia dalam bahaya, selalu melindunginya, sebenarnya siapa laki-laki ini? apakah dia manusia?
Tentang Penyihir dan Warna yang Terabaikan
8057      2240     7     
Fantasy
Once upon a time .... Seorang bayi terlahir bersama telur dan dekapan pelangi. Seorang wanita baik hati menjadi hancur akibat iri dan dengki. Sebuah cermin harus menyesal karena kejujurannya. Seekor naga membeci dirinya sebagai naga. Seorang nenek tua bergelambir mengajarkan sihir pada cucunya. Sepasang kakak beradik memakan penyihir buta di rumah kue. Dan ... seluruh warna sihir tidak men...
Kumpulan Quotes Random Ruth
2120      1116     0     
Romance
Hanya kumpulan quotes random yang terlintas begitu saja di pikiran Ruth dan kuputuskan untuk menulisnya... Happy Reading...