Selamat menikmati cerita sinetronku ini.
Jangan lupa vote dan komennya ya.
...
Tutup mata lo, diam, dan percaya sama gue.-
Breakeven
"Ring bersih?" tanya Galaksi sambil mengikat glove tinju di tangannya.
"Bersih. Gue udah nambah orang buat antisipasi pengroyokan," jawab Damar, tetap sibuk pada handphonenya.
Galaksi lagi menjawab dengan anggukan. Ia telah berada di ring tinju sejak setengah jam sebelum waktu kesepakatannya dengan Rangga. Bukan apa-apa, ia hanya merasa tak sabar untuk menghabisi wajah Rangga.
"Sebenernya, gue mau nanya lo dari dulu." Damar menjeda kalimatnya, memberi ruang pada Galaksi yang kini menolehkan kepala dengan wajah bertanya pada Rangga. "Tentang Letta. Dia beneran pacar lo?"
"Gue di tolak euy!" jawab Galaksi yang spontan menimbulkan tawa dari mulut Rangga.
"Sok ganteng aja lo ternyata. Masih ada cewek yang nolak lo ujung-ujungnya."
"Kalem, masih gue perjuangin."
Damar mendengus. "Terus, mantan lo si Nada itu gimana? Kemarin lo curhat masih ada perasaan ama tuh cewek."
"Udah gue bilang, gue sekarang lagi merjuangin Letta. Jadi lo tahu sendiri jawabannya."
Percakapan mereka di interupsi oleh tepuk tangan dari pintu masuk ring, yang spontan membuat Galaksi juga Damar berdiri dari tempat duduknya.
"Semangat banget lo Gal, mau ngabisin gue," ucapnya yang kemudian melarikan pandangannya ke sekeliling ruang tinju tersebut. "Bahkan sampai nyiapin orang di sekeliling lapangan. Mau ngeroyok gue?" tanya Rangga dengan tawa mencemooh setelahnya.
Galaksi spontan mendengus keras, merasa lucu dengan apa yang di katakan Rangga, seolah tak sadar diri, bahwa di sini Rangga sendirilah yang sebenarnya pengecut.
"Pengecut teriak pengecut. Lo ga malu?" sinis Galaksi yang langsung di hadiahi tawa lagi oleh Rangga.
Tak menggubris, Galaksi lebih memilih menaiki ring, menunggu di atas sana, sembari kembali mengecek glove tinju yang sudah terpasang di tangannya.
"Gue harap lo udah sehat. Karena gue ga bakal main-main kali ini," ujar Galaksi.
Rangga lantas menyusul menaiki ring. Memar di wajahnya masih terlihat membekas, mungkin saja tubuhnya belum sembuh total mengingat kemarin Galaksi benar-benar hampir menghabisinya.
Tapi Galaksi tak peduli. Aturan ring, jika kau menyetujui kesepakatan untuk bertarung, sedang dalam kondisi apapun, kau harus bertarung sampai habis.
Rangga menyeringai. "Taruhannya, tetap sama seperti taruhan gue dulu dengan Dewa. Lo tau sendiri itu apa," ucapnya dengan seringaian semakin lebar.
Rahang Galaksi mengeras, mengingat Rangga menyetujui untuk bertanding adalah karena taruhannya yang menyangkut Letta. Walau pada akhirnya Galaksi optimis menang, tapi tetap saja, jika sampai Letta tahu ia kembali di jadikan bahan taruhan, Galaksi tak bisa menepis kemungkinan bisa saja Letta akan membecinya seperti cewek itu membeci Dewa.
Jangan lupakan kemungkinan lain, Galaksi juga bisa kalah. Karena kemungkinan tetap bisa terjadi.
"Galaksi..." Panggilan itu membuat Galaksi kembali tertarik ke dunia nyata dari pikirannya barusan.
Suara Letta. Ini suara Letta. Dengan cepat Galaksi mengalihkan kepalanya ke sumber suara, dan benar mendapati Letta di samping ring, menatap lurus ke arahnya dengan pandangan tak terbaca.
"Bilang kalo lo ngelakuin ini bukan karena gue." Rendah suara Letta terdengar.
"Owhh... Zetheera Sekaletta! Kita ketemu lagi di sini." Rangga tertawa sambil bertepuk tangan. "Dia jadiin lo taruhan kalo lo mau tahu," sahut Rangga yang sudah menyeringai senang akan kedatangan incarannya.
Letta tak menggubris, fokusnya hanya terantuk pada Galaksi yang kini berjalan menuruni ring.
"Cuma bilang, kalo lo nemuin Rangga kayak gini bukan karena—"
Tep!
Tarikan Galaksi di pergelangan tangan Letta memutus kalimat cewek itu, membawanya pada kursi yang sebelumnya ia dan Damar duduki.
"Gue janji, gue bakal menang," ucap Galaksi pertama kali, sambil memegang pundak cewek itu.
"Cuma bilang, kalo lo ngelakuin in bukan karena gu—"
"Ini karena lo," ucap Galaksi, memotong kalimat Letta.
"Udah gue bilang, berhenti ngurusin kehidup—"
Sret!
Galaksi tiba-tiba mendorong tubuh Letta untuk duduk, lagi-lagi memutus kalimat yang ingin di lontarkan cewek itu. Dan yang di lakukan Galaksi selanjutnya adalah berjongkok di depan Letta, lalu melepas tali sepatu cewek itu, menimbulkan kernyitan penuh tanya di dahi Letta.
Mengikat kaki Letta ke kursi adalah apa yang di lakukan Galaksi, membuat Letta hanya menatap tak mengerti. Galaksi mendongak setelahnya.
"Entah dari siapa lo tahu kalo gue di sini, kewajiban lo sekarang cuma duduk diam dan jangan ke mana-mana," ucapnya. Tanpa menunggu jawaban, Galaksi langsung berdiri, mengacak puncak kepala Letta sebentar, kemudian berbalik untuk kembali menaiki ring. Tapi tertahan oleh Letta yang memegang tangannya, membuat Galaksi kembali menoleh.
"Kalo lo luka, gue ga bakal benci lo sebenci-bencinya. Dan jangan harap lo bisa berhubungan sama gue lagi," ucap cewek itu yang entah kenapa matanya mulai memerah seolah hendak menangis.
Galaksi tersenyum sebagai respon. Cowok itu kembali berdiri di depan Letta, sedikit menunduk, tangannya terulur untuk melepas dasi yang terpakai di lingkar leher Letta.
"Ap—"
"Diam," ujar Galaksi, memotong kalimat Letta. Tangannya kembali sibuk melepas dasi cewek itu. Setelah benar lepas, Galaksi memakaikannya untuk menutupi mata Letta.
"Jangan lihat gue luka kalo gitu," bisik Galaksi di telinga Letta, sambil mengikat dasi tersebut. Dan itu cukup membuat bulu kuduk Letta meremang, sampai rasanya ia tak bisa bernapas, tatkala hawa hangat tubuh Galaksi memenuhi hidungnya dengan jarak yang terlampau dekat.
Setelah selesai, Galaksi kembali sedikit berjongkok, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Letta yang matanya telah tertutup kini.
Cup...
Sebuah sengatan kuat menyentak tubuh Letta tatkala Galaksi menempelkan bibirnya pelan ke belah lunak yang sama milik Letta. Namun cewek itu seolah membeku, hingga satu lumatan pelan tak sampai tiga detik menyesap bibirnya pula. Letta seolah kehilangan akal, ini persis mengingatkannya akan ciuman pertama Galaksi di atap. Dan dalam hati Letta mengakui, bahwa ia merindukan ini.
"Percaya sama gue," bisik Galaksi sekali lagi, berbicara pada wajah Letta yang mungkin sekarang matanya sedang terpejam di balik dasi sana.
Dan di detik berikutnya, kekosongan menerpa Letta tatkala Galaksi telah berbalik melangkahkan kakinya menuju ring.
Next...Next... pengen tahu si galaksi sama zetheera menjalani pura-pura pacaran dan tingkah fansnya galaksi melihat mereke berdua.. Hihihihi... ;d
Comment on chapter [2] Sarkasme