Loading...
Logo TinLit
Read Story - Breakeven
MENU
About Us  

Ah, sebenarnya kita sama-sama impas, impas karena sama-sama terluka.

Breakeven

"Beneran mau ngebikin gue mindahin otak lo ke tanah?"

Sudah tak terhitung berapa kali pertanyaan sarkasme terselip amarah itu terlontar dari bibir Letta, yang jelas Galaksi masih enggan untuk melepaskan pelukannya dari cewek itu, malah semakin erat adanya.

"Gue tarik ucapan gue kemarin yang bilang gue cuma minta sekali. Nggak. Gue bakal minta berkali-kali sampai lo mau jadi pacar gue."

Plak!

"Adaww! Sakit Letta! Lo jahat banget sama calon pac—"

"Pacar pantat lo!" sentak Letta, setelah dengan mulus, memukul kuat  belakang kepala Galaksi. Letta kemudian berbalik, tapi tangan Galaksi lebih cepat mencekal pergelangan tangan cewek itu.

"Apalagi!"

"Dengerin gue." Suara Galaksi berubah rendah, menyelipkan intonasi penegasan bahwa ia sekarang benar-benar ingin bicara serius. Letta yang sudah hapal akan Galaksi refleks kembali berbalik menghadap cowok itu.

"Kalau lo mau nanya kenapa gue tiba-tiba mau jadi pacar lo, jujur, gue ga punya alasan yang bagus buat itu. Karena pada kenyataannya gue awalnya tersentuh akan cerita tentang lo dulu."

Letta tersenyum miring. "Jadi lo kasihan sam—"

"Dengerin gue!" Galaksi membungkam kalimat Letta, membuat cewek itu malah merasa terintimidasi. "Kalo emang cuma karena gue mau jadi pacar lo dengan alasan kasihan, gue sekarang juga butuh jawaban Letta. Kenapa gue mau ngelakuin sejauh ini karena lo? Kenapa gue selalu berusaha untuk tau urusan lo? Kenapa gue mau ngebela lo? Coba lo jawab gue. Kenapa?"

"Karena lo bego," ucap Letta dengan mudahnya, membuat Galaksi lantas mendesah kasar. Ia sadar, tak akan pernah mudah untuk berbicara dengan manusia seperti Letta yang mulutnya penuh dengan umpatan, dan kata-kata sarkasme nyelekit.

Galaksi lalu menumpukan tangannya di masing-masing bahu sempit cewek itu. "Gue ngelakuin itu semua tanpa alasan apa-apa Letta. Itu murni dari diri gue sendiri. Cuma gue yang terlalu bego buat nyadarin dari awal kalo yang gue lakuin itu berdasar pada rasa suka gue ke lo. Gue pacar lo. Titik."

Letta spontan mendengus. "Sekarang, gue yang mau nanya," ujarnya, membalas tatapan menusuk Galaksi padanya dengan tidak kalah sengitnya. "Apa yang lo harapin dari cewek kayak gue yang hampir di grepe-grepe orang lain?"

Letta tersenyum miring. "Lihat. Sekarang aja lo ga bisa jawab kan?" ujar Letta lagi karena mendapati keterdiaman Galaksi sebagai respon.

"Harapan gue, lo nerima gue. Ga lebih."

Letta berdecih. "Omong kosong," ujarnya lantas benar berbalik, menyentak tangan Galaksi yang lagi hendak menahan.

Satu kata, menyakitkan. Mungkin Galaksi berpikir menjadi pacar pura-puranya kemarin adalah hal yang menyenangkan katanya? Cih! Bahkan coklat-coklat di loker cowok itu pun mematahkan kalimat 'breakevennya' – titik impas.

Tidak sama sekali. Dari hari pertama ia bahkan sudah mendapatkan perlakuan buruk pada barang-barangnya yang terus menerus hilang satu persatu. Ia yang di kunci di kamar mandi. Baju yang selalu kotor saat ia pulang sekolah, membuatnya harus membawa baju ganti setiap hari. Melelahkan saat ia harus mencari-cari bukunya setiap hari yang terkadang ada di kotak sampah, juga terkadang sudah tersobek-sobek. Melelahkan saat ia harus berganti baju ketika bajunya kotor oleh ulah penggemar Galaksi, dan ketika hendak berganti baju di kamar mandi ia malah di kunci dari luar. Melelahkan saat ia hendak makan, tapi makanannya di beri sekantong penuh micin oleh penggemar Galaksi pula.

Melelahkan, sangat melelahkan bahkan, dan Galaksi tak pernah tau itu semua. Galaksi tak pernah menjadi peka saat ia sama sekali tak memakan makanannya ketika cowok itu mentraktir. Galaksi tak pernah peka saat Letta mendatangi kelas cowok itu akhir-akhir ini karena... Letta merasa, ia cukup terlindungi oleh keberadaan cowok itu.

Dan sekarang, rasanya sudah sangat cukup untuk semuanya. Berhenti untuk segala kepayahan Letta selama di sekolah, juga berhenti untuk membuat Galaksi terus-menerus terluka karena dirinya. Satu lagi, berhenti akan perasaan yang sedikitnya mulai tumbuh jika Letta sedikit saja mau mengakuinya.

Ah, sebenarnya mereka impas, impas karena sama-sama terluka.

"Gue bakal merjuangin lo Letta." Suara Galaksi terdengar berdengung di balik pintu yang telah ia tutup, menyenderkan tubuhnya di sana.

"Gue bakal tiap hari nembak lo."

"Gue bakal tiap hari ngasih susu buat lo."

"Gue bakal tiap hari... Bentar, tiap hari apa lagi ya?" Galaksi menyipitkan matanya juga dengan alis berkerut, terlihat berpikir. "Oh ya! Gue bakal tiap hari nyita rokok lo!"

Tapi, satu hal yang Letta sadari, ia menyukai semua hal manis yang Galaksi lakukan padanya, karena sekarang, cewek itu tersenyum akan apa yang Galaksi ucapkan barusan.

"Satu hal lagi," ucap Galaksi, membuat Letta kembali memasang telinganya, "gue bakal bikin Rangga gabisa gerak selama-lamanya."

Deg!

Itu berarti Galaksi akan berkelahi lagi, dan wajah cowok itu akan babak belur karena membela dirinya bukan? Jangan lagi. Cukup menyakitkan melihat cowok itu terluka kemarin karena membela dirinya.

Ceklek!

"Lett—"

"Gue bilang berhenti ikut campur Galaksi! Lo ga tau apa-apa!"

"Bagian mana dari gue yang ga tau?" balas Galaksi tajam.

Benar, Galaksi hanya terlalu bodoh untuk menyadari keadaan Letta saat ini, dan ia rasa, lebih baik benar-benar melempar habis semua masalah yang Letta alami selama ini tepat ke wajah Galaksi.

"GUE CAPEK HARUS NYARI BUKU GUE YANG HILANG TIAP HARI! GUE CAPEK HARUS NAHAN LAPAR KARENA SETIAP MAKANAN YANG GUE BELI PASTI DI KASIH MICIN BANYAK SAMA PENGGEMAR LO! GUE CAPEK HARUS GANTI BAJU TIAP HARI KARENA PENGGEMAR LO YANG SELALU NGERJAIN GUE DENGAN SAMPAH! GUE TAKUT, PAS GUE GANTI BAJU, GUE DI KUNCI DARI LUAR! GUE CAPEK GALAKSI!" Napas Letta berderu saat mengucapkannya. "Dan - dan gue capek, harus ngeliat lo luka kayak gini karena gue. Gue gamau lo kenapa-napa..." Suara Letta mengecil di kalimat akhirnya, lantas langsung menundukkan pandangannya.

Letta mengakui, ia khawatir akan Galaksi. Lantas, sebuah tangan tiba-tiba mendarat di puncak kepala Letta, mengusapnya.

"Kalo gitu ayo kita bikin perjanjian baru," ujar Galaksi, membuat Letta kembali menaikkan tatapannya, menatap pada wajah Galaksi yang kini tersenyum adanya.

"Dengar. Pertama, Galaksi bakal bawain buku Letta setiap hari."

"Kedua, Galaksi bakal bawain bekal buat Letta setiap hari."

"Ketiga, Galaksi bakal memblokade kamar mandi perempuan kalau Letta lagi ganti baju."

"Keempat, Galaksi bakal antar jemput Letta setiap hari."

"Terakhir, Zetheera Sekaletta bersedia menuruti semua perjanjian yang telah di sebutkan barusan."

Galaksi menarik tangan kanan Letta, mengaitkannya untuk bersalaman.

"Di sepakati."

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • Gaki28

    Next...Next... pengen tahu si galaksi sama zetheera menjalani pura-pura pacaran dan tingkah fansnya galaksi melihat mereke berdua.. Hihihihi... ;d

    Comment on chapter [2] Sarkasme
  • Gaki28

    Mantap author... Next.... Pengen tahu jalan ceritanya....!!!1 ;d

    Comment on chapter [1] Agreement
Similar Tags
Boy Who Broke in My Window
14697      2595     12     
Humor
A social outcast A troubled airhead of a jock The two titles arent meant to be paired But when he breaks in her bathroom window one fateful Friday night all hell breaks loose
Love Dribble
10713      2072     7     
Romance
"Ketika cinta bersemi di kala ketidakmungkinan". by. @Mella3710 "Jangan tinggalin gue lagi... gue capek ditinggalin terus. Ah, tapi, sama aja ya? Lo juga ninggalin gue ternyata..." -Clairetta. "Maaf, gue gak bisa jaga janji gue. Tapi, lo jangan tinggalin gue ya? Gue butuh lo..." -Gio. Ini kisah tentang cinta yang bertumbuh di tengah kemustahilan untuk mewuj...
Premium
Titik Kembali
6186      1995     16     
Romance
Demi membantu sebuah keluarga menutupi aib mereka, Bella Sita Hanivia merelakan dirinya menjadi pengantin dari seseorang lelaki yang tidak begitu dikenalnya. Sementara itu, Rama Permana mencoba menerima takdirnya menikahi gadis asing itu. Mereka berjanji akan saling berpisah sampai kekasih dari Rama ditemukan. Akankah mereka berpisah tanpa ada rasa? Apakah sebenarnya alasan Bella rela menghabi...
Lost In Auto
1538      613     1     
Romance
Vrinda Vanita, adalah seorang remaja putri yang bersekolah di SMK Loka Karya jurusan Mekanik Otomotif bersama sahabatnya Alexa. Di sekolah yang mayoritas muridnya laki-laki, mereka justru suka pada cowok yang sama.
Cinta Sebatas Doa
612      429     0     
Short Story
Fero sakit. Dia meminta Jeannita untuk tidak menemuinya lagi sejak itu. Sementara Jeannita justru menjadi pengecut untuk menemui laki-laki itu dan membiarkan seluruh sekolah mengisukan hubungan mereka tidak lagi sedekat dulu. Padahal tidak. Cukup tunggu saja apa yang mungkin dilakukan Jeannita untuk membuktikannya.
Akhir SMA ( Cerita, Cinta, Cita-Cita )
1905      978     1     
Romance
Akhir SMA yang tidak pernah terbayangkan dalam pikiran seorang cewek bernama Shevia Andriana. Di saat masa-masa terakhirnya, dia baru mendapatkan peristiwa yang dapat mengubah hidupnya. Ada banyak cerita terukir indah di ingatan. Ada satu cinta yang memenuhi hatinya. Dan tidak luput jika, cita-cita yang selama ini menjadi tujuannya..
Harmonia
4368      1378     4     
Humor
Kumpulan cerpen yang akan membuat hidup Anda berubah 360 derajat (muter ke tempat semula). Berisi tentang kisah-kisah inspiratif yang memotivasi dengan kemasan humor versi bangsa Yunani. Jika diterbitkan dalam bentuk cetak, buku ini akan sangat serba guna (bisa untuk bungkus gorengan). Anda akan mengalami sedikit mual dan pusing ketika membacanya. Selamat membaca, selamat terinspirasi, dan jangan...
Dark Fantasia
5221      1549     2     
Fantasy
Suatu hari Robert, seorang pria paruh baya yang berprofesi sebagai pengusaha besar di bidang jasa dan dagang tiba-tiba jatuh sakit, dan dalam waktu yang singkat segala apa yang telah ia kumpulkan lenyap seketika untuk biaya pengobatannya. Robert yang jatuh miskin ditinggalkan istrinya, anaknya, kolega, dan semua orang terdekatnya karena dianggap sudah tidak berguna lagi. Harta dan koneksi yang...
Half Moon
1164      637     1     
Mystery
Pada saat mata kita terpejam Pada saat cahaya mulai padam Apakah kita masih bisa melihat? Apakah kita masih bisa mengungkapkan misteri-misteri yang terus menghantui? Hantu itu terus mengusikku. Bahkan saat aku tidak mendengar apapun. Aku kambuh dan darah mengucur dari telingaku. Tapi hantu itu tidak mau berhenti menggangguku. Dalam buku paranormal dan film-film horor mereka akan mengatakan ...
karachi
667      395     0     
Short Story
kisah elo