Akhir September di 2017.
Semenjak perkenalanku dengan Reyhan malam itu, kami semakin dekat. Sudah hampir sebulan kami sering jalan dan makan bersama. Bahkan kami saling berbagi curahan hati masing-masing. Walaupun tak ada status yang dinamakan pacaran, kami sayang satu sama lain. Kami merasa nyaman jika bersama, jadi bagiku apa arti sebuah status kalau kami sudah saling percaya dan nyaman. Hari ini dia ada pertandingan fulsal antar fakultas, sebenarnya aku ingin menonton dan menyemangatinya. Tapi, kuliah padat sekali. Setelah jam kuliah terakhir aku berencana menghampiri Reyhan di tempat futsal, walaupun pertandingannya sudah selesai.
Ketika aku baru keluar kelas, tiba-tiba ponselku berbunyi. Nama "Reyhan" terpampang di sana. Aku langsung menjawabnya.
"Halo Rey, ada apa?" kataku.
"Ini aku temannya Reyhan, dia tadi jatuh saat main futsal. Ada cidera di kakinya, sekarang dia di Rumah Sakit Permata Bunda. Nomor kamu di paling atas, jadi aku menghubungimu. Kamu bisa ke sini nggak? Soalnya orang tua Reyhan nggak mungkin datang sekarang" kata orang di seberang sana dengan panik.
"Astaga. Iya aku ke sana sekarang" jawabku dengan panik juga.
"Kamar nomor 201 ya. Hati-hati" katanya lagi
Aku langsung berlari ke parkiran dan menuju rumah sakit.
Sesampai di sana, aku langsung berlari ke kamar nomor 201. Tak ada orang di luar, jadi aku langsung masuk saja.
Saat aku membuka pintu dengan panik, tiba-tiba banyak orang yang berbaris membawa setangkai mawar merah yang di arahkan kepadaku.
"Astaga, apa yang sebenarnya terjadi" batinku masih bingung dengan apa yang aku lihat.
"Maaf, saya sepertinya salah kamar" kataku sambil buru-buru berbalik keluar.
"Ini kamar yang benar. Aku tadi yang telfon kamu. Masuklah, Reyhan sudah menunggu" kata orang itu menjelaskan.
Mendengar kata Reyhan aku langsung kembali masuk. Mereka semua tersenyum sambil memberikan bunga mawarnya kepadaku. Mereka menuntunku untuk berjalan lebih jauh ke dalam kamar rumah sakit itu. Aku kembali terkejut saat lampu kamar tiba-tiba mati dan pintu tertutup. Semua orang di belakangku diam, aku semakin bingung dengan apa yang terjadi. Lalu, di lantai tepat depanku tiba-tiba ada nyala lampu bertuliskan "I Love You Ninda". Aku masih bingung dan terharu dengan suasana seperti ini. Sungguh apa yang akan terjadi sebentar lagi.
"Ada apa ini? Sepertinya ulang tahunku bukan sekarang? Mana Reyhan, katanya dia terluka?" kataku pada orang-orang di belakangku yang hanya tersenyum dari tadi.
"Itu Reyhan" kata salah satu dari mereka.
Aku menoleh. Saat itu kudapati Reyhan tersenyum sambil membawa buket bunga dan memberikannya padaku. Lalu dia memberiku kotak, dan memintaku untuk membukanya.
"Apa ini?" kataku padanya.
"Buka saja. Nanti kamu akan tau isinya" jawabnya.
Aku segera membuka kotak itu. Saat terbuka, gerombolan balon keluar dari sana. Ada satu balon yang berbeda. Ada surat di sana, aku mengambil dan membacanya.
"Maukah kamu jadi pacarku? Aku mencintaimu Ninda" lalu aku langsung menghadap ke arah Reyhan.
Kini dia mengambil sesuatu di balon tempat surat yang barusan kubaca. Benda itu adalah cincin, lalu Reyhan memasangkan pada jari manisku.
"Terima kasih" kataku sambil menahan haru. Aku merasa sangat berharga sekarang.
"Kamu belum jawab?" katanya lagi sambil tersenyum.
Aku tak bersuara apapun, hanya tersenyum dan mengangguk. Dia tersenyum dan memelukku erat. Teman-temannya di belakangku bertepuk tangan. Aku sangat bahagia, hingga tak bisa lagi membendung air mataku. Reyhan memang tak terduga, setelah membuatku kelabakan panik karena berita dia terluka. Hanya berselang beberapa menit, dia memberikan kenangan berharga dalam hidupku. Memberikan kenangan manis dalam hatiku. Membuatku menemukan kasih yang selama ini kunanti. Reyhan, terima kasih. Akhirnya aku menemukanmu.